Seorang gadis bernama Arumi terjebak satu malam di kamar hotel bersama pria asing. Tak di sangka pria itu adalah seorang CEO. Orang terkaya di kotanya. Apa yang akan Arya lakukan pada Arumi? apakah Arya akan bertanggung jawab dengan kejadian malam itu, lalu bagaimana dengan calon istri Arya setelah tahu hubungan satu malam Arya dengan Arumi. Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dengan Arya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mampir
Sore ini, hujan masih mengguyur bumi pertiwi. Arumi masih berada di luar kantor menunggu hujan reda. Sementara semua orang sudah meninggalkan kantor.
"Arumi, kenapa kamu masih di sini? ayo kita pulang!" ajak Ajeng.
"Aku bawa motor sendiri. Dan aku nggak bawa jas hujan."
"Yah, sayang sekali ya. Aku cuma punya satu jas hujan."
"Kamu pulang duluan aja deh. Aku nunggu reda aja pulangnya."
"Ya udah, aku pulang dulu ya."
Ajeng kemudian pergi meninggalkan Arumi. Sementara Arumi masih berdiri di depan kantor.
Arya tersenyum saat melihat Arumi. Arya merasa kasihan dengan Arumi. Karena Arumi terlihat seperti kedinginan.
Arya tidak tinggal diam. Dia membuka jasnya dan memakaikan jas itu ke tubuh Arumi. Arumi terkejut saat melihat Arya.
"Tuan, kamu ternyata belum pulang," ucap Arumi.
"Aku juga sama seperti kamu. Nunggu hujan reda. Soalnya aku juga nggak punya payung untuk pergi ke parkiran."
Arumi tersenyum.
Benar apa yang dikatakan orang-orang tentang Tuan Arya. Dia ternyata sangat baik sama karyawannya.
"Arumi, kamu naik mobil aku aja. Dari pada kamu kelamaan nunggu hujan reda."
"Tapi..."
"Tapi apa?" Arya menatap Arumi lekat.
"Apa nggak ngerepotin Tuan?"
"Nggaklah. Sama sekali nggak ngerepotin. Kamu itu karyawan aku. Sudah kewajiban aku untuk membantu setiap karyawan yang kesusahan seperti kamu."
Arumi tersenyum.
"Lalu bagaimana dengan motor aku Tuan?"
"Biarin saja di sini."
"Terus, besok aku ke kampus mau naik apa kalau motonya aku tinggal di sini?"
"Aku jemput kamu dan aku antar kamu ke kampus. Gimana."
"Tapi..."
"Arumi, kenapa kamu harus banyak mikir sih untuk menerima bantuan dari aku. Apa kamu nggak percaya sama aku. Kamu tenang saja Arumi, kamu nggak usah takut sama aku. Karena aku nggak akan memakan kamu."
Arumi tersenyum.
"Tuan baik banget sih Tuan."
"Kebaikan aku, jangan kamu salah artikan ya. Karena aku baik sama siapa aja."
"Aku percaya sama Tuan."
"Ayo ikut aku."
"Tapi kita nggak punya payung untuk ke parkiran Tuan."
"Kita kan punya jas aku. Kita berdua bisa pakai jas aku untuk payungan. Dari pada kita kelamaan menunggu hujan reda."
Arumi menatap jas yang ada di tubuhnya. Setelah itu Arya dan Arumi menjadikan jas itu payung untuk mereka pergi ke parkiran mobil.
Arumi dan Arya masuk ke dalam mobil bersama. Setelah itu mereka meluncur pergi meninggalkan kantor.
Sesampainya di depan rumah Arumi, Arya menghentikan laju mobilnya.
"Makasih ya Tuan, sudah nganter aku sampai rumah."
"Gimana kabar ibu kamu?"
"Dia baik kok Tuan."
"Ibu kamu katanya habis operasi ya?"
"Kok Tuan tahu kalau ibuku habis operasi."
"Em.. nggak. Aku cuma kebetulan tahu aja. Karena aku punya teman seorang dokter. Dan katanya ibu kamu itu pasiennya."
Arumi diam dan tampak berfikir.
Apakah itu dokter Via. Apa Tuan Arya kenal sama dokter Via. Atau Tuan Arya itu temannya dokter Via, batin Arumi.
Arumi tidak mau terlalu banyak bertanya. Dia lebih memilih untuk turun dari mobil Arya.
"Arumi, kamu nggak nyuruh aku masuk dulu? " tanya Arya.
Arumi terkejut saat mendengar ucapan Arya. Arumi tidak menawari Arya masuk karena Arumi merasa tidak enak dengan Arya. Arumi merasa malu dengan rumahnya yang jelek.
"Tapi rumah aku jelek Tuan. Apa Tuan mau masuk ke rumah jelek aku."
"Boleh aku masuk ke dalam. Aku pengin kenal sama ibu kamu."
"Boleh kalau Tuan mau."
Arya buru-buru turun dari mobilnya dan mendekat ke arah Arumi.
"Ayo Tuan, silahkan masuk. Aku cuma tinggal sama ibu aku aja kok."
Arya mengangguk. Setelah itu dia masuk ke dalam rumah Arumi.
Arya terkejut saat melihat ruang tamu Arumi yang dipenuhi banyak piala.
"Arumi, piala ini milik kamu semua? " tanya Arya.
"Iya Tuan. Piala itu aku kumpulin sejak aku masih SD. Entah ada berapa piala itu."
"Kamu ternyata anak jenius ya."
"Ah, nggak juga Tuan."
Beberapa saat kemudian, Bu Maya menghampiri ruang tamu. Bu Maya terkejut saat melihat Arya. Baru kali ini Arumi membawa seorang lelaki ke rumahnya. Bu Maya fikir, itu pacar Arumi.
"Arumi, siapa dia?" tanya Bu Maya.
"Bu, ini Tuan Arya. Bos aku dikantor."
Bu Maya tersenyum.
"Oh, ibu fikir pacar kamu Arumi."
Arumi tersipu saat mendengar ucapan ibunya.
"Ibu jangan aneh-aneh deh. Mana mungkin aku mau pacaran. Aku kan sudah bilang kalau aku nggak akan pacaran sebelum aku kerja."
Arya mencium tangan Bu Maya.
"Apa kabar Tante?"
"Baik."
"Saya mengantar Arumi karena tadi di kantor hujannya sangat deras. Saya nggak tega melihat Arumi naik motor sendiri hujan-hujanan. Jadi saya antar dia pulang."
"Makasih banyak ya Tuan Arya, sudah mau nganterin Arumi sampai rumah, kamu buatin Tuan Arya minuman hangat sana. Kasihan dia pasti kedinginan."
"Iya Bu. Aku juga sekalian mau mandi dan ganti baju."
Arumi kemudian melangkah ke dapur untuk membuatkan Arya minum.
***
Pagi ini, Arya sudah rapi dengan baju kantornya. Dia akan menjemput Arumi untuk mengantar Arumi ke kampus. Karena dia sudah janji, akan mengantar Arumi ke kampus pagi ini.
Ring ring ring...
Ponsel Arya berdering. Arya mengambil ponselnya yang ada di atas nakas.
"Halo sayang..."
"Mas, kamu mau jemput aku nggak pagi ini?"
"Maaf sayang, aku nggak bisa jemput kamu. Kamu naik mobil sendiri aja ya."
"Ya udah. Kamu lagi sibuk ya."
"Iya sayang. Aku lagi ada janji sama teman."
"Ya udah deh, aku naik mobil sendiri aja."
"Nggak apa-apa kan sayang."
"Nggak apa-apa Mas."
"Maaf banget ya sayang. Jangan marah ya."
"Aku nggak marah kok Mas, aku ngertiin kamu. Kamu itu memang orang sibuk."
"Ya udah, lain kali aku jemput kamu. Nanti aku juga akan ajak kamu untuk makan malam."
"Iya Mas."
"Bye sayang."
"Bye..."
Setelah menutup saluran telponnya, Arya keluar dari kamarnya. Dia melangkah sampai ke ruang makan.
"Arya, kamu sudah mau berangkat?" tanya Bu Monika.
"Iya Ma."
"Makan dulu Ar."
"Nggak Ma, aku buru-buru."
"Mau jemput Kak Oliv ya Kak?" celetuk Fani.
"Nggak. Aku mau ada janji sama teman "
"Boleh aku nebeng mobil kamu Kak?" tanya Fani.
"Nggak boleh. Kamu kan biasa sama Pak Bastian. Kenapa kamu minta aku untuk antar kamu."
"Huh, sekali-kali kek Kak, antar aku ke kampus."
"Kamu kan ada Pak Bastian. Kamu juga punya mobil sendiri. Kenapa kamu mau nebeng aku."
Arya mengambil segelas susu yang ada di atas meja makan. Setelah itu dia meminum segelas susu itu.
"Aku pergi dulu ya Ma," ucap Arya sembari mencium punggung tangan Bu Monika.
"Iya Ar. Hati-hati di jalan ya."
Setelah berpamitan pada ibunya, Arya kemudian keluar dari rumahnya. Dia akan ke rumah Arumi untuk menjemput Arumi.