Natasya Amira seorang gadis berusia 22 tahun terpaksa harus menikah dengan Reza Setiawan Admaja, seorang pria berusia 27 tahun yang tak lain adalah kekasih sahabatnya sendiri. akankah pernikahan yang tak di dasari cinta tersebut akan bahagia??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mas Doni Wijaya.
"Sejak kapan kamu kenal dengan tuan Doni Wijaya, baru hari pertama kerja saja kamu sudah di ajak meeting berdua??." pertanyaan Reza dengan wajah datarnya saat di mobil, sontak membuat Tasya mengerutkan keningnya.
"Mana ada berdua mas, tadi kan juga ada mas dan asiatendnya mas di sana. lagian aku baru kenal tadi sama Pak Doni, lagiankan pak Doni pimpinan di perusahaan aku bekerja, masa iya aku nggak mau di ajak meeting sama beliau." jawab Tasya.
Mendengar jawaban Tasya, Reza pun terdiam dan kembali fokus mengemudikan mobilnya menuju apartemen.
"Lagian kenapa juga aku bertanya seperti itu pada Tasya, bisa salah sangka dia sama aku." bathin Reza kesal dengan pertanyaannya tadi.
"Tapi nggak salah jugakan kalau aku bertanya, lagipula aku ini suaminya." bathin Reza yang tanpa ia sadari telah mengakui dirinya sebagai suami Tasya.
"Mas kenapa?? mas nggak enak badan ya??." Tanya Tasya ketika melihat Reza yang tiba tiba diam seribu bahasa.
"Nggak papa." jawab Reza masih dengan ekspresi wajah datarnya.
"Mas,,,." Tasya menggantung kalimatnya.
"Heeemtt." jawab Reza tanpa menoleh ke arah Tasya.
"Mas aku mau ngomong, tapi mas jangan marah ya sama aku!!." ucap Tasya sedikit menunduk usai berkata.
"Gimana aku mau marah, kalau aku sendiri nggak tahu kamu mau ngomong apa??." jawab Reza yang sesekali melirik ke arah Tasya yang duduk di samping duduk kemudi.
"Mas boleh nggak aku bertemu Nadin??." tanya Tasya memberanikan diri, sementara Reza yang mendengar ucapan Tasya tanpa sadar menghentikan mobilnya tiba tiba.
"Mas Reza jangan salah paham dulu, aku bertemu dengan Nadin bukan untuk macam macamin Nadin, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu pada Nadin. aku janji tidak akan membuat Nadin terluka atau kurang satu apapun. jika aku ingkar janji mas boleh menghukumku." terang Tasya yang mengira Reza akan marah padanya.
"Ada perlu apa kamu ingin bertemu dengannya??." Reza masih bertanya dengan wajah datar.
"Mas boleh melihat aku ngobrol dengan Nadin dari kejauhan jika mas takut aku akan menyakiti Nadin." lanjut Tasya tanpa menjawab pertanyaan Reza, kemudian di angguki oleh Reza.
Sebelum melanjutkan perjalan pulang, mereka janjian dengan Nadin di sebuah cafe yang terletak tidak jauh dari posisi mereka saat ini.
Setelah menunggu sekitar lima belas menit Nadin pun tiba di cafe tempat mereka janjian tadi.
Sementara di meja yang tidak terlalu jauh, Reza mengamati kedua wanita yang terlihat tengah mengobrol serius tersebut. walaupun sebenarnya Reza sendiri, tidak bisa mendengar apa yang keduanya bicarakan. sampai akhirnya Nadin berdiri meninggalkan Tasya yang masih duduk di kursi cafe tersebut.
"Nad,,, aku mohon pikirkan yang aku katakan tadi, jangan sampai kamu nyesal di kemudian hari!!." ujar Tasya pada Nadin yang hendak meninggalkan cafe.
Tanpa merespon ucapan Tasya, Nadin melenggang keluar dari cafe.
"Apa yang sebenarnya mereka bicarakan??." gumam Reza yang juga hendak beranjak dari tempat duduknya.
Reza menghampiri Tasya yang baru saja berdiri dari duduknya.
"Ayo pulang!!." ajak Reza pada Tasya.
"Mas Reza anterin Nadin gih, kayaknya Nadin lagi kesel sama aku, maafkan aku ya mas, sudah membuat Nadin kesel!!." seru Tasya yang menyangka Reza dan Nadin masih menjadi sepasang kekasih.
"Bagaimana denganmu" ujar Reza.
"Mas anterin Nadin balik ke apartemennya, aku janji nggak akan bilang bilang ke mama kok." ucap Tasya sedikit tersenyum.
"Kamu gimana pulangnya??." Tanya Reza yang sebenarnya bukan karena sangat ingin mengantar Nadin, tetapi ia hanya ingin sekali bertanya pada Nadin, tentang pembicaraan mereka tadi. soalnya ia merasa tidak enak jika menanyakannya langsung pada Tasya, sebab saat di mobil tadi Tasya sendiri tidak menjawab pertanyaan Reza, entah ia sengaja menyembunyikannya dari Reza atau seperti apa, hanya Tasya yang tahu.
"Aku bisa pulang naik Taksi mas, ayo buruan sana mas entar Nadin udah pergi jauh lagi!!." jawab Tasya tetap mencoba bersikap biasa biasa saat meminta Reza mengantar Nadin. dengan Terpaksa Reza pun mengejar Nadin yang lebih dulu keluar dari cafe tersebut.
Saat ini Reza pun tengah di perjalanan untuk mengantar Nadin kembali ke apartemen miliknya.
Sementara Tasya yang hendak memesan taksi online pun terkendala oleh baterai ponselnya habis.
"Astaga,,, bagaimana aku bisa memesan taksi online kalau ponselku lowbet begini??." gerutu Tasya yang kesal dengan kondisi ponselnya yang lowbet.
Di saat Tasya tengah berdiri di trotoar jalan, entah suatu kebetulan atau keberuntungan. tiba tiba seseorang dengan mobil mewahnya menghampirinya.
"Ngapain berdiri di sana Sya??." tanya seorang pria yang ternyata adalah Doni, dirut di perusahaan Tasya bekerja.
"Pak Doni." sapa Tasya ketika Doni keluar dari mobil mewahnya.
"Kamu ngapain sendiri di sini, nggak langsung pulang??." tanya Doni yang heran di waktu yang hampir menunjukan pukul setengah tujuh malam, Tasya masih berdiri di trotoar jalan.
"Lagi nunggu Taksi pak." jawab Tasya jujur.
"Bapak mau ngapain pak??." tanya Tasya ketika Doni membukakan pintu yang berada di samping kemudi.
"Ya mau nganterin kamu pulanglah, emangnya mau ngapain lagi." jawab Doni dengan senyuman termanis miliknya.
"Nggak usah pak, nanti malah ngeropin pak Doni lagi." tolak Tasya yang merasa tidak enak, karena merepotkan bosnya tersebut.
"Nggak kok Sya, nggak ngerepotin kok." jawab Doni seraya menuntun Tasya ke mobilnya.
"Makasih ya pak udah ngasih tumpangan buat saya." ucap Tasya ketika Doni mulai kembali menghidupkan mesin mobilnya.
"Sya,,, ini bukan di kantor, nggak usah seformal gitu kali sya." ujar Doni seraya melirik ke arah Tasya yang duduk di samping kursi kemudi.
"Terus saya panggil pak Doni dengan sebutan apa dong, masa ia dengan sebutan nama, pak Doni kan lebih dewasa dari saya." terang Tasya nggak enak.
"Mas aja Gimana??." seru Doni tersenyum ke arah Tasya.
"Boleh juga kalau pak Doni nggak keberatan??." sadar dengan Ucapannya yang mendapat tatapan kurang suka dari sang bos, Tasya kemudian meralat ucapannya.
"Maksud saya mas Doni." ucapan Tasya di sambut senyuman hangat oleh Doni.
"Gitu dong." ujar Doni, yang kira kira seumuran dengan Reza tersebut.
"Kemana pacar kamu, kenapa nggak jemputin kamu?? apa nggak takut kalau pacarnya di gondol orang??." secara tidak langsung Doni bertanya, apakah saat ini Tasya sudah punya kekasih atau belum.
"Mas Doni bisa aja." jawab Tasya dengan senyum kecut, mengingat saat ini suaminya sedang mengantar sang pujaan hati kembali ke apartemennya.
Dan yang paling membahagiakan Doni, alamat yang di Katakan Tasya sebagai alamat tempat tinggalnya, ternyata sama dengan alamat Doni. itu artinya mereka tinggal di gedung apartemen yang sama.
"Ternyata saat itu feelingku benar, Tasya memang tinggal di apartemen yang sama denganku." bathin Doni, ketika Tasya hendak turun dari mobilnya.
"Makasih ya mas, udah nganterin saya pulang." Tasya tak lupa berterima kasih atas kebaikan Doni yang sudah sudi mengantarnya pulang.
"Nggak masalah Sya, lagian kitakan tinggal di gedung yang sama." perkataan Doni membuat Tasya terkejut.
"Yang bener mas??." Tasya mengira Doni sedang becanda.
"heeemt." Doni
"Kalau gitu aku duluan ya mas." Tasya pamit melangkah meninggalkan Doni Yang masih berada di area parkiran yg berada di gedung apartemen tersebut.
Tanpa di sadari oleh Tasya, saat ia bercengkerama sebentar usai turun dari mobil Doni sepasang mata tengah menatap tajam ke arah mereka.
apa Wiki wik nya merem kok gak nampak