Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13.
Pak Rachmat Papa nya Respati langsung menyikut tubuh istri yang duduk di dekatnya..
“Mama macam tidak tahu aja sih...” ucap Pak Rachmat sambil tersenyum.
“Ha... ha.. ha... dan hebat Ma.. Hani sangat hebat sungguh sungguh hebat... nanti kalau baby ini sudah lahir dan masa nifas sudah selesai aku mau lagi...” ucap Respati sambil mengusap usap perut buncit Hani...
“Ish.. .malu Mas..ada Papa dan Mama..” ucap Hani lirih sambil mencubit tangan suami nya..
“Ooo itu ya.. benar Res, Mama Widagdo juga ingin sebelum Hani berusia tiga lima tahun paling tidak sudah memberikan dua cucu, maka harus ngebut kalian.. kalau sudah lewat tiga puluh lima tahun memang beresiko untuk melahirkan.” Ucap Bu Rachmat sambil penuh semangat membuka kado kado..
Sesaat mata Bu Rachmat berbinar binar saat membuka kado yang di dalam nya berisi tas tangan branded yang begitu dia idam idam kan..
“Wah bagus sekali ini...” gumam Mama nya Respati sambil melihat lihat tas branded itu..
“Mama kalau mau ambil saja Ma..” ucap Hani sambil tersenyum menatap Mama Mertua nya..
“Benar Sayang... ini boleh buat Mama?”
“Boleh Ma, ambil saja apa yang Mama dan Papa suka.. “ ucap Hani lagi sambil tersenyum.
“Han ini arloji mewah couple boleh buat Mama dan Papa?” tanya Papanya Respati sambil menunjukkan satu kotak berisi sepasang arloji.
“Boleh Pa.. “ ucap Hani sambil masih tersenyum..
“Sayang tapi tiket honey moon tetap buat kita ya...” ucap Respati sambil memeluk Hani dari samping..
Akan tetapi belum juga Hani menjawab terdengar suara bel di pintu depan..
“Siapa Res yang datang , coba kamu lihat! Siapa tahu ada tamu teman Hani lagi memberi kado.” Ucap Mama nya Respati penuh harap karena tadi tas branded itu kado dari teman nya Hani yang baru datang ke rumah untuk mengucapkan selamat karena saat acara resepsi tugas ke luar kota.
Respati pun segera melangkah dan membuka pintu depan.. saat pintu yang kokoh, tinggi dan lebar itu dibuka.. tampak sosok Pak Anton..
“Gimana Ton, sudah kamu kasih surat cerai ke perempuan itu?” tanya Respati.
“Sudah dong.. mana katanya kamu mau kasih aku uang. Ini cincin kawin juga dikembalikan buat aku saja ya, lumayan kalau aku jual”
“Iya iya ambil saja dan nanti aku transfer, tapi dia mau menuntut tidak.” Ucap Respati sambil menutup pintu.
“Beres, dia tidak akan menuntut, sudah menerima jadi putusan hakim sudah tetap.” Ucap Pak Anton sambil menepuk nepuk pundak Respati.
“Ha... ha... ha... ha... syukurlah perempuan bodoh itu pasti juga tidak tahu dan tidak punya uang buat ngurus di pengadilan.. “ ucap Respati sambil tertawa bahagia dan kembali melangkah ke ruang keluarga bersama Anton.
“Halah ternyata kamu Ton, yang datang kalau ini pasti malah minta bayaran. Gimana hasil kerja kamu Ton?”
“Beres Tan, Ariana tidak menuntut uang hasil penjualan rumah dan sudah menerima putusan hakim.”
“Syukurlah uang penjualan rumah tidak berkurang, aku juga berharap anak cacat itu segera mati agar tidak membawa masalah di kemudian hari.. aku yakin kalau dia terus hidup dan bisa besar pasti dia akan mencari Ayahnya dan minta uang..” ucap Bu Rachmat tampak bersungut sungut dia begitu benci dengan Arumi yang tidak berdosa dan tidak menghendaki juga menjadi anak cacat tapi takdir membuatnya begitu.
“Itu tidak boleh terjadi Ma.. “ ucap Respati dengan nada serius..
“Mas pokoknya Mas Respati tidak boleh lagi berhubungan dengan perempuan itu dan anaknya. Aku tidak mau ada drama suatu saat anak itu atau perempuan datang menghubungi Mas Respati dengan alasan minta darah Mas Respati atau apa lah dengan alasan untuk pengobatan anaknya..” ucap Hani
“Jangan khawatir Sayang aku tidak akan memberikan satu tetes darah ku pada mereka, lagian golongan darahku dan perempuan itu sama kok..” ucap Respati sambil memeluk tubuh Hani dari samping..
“Halah meskipun sama bisa saja dia minta darah ke kamu karena dia kurang darah akibat kurang gizi karena miskin.” Ucap Bu Rachmat sambil mencibir.
“Pokok nya tidak boleh Ma, lebih baik aku bayar duit agar mereka membeli darah.” Ucap Hani dengan sombongnya karena banyak uang.
Waktu pun terus berlalu, hari berganti hari, minggu berganti minggu.. bulan berganti bulan.. Sudah tiga bulan Ariana telah resmi menyandang status janda..
Murid murid yang les di rumah nya semakin banyak.. sudah ada dua puluh enam anak. Shelly teman sesama guru honorer pun membantu Ariana, setiap sore dia datang ke rumah orang tua Ariana. Penghasilan mereka berdua pun bertambah banyak secara siginifikan tambahan dari uang les dan penjualan barang dagangan juga ikut naik karena banyak pembeli baru.
“Assalammualaikum..” ucap Shelly yang baru datang.
“Wa alaikum salam...”
“Masuk Shel, Ariana sedang mengantar Arumi melakukan fisioterapi..”
“Iya Bu, saya ini juga datang lebih awal kok.. anak anak juga belum datang, biar saya tunggu di teras sambil menunggu anak anak datang..”
Tidak lama kemudian berhenti mobil taxi on line di depan rumah..
“Ah itu Ariana dan Rumi sudah datang ..” ucap Nenek sambil melangkah tergopoh gopoh untuk menjemput cucu tercinta nya..
Bersamaan dengan itu beberapa anak anak yang akan les pun sudah berdatangan..
Pintu mobil taxi tampak terbuka Ariana tampak turun sambil membawa kursi roda Arumi lalu di buka dari lipatan nya.. dan setelah nya menurunkan tubuh Arumi dan mendudukkan tubuh Arumi pada kursi roda itu..
Nenek mendorong kursi roda Arumi.. Setelah Ariana membayar taxi dia melangkah menuju ke rumah nya..
“Bagaimana kondisi Arumi Ar?” tanya Shelly saat Ariana sudah di dekat teras.
“Alhamdullilah Shel ada banyak kemajuan aku berharap dia beberapa bulan ke depan sudah bisa berjalan dan tubuh sudah bersih dari virus itu..” ucap Ariana..
“Syukur alhamdullilah Ar aku ikut senang, aku sangat khawatir waktu kamu beri tahu jika otot pernafasan juga bisa ikut terserang virus itu.. dan itu sangat mengancam nyawa Arumi.” ucap Shelly lalu berjalan masuk ke dalam rumah Karena murid murid les sudah masuk ke dalam rumah juga..
Ariana setelah mencuci tangan pun juga segera ikut mengajar di ruang depan. Kini ruang depan itu dibagi menjadi dua kelas.. satu kelas di ajar oleh Ariana dan satu kelas di ajar oleh Shelly.. tiap kelas Ariana hanya mengisi maksimal dengan empat anak agar pelajaran efektif dan keterbatasan tempat.
Di saat murid dan guru masih serius belajar tiba tiba ada motor yang berhenti di depan rumah itu. Suara motor yang tidak seperti suara motor Motor orang tua siswa, bunyi knalpot motor yang baru saja berhenti itu sangat bising memekakkan telinga. Hingga anak anak yang berada di ruang depan itu tampak kaget dan menutup kedua telinga mereka dengan kedua tangan mungil mereka. Begitu juga Arumi yang kini duduk di kursi roda di ruang makan karena kini ruang depan penuh juga kaget dan menutup telinga nya..
“Nenek siapa yang datang itu kenapa motornya bising sekali?” suara imut Arumi yang ditemani oleh Nenek..
“Nenek juga tidak tahu Rumi, Nenek kan di sini, menyiapkan makan malam kalian...” ucap Nenek..
“Coba Nenek lihat, Bunda dan Tante kan sedang mengejar..” suara imut Arumi lagi..
Akan tetapi di saat Nenek belum juga melangkah.. terdengar suara orang laki laki berteriak teriak di luar rumah mereka..
“Buka pintu nya dan keluar atau akan aku bakar rumah ini!” teriak suara orang laki laki itu dengan sangat keras.
“Nenek aku takut!” suara imut Arumi terdengar sangat khawatir .. Nenek yang sedang membersihkan meja makan pun terlihat kaget dan langsung menggendong tubuh Arumi..
Bocil bocil yang ada di ruang depan pun langsung berdiri dan menghambur memeluk tubuh Ariana dan Shelly..
“Bunda.. aku takut...” suara mereka semua yang mereka adalah peserta les belajar membaca, menulis dan berhitung anak anak TK dan kelas satu sekolah dasar termasuk ada juga Rara dan Ella.