“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21.
Setelah kurang lebih satu jam menunggu di ruangan Kevin, mereka pulang bersama ke apartemen, sepanjang perjalanan Gadisya sama sekali tak berbicara, ia sudah cukup dibuat geram dengan ulah suaminya, seminggu ini Kevin bahkan sengaja menghindarinya, ia lelah mencoba mengajak suaminya berbicara, jika bukan karena kedua orang tua angkatnya, sekaligus mertuanya saat ini, ia tak akan bertahan dalam pernikahan menyakitkan dengan Kevin.
Apa salahnya terlahir sebagai anak dari Anindita, ia bahkan tak tahu menahu tentang masa lalu ibunya, atau bagaimana dulu kisah cinta segitiga antara kedua mertua dan ibu nya, kenapa kini ia yang seakan akan menjadi tersangka utama, dan pelampiasan kemarahan Suaminya.
Sepanjang hidupnya ia selalu bersikap baik, bahkan tak pernah iri dengan apa yang dimiliki orang lain, ketika bersekolah di international school pun, Gadisya selalu bersikap biasa, sadar bahwa kepintaran adalah sesuatu yang tak akan bisa dicuri, maka ia pun mengisi hari harinya dengan belajar, dan ia tak pernah merasa iri walau teman temannya berasal dari keluarga berada, begitulah yang di ajarkan Ibu nya.
Dan kini setelah menikah pun ia ingin menjadi istri yang baik untuk suaminya, ia bahkan berusaha terus menumbuhkan rasa cinta nya, yang mungkin setelah kejadian malam itu kini rasa cinta itu mulai tumbuh, tapi kini ia harus kembali dihadapkan pada fakta tidak mengenakkan.
"6 bulan, ayo kita bercerai setelah 6 bulan,"
Gadisya terkejut mendengar apa yang baru saja suaminya ucapkan, kalimat Kevin itu, terucap tanpa beban, seolah memang sudah sejak lama disusun dan disiapkan.
Apalagi setelah mereka melakukan 'kegiatan bersama' malam itu, tega teganya kini Kevin ingin bercerai dari nya, bagaimana jika ia hamil, apakah tidak akan ada artinya anak yang mungkin saja kini sudah hadir di rahimnya.
Sekuat tenaga Gadisya menahan air mata yang hendak berlompatan keluar dari kelopak matanya.
"Beri aku 3 bulan, yah hanya 3 bulan saja," Gadisya mencoba mempertahankan harga diri nya, "dalam kurun waktu itu, aku ingin benar benar menjadi istrimu, bukan hanya pajangan dalam hidupmu," akhirnya terlontar juga kalimat menyakitkan itu. "Setidaknya ini satu satunya caraku untuk membalas budi baik kedua orang tuamu, aku ingin menjadi istri yang baik untuk putra kesayangan mereka, setelah 3 bulan aku akan menghilang selamanya dari hidupmu,"
Bohong lagi.
Lagi lagi Gadisya berbohong untuk mempertahankan harga diri nya.
Kevin merasa tertampar dengan ucapan Gadisya, lagi lagi kini ia menyakiti istrinya, padahal bukan itu yang ia maksudkan, ia tak ingin lagi menyakiti Gadisya, karena nya ia ingin mengakhiri pernikahan ini, walau sebenarnya ia sendiri tak rela, apalagi setelah mereka melakukan itu, karenanya Kevin menunggu 6 bulan, menunggu apakah Gadisya mengandung anaknya atau tidak.
Kevin melihat mata itu berkaca kaca, namun tak ada air mata turun dari sana.
"Kenapa 6 bulan?" Tanya Gadisya.
Kevin gelagapan tak bisa mengemukakan alasannya, lebih tepatnya, ia tak ingin Gadisya mengetahui isi hatinya.
"Untuk mendeteksi seorang wanita hamil atau tidak, tidak butuh waktu 6 bulan kan? Kita bahkan hanya perlu menunggu 2 bulan, atau 1 bulan, itu lebih dari cukup, jangan menyiksa dirimu terlalu lama jika kamu memang begitu muak untuk melihatku."
Kevin tercengang, ia tak menyangka Gadisya bahkan bisa membaca apa yang ia pikirkan dengan mudah.
"Syarat ku hanya satu, seperti yang sudah ku katakan sebelumnya, izinkan aku benar benar menjadi istrimu selama 3 bulan saja, jangan khawatir, selama kurun waktu itu, aku tak akan menuntut hak apapun darimu, tapi jika kamu memang ingin menjalankan kewajibanmu, aku juga tak keberatan, kecuali kewajiban nafkah batin tentunya, sesudah 3 bulan dan ternyata aku tidak hamil, aku akan menghilang, benar benar hilang, dan aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi hingga tuhan mencabut nyawaku."
Satu hantaman lagi, membuat Kevin makin tak dapat berkata kata.
"Baiklah jika kamu ingin waktu 3 bulan," tak ada yang bisa ia katakan selain menyetujui keinginan Gadisya.
Sesudah menyepakati LAGI perjanjian yang LAGI LAGI mereka buat, Gadisya pun berlalu, tujuannya hanya satu, menumpahkan air matanya di kamar mandi, setidaknya suara gemericik air bisa menyembunyikan tangisnya.
🌻🌻🌻
Keesokan paginya, Gadisya bersikap seolah kemarin tidak ada kejadian apapun, ia bahkan kembali tersenyum dengan tatapan mata penuh ketulusan.
Pagi itu, Gadisya bangun lebih pagi, ia mandi dan akan segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan, karena ia sudah meminta syarat menjadi istri sesungguhnya, maka ia pun ingin mulai menjalankan perannya hari ini.
Usai mandi ia mengoles lotion ke kulitnya, rambutnya dicepol asal, yang otomatis pemandangan leher dan pundaknya terekspos sempurna, kemudian ia berganti dengan mini dress rumahan bermotif bunga, yang termasuk dalam paket hadiah dari mommy terbaik sedunia, mommy Stella.
Setelah ritual merawat diri, ia duduk di tepi tempat tidur, untuk membangunkan suaminya.
"Bang … " suaranya mulai memanggil, namun Kevin seolah makin terbuai mendengar suara lembutnya. "Bang … ayo bangun, mandi dan bersiap ke rumah sakit."
Pelan pelan Kevin membuka matanya, aroma wangi lotion langsung menyeruak, membangkitkan kesadarannya, ketika matanya terbuka, senyum manis Istrinya menyambut, laksana mentari pagi yang siap bersinar.
"Hari ini jam berapa ke rumah sakit?" Tanya Gadisya.
Kevin yang masih terkejut, belum bisa berkata apa apa, "sebenarnya jam 10, tapi tak apa, aku akan bersiap biar kamu tidak naik angkutan umum."
Gadisya tersenyum senang, "baiklah, aku akan siapkan sarapan,"
"Tidak perlu … "
"Kamu sudah menyetujui syarat ku kemarin, jadi ini adalah salah satu bagian dari syaratku," jawab Gadisya riang, dan Kevin pun masih membeo tak bisa berkata kata.
Sumpah demi apapun, hari ini Gadisya tampak manis, wajah dan rona matanya sudah berseri seri seperti tidak terjadi apa apa, 'dan tubuhnya … oh my god dia begitu wangi' gerutu kevin dalam hati, lelaki normal seperti dirinya pasti menginginkan lebih, tapi ia sudah terlanjur menyepakati perjanjian bodoh itu.
Dengan frustasi, Kevin menuju kamar mandi, ia berharap sejuknya air dingin mampu menenangkan sesuatu yang bergejolak di dalam tubuhnya.
Nasi hangat dan sup telur, sederhana dan tak perlu waktu lama bagi gadisya untuk menyiapkannya, "mau kopi atau teh?" Tanya Gadisya usai mereka menyelesaikan sarapannya.
"Fresh milk."
"Sayang sekali tidak ada fresh milk di pendingin, nanti pulang dari rumah sakit temani aku belanja, boleh aku menunggumu di ruanganmu?" Gadisya lagi lagi bertanya dengan senyum di wajahnya.
"Baiklah terserah kamu saja."
Pagi itu Kevin benar benar dibuat terpesona oleh istrinya, ia bahkan hanya mampu menjawab iya, iya, dan lagi lagi iya, seperti sebuah robot yang sudah terprogram.
"Aku ganti baju dulu yah?" Gadisya pun beranjak ke kamar, untuk mengganti bajunya, sebelum mereka pergi, dan memulai hari dengan senyuman di hadapan para pasien.
🤭🤭