Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.
Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.
Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.
Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?
*
Ig: aca0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Cuaca Limerick cenderung dingin, seperti siang ini cuaca berada di angka delapan derajat celsius. Siena memakai jaket cukup tebal dan melilitkan syal berwarna abu-abu di lehernya.
Setelah memperhatikan penampilannya di kaca besar di walk in closet, Siena mengangguk puas lalu mengambil tas kecil yang diletakkan diatas kursi kemudian bergegas keluar.
Siena duduk di kursi penumpang, sementara di depannya sang supir mengemudi dengan wajah serius. Siena akan pergi ke butik madam Bevali untuk membeli gaun yang akan di pakai dalam acara peresmian hotel milik pamannya, Aston Calliope.
Pria empat puluh satu tahun itu adalah adik bungsu Thomas, dia juga sudah lama menetap di Limerick. Bisnis hotelnya berkembang pesat di eropa, kali ini Aston membuka hotel baru di kawasan Bedford Row, Limerick.
Erlan akan datang kesana malam nanti dan pria itu sudah mengirimkan pesan singkat pada Siena agar ia ikut menenami ke pesta itu.
Walaupun pada awalnya Siena enggan, namun mengingat ia harus tetap menjaga hubungan baik dengan kerabat ayahnya, Siena akhirnya setuju.
" Bapak pulang saja, nanti aku akan pulang naik taksi." Kata Siena turun dari mobil.
"Baik, Nyonya."
Siena baru masuk ke dalam setelah mobil itu meninggalkan parkiran butik.
"Selamat datang Nyonya Harrison," Seorang pegawai butik menyambutnya ramah, Siena membalas dengan senyum manis.
"Tolong ambilkan gaun keluaran terbaru," pinta Siena lembut.
"Baik, Nyonya bisa melihat-lihat yang lainnya dulu selagi kami mengambilkan pesanan nyonya."
Siena mengangguk saja, ia berjalan di sekitar etalase yang memajang banyak gaun kelas atas.
"Siena, kau disini?" Cindy tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya dan menatapnya remeh.
Siena memutar matanya malas, kenapa juga ia harus bertemu Cindy disini.
"Kenapa diam saja?" Tanya Cindy heran, menatap lekat pada Siena lalu berujar santai, "Aku baru saja menghabiskan pagi yang panas dengan Erlan. Kau tahu, dia benar-benar perkasa."
Cih! Bodo amat. Siena mencibir dalam hati, mulai jengah dengan Cindy. Ia bahkan tidak peduli sama sekali jika mereka menghabiskan waktu sepanjang hari untuk tidur.
Siena berjalan lurus menyusuri etalase, malas menanggapi Cindy.
"Heh! Kalau orang lagi ngomong tuh dengerin, bukan pergi gitu aja!" Cindy bergegas menyusul lalu menarik keras rambut Siena.
"AW! CINDY, SAKIITT..." Teriak Siena meringis merasakan kulit kepalanya seakan dicabut dari kepalanya.
Mendengar keributan, orang-orang yang tadi sedang berbelanja beralih berkumpul di sekitar Siena dan Cindy. Mereka mengeluarkan ponsel dan mulai merekam tanpa ada yang ingin memisahkan.
Siena berusaha melepaskan tangan Cindy dari rambutnya, bukannya terlepas, wanita semakin menguatkan jambakannya. Siena bahkan bisa merasakan kuku panjang Cindy melukai kulit kepalanya.
" Mereka bertengkar lagi?"
"Bukankah sudah menjadi rahasia umum, istri sah perusak hubungan orang dengan kekasih yang enggan putus meributkan pria yang sama..."
"Lihat! Siena kalah kali ini!"
Bukan kalah, bodoh! Memang malas melawan! Ingin sekali Siena berteriak pada kerumunan itu.
"Kemana kemampuan rendahanmu itu? Kau merebut kekasihku dan sekarang berlagak sebagai korban?" Pekik Cindy semakin marah, frustasi karena Siena tidak melawan seperti biasa. Kalau begini bisa saja citra nya yang akan rusak setelah ini.
" Berhenti!" Satu suara berteriak, lalu seorang pria jangkung berwajah tampan menerobos kerumunan dan dalam waktu singkat tiba di depan Siena dan Cindy.
Cindy langsung melepaskan tangannya dari rambut Siena sementara Siena membatu untuk sesaat. Ia menoleh, tatapannya bertemu dengan mata teduh milik Nando. Kenapa dia ada disini?
"Nando, apa yang kau lakukan disini?" Tanya Cindy.
Siena menatap keduanya secara bergantian. Cindy gugup. Kenapa?
"Apa yang terjadi? Kenapa menjambak Siena?" Tanya Nando tenang, matanya tidak beralih sedikitpun dari wajah cantik Siena.
"I-itu..."Cindy meremas jemarinya, melirik kesana-kemari dan baru sadar ada kerumunan besar yang menonton mereka. Cindy memijit kepalanya yang mendadak pusing, ia terlalu ceroboh menyerang Siena disini.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Nando mendekati Siena, tangannya terulur mengusap rambut Siena yang berantakan.
Deg!
Jantung Siena berdebar kencang. Itu bukan perasaan jatuh cinta. Sakit! Ya, Siena merasa sesak di dadanya, ia bergerak mundur menjauhi Nando.
"Aku tidak berniat jahat. Kau harus segera ke rumah sakit," ujar Nando kembali mendekat, tapi sebelum itu ia menatap tajam pada kerumunan yang masih merekam, " Turunkan ponsel kalian atau aku hancurkan saat ini juga!" Ancamnya.
"Tuan..." Madam Bevali datang tergopoh-gopoh, ia baru di kabari oleh manajer butik bahwa Talah terjadi keributan di butiknya. Tanpa pikir panjang wanita paruh baya itu langsung meninggalkan semua pekerjaan nya dan mendatangi butik. Tentu saja madam Bevali tidak ingin terlibat masalah dengan Erlan, ia tahu bagaimana pria itu bertindak.
Siena adalah istri sah Erlan dan Cindy adalah kekasihnya, semua orang tahu itu dan madam Bevali tidak ingin butiknya di hancurkan oleh Erlan karena membiarkan kedua wanita itu bertengkar.
Tapi, siapa sangka ia akan bertemu dengan Fernando Sagara Caesar, orang penting lainnya dari kota sebelah. Meski sudah lama tidak mendengar nama Nando di negara ini, madam Bevali adalah salah satu dari segelintir orang yang tahu siapa pria itu. Dia adalah cucu kebanggaan George Clooney Caesar, sang pemimpin partai politik terbesar di negara ini.
" Oh, selamat siang madam Bevali." Sapa Nando ramah.
"Selamat siang, Tuan. Maafkan saya tidak menyambut tuan dengan baik, oh.. sebentar, saya harus mengurus keributan ini," ujar Madam Bevali panik, ia menjadi sakit kepala melihat dua wanita muda di depannya. Dalam hati mengutuk keduanya, kenapa harus bertengkar di butiknya.
Sementara kerumunan tadi sudah bubar, tidak ada lagi yang menonton ataupun merekam.
"Saya akan mengurusnya madam," kata Nando.
" Terimakasih, tuan." Madam Bevali senang ada orang yang mau mengatasi keributan tersebut, dia buru-buru pergi meninggalkan tiga orang itu.
"Ayo ke rumah sakit, sie!" Ajak Nando mengulurkan tangannya. Siena menatapnya nanar, tidak tahu harus bagaimana.
"Nando! Kau mengabaikanku?" Tanya Cindy, ia yang mengambil uluran tangan Nando dan menggenggamnya erat. Siena sampai melotot melihat nya, apa Cindy tidak takut Erlan mengetahuinya dan salah paham?
"Kau tidak terluka, Cindy. Berhenti bertindak gegabah, pulanglah!" Nando menarik tangannya,
"Lalu kau mau berduaan dengan dia?" Cindy menunjuk Siena tidak suka.
"Cindy..."
Siena menghembuskan nafas lelah, ia seperti sedang menonton drama di televisi. Keduanya bertengkar seperti sepasang kekasih. Siena muak. Lebih baik ia saja yang pergi dan biarkan keduanya berdebat.
"Aku pergi. Kalian bisa melanjutkan perdebatan nya..."ucap Siena lalu melangkah lebar kearah karyawan butik yang tadi ia minta untuk mengambil kan gaun.
"Siena! Tunggu!" Nando meninggalkan Cindy begitu saja dan berlari mengejar Siena.
" Terimakasih, uang nya sudah aku transfer." Siena memperlihatkan bukti pembayaran lalu mengambil kantong belanja dari tangan pegawai tersebut.
" Terimakasih kembali, Nyonya Harrison."
Siena bergegas keluar, ia tidak mau terlibat dengan pria bernama Nando itu atau yang lebih buruk lagi bertengkar untuk kesekian kalinya dengan Cindy.
...***...
Jangan lupa like, komen dan vote...