Ervina seorang CEO ZyroCorp harus meregang nyawa akibat ledakan sebuah bom.
Jiwanya harus berpindah pada tubuh seorang gadis yang sedang terbaring koma akibat di dorong dari atap kampus oleh geng yang selalu membully Nessa.
Apakah Ervina yang saat ini menepati tubuh Nessa, bisa menegak kan keadilan untuk Nessa dan Dirinya sendiri??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laras noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
"Maafkan aku om dulu pikiranku belum dewasa tapi kini aku tak akan tinggal diam" ucap Nessa.
***
"Bagus ini baru namanya ponakan om dan putri dari tuan Benedict, bagaimana kita gantung saja para bedeb*h itu tangan mu sudah sangat gatal" ucap Rei.
"Hahaha jika om benar benar melakukannya, om bisa masuk penjara" ucap Nessa.
Selain memberitahu apa yang menimpanya Nessa juga sambil berusaha mengorek sedikit informasi barangkali omnya tahu yang di sembunyikan oleh kedua orangtuanya.
"Tenang saja om tak akan masuk penjara, om memiliki caranya sendiri jika kau memang menginginkannya sayang" ucap Rei sombong.
"Enak sekali jika mereka langsung meregang nyawa om, aku ingin lebih dulu mempermainkan hidup mereka barulah akan aku kirim sendiri mereka ke neraka dengan tangan ku" ucap Nessa tegas mengepalkan tangan.
Rei yang mendengar ucapan Nessa bukannya melarang apa yang akan di lakukan oleh ponakannya itu, dia malah tersenyum penuh arti.
"Sepertinya darah keluarga Benedict yang lama dingin sekarang mulai mendidih" ucap Rei dalam hati.
"Baiklah, lakukan apa yang kau inginkan om akan berada di belakangmu" ucap Rei.
"Terima kasih om, tapi sebelum itu Nessa ingin meminta tolong pada om. Nessa ingin semua dosen memanggil Nessa dengan sebutan Esa" ucap Nessa.
"Baiklah sayang om akan beritahukan pada semua dosen di kampus ini" ucap Rei.
"Baiklah kalau begitu Nessa ke kelas dulu ya om" ucap Nessa bangun dari kursinya.
"Baiklah hati hati" ucap Rei.
Nessa mulai melangkah mendekati pintu tapi langkahnya tiba tiba terhenti karena teriakan Rei.
"Tunggu .." ucap Rei.
Nessa berbalik kembali menghadap Rei.
"Iya om" ucap Nessa.
Rei segera merogoh saku celananya dan mengeluarkan card holder, Rei mengambil sebuah kartu lalu melemparkannya ke arah Nessa.
"Ambil, itu jatahmu dari om selama ini kau tak pernah mau menerimanya, sandinya tgl lahirmu" ucap Rei.
Nessa menangkap kartu yang baru saja Rei lemparkan padanya, dia tersenyum ternyata nessa di kelilingi oleh orang baik tapi kenapa hidupnya harus menderita.
"Makasih om, nessa sayang om" ucap Nessa.
Setelah mendapatkan hadiah dari Rei Nessa segera berlari keluar dari ruangan Rei tanpa mempedulikan jawaban Rei.
Sedangkan Rei yang di tinggal begitu saja hanya tersenyum, dia bahagia dengan perubahan Nessa pasca bangun dari koma.
"Sepertinya tak menutup kemungkinan mafia kak Zahir akan di wariskan padanya bukan padaku" ucap Rei tersenyum.
Saat ini Sammy Jooe dan Rega tengah berada di kantin, Joe dan Rega tengah membicarakan mahasiswa baru yang membuat seisi kampus heboh.
"Ga udah denger kan kalau tuh mahasiswa baru kaya bidadari turun dari kayangan" ucap Joe.
"Kata anak anak si tapi belum liat" ucap Rega.
Sammy tak tertarik dengan obrolan kedua sahabatnya itu, dia masih asik dengan ponselnya untuk mencari mangsa baru.
"Tadi denger katanya kecantikannya ngalahin Viola" ucap Joe.
Seketika tangan Sammy yang sedang memainkan ponselnya terhenti saat mendengar ucapan Joe.
"Tadi ngomong apa Joe?" Ucap Sammy.
"Ngomong apa Sam?" Ucap Joe balik bertanya.
"Omongan tadi yang barusan" ucap Sammy.
"Oh, tadi Joe ngomong kecantikan mahasiswa baru ngalahin kecantikan Viola" ucap Rega.
Sammy yang mendengar jawaban dari Rega langsung meletakkan ponselnya, dia telah memutuskan kali ini target kekasihnya adalah mahasiswa baru yang di bicarakan oleh sahabatnya.
Joe dan Rega saling melihat satu sama lain sepertinya mereka tahu apa yang ada di pikiran sahabatnya itu.
"Sam jangan bilang mahasiswa baru itu bakalan jadi target selanjutnya" ucap Rega dan Joe bersamaan.
Sammy tak menjawab dia hanya tersenyum penuh arti, sedangkan kedua sahabatnya itu hanya menggeleng mereka merasa kasihan pada mahasiswa baru itu.
Saat ini Nessa yang masih berada di dalam kelasnya merasa telinganya panas, dia segera mengambil cermin dan mengarahkan pada telinganya.
"Merah banget pantesan panas, sepertinya ada yang sedang membicarakan diriku" ucap Nessa dalam hati.
Nessa kembali menaruh cerminnya dan memperhatikan setiap materi yang sedang di terangkan oleh sang dosen.
Setelah beberapa saat akhirnya kelas yang di ikuti oleh Nessa telah berakhir, dia seger bangkit dan meninggalkan kelas untuk menuju kantin.
Baru saja beberapa langkah dari kelasnya Nessa melihat seseorang yang sangat membuatnya muak tengah menindas seorang mahasiswa yang tak berdaya.
Nessa yang melihat hal itu mengepalkan tangannya, dia tak bisa diam saja melihat hal itu dia tak ingin ada mahasiswa yang bernasib sama seperti dirinya.
Denga langkah yang tegas dan emosi yang telah menggebu ngebu Nessa mendekat ke arah Viola.
"Dasar jal*ng" ucap Viola yang telang mengangkat tangan siap menampar.
Mahasiswa yang melihat jika Viola telah mengangkat tangan segera memejamkan matanya untuk sedikit mengurangi rasa sakit dan takut.
Grep ..
Saat tangan Viola akan menampar mahasiswa itu tangannya di hentikan oleh tangan seseorang dari arah belakangnya.
Mahasiswa yang telah memejamkan matanya tak merasakan sakit apapun segera kembali membuka matanya dan dia dapat melihat dengan jelas ada seseorang yang menahan tangan Viola.
Nessa berjalan ke hadapan Nessa dengan masih memegang tangan Viola dengan cukup cukup sampai Viola sedikit meringis kesakitan.
"Sial*n kenapa kau ikut campur" ucap Viola menarik tangannya.
Viola berhasil melepaskan tangannya dari cekalan Nessa tetapi saat ini di tangannya meninggalkan bekas merah.
Nessa tak menghiraukan ucapan Viola dia segera berbalik menghadap ke mahasiswa yang akan di tampar oleh Viola.
"Apa kau baik baik saja" ucap Nessa.
"Ya .. saya baik baik saja terima kasih" ucap Lia menunduk.
Mahasiswa yang di tindas oleh Viola bernama Lia dia mahasiswa dari keluarga kurang mampu, dia bisa berkuliah di sini karena mendapatkan beasiswa.
Viola merasa geram melihat Nessa yang mengabaikan ucapannya.
"Berani sekali kau mengabaikan ku jal*ng" ucap Viola.
Nessa yang mendengar teriakan Viola segera berbalik dan menatapnya dengan tajam.
Nessa sangat emosi saat mendengar jika Viola mengatakan jika dirinya jal*ng, dia berusaha menahan emosinya karena jika tidak bisa di pastikan dia akan menghabisi Viola saat ini juga.
"Huh .. apa kau begitu penting" ucap Nessa sombong.
Saat ini telah banyak mahasiswa yang melihat perdebatan mereka berdua, mereka cukup kagum akan keberanian yang di miliki oleh mahasiswa baru.
Karena selama ini tak pernah ada yang berani berurusan dengan Viola, karena mereka semua tahu jika Viola adalah putri dari pemilik kampus.
"Berani sekali kau tak menghormati ku, apa kau tak tahu siapa aku?" Ucap Viola lantang.
Nessa berbalik ke arah Lia dan menyuruhnya untuk pergi meninggalkan tempat itu.
"Pergilah biar aku yang urus" ucap Nessa.
"Ta-tapi bagaimana denganmu" ucap Lia.
"Tenang saja cepat lah pergi" ucap Nessa.
Lia mengangguk dan segera berlari dari sana sesuai apa yang di perintahkan oleh mahasiswa yang menolongnya.
"Berani sekali lau membiarkan dia pergi begitu saja" ucap Viola.
"Memangnya kenapa" ucap Nessa.
"Sial*n apa kau tak takut akan di keluarkan dari kampus ini? Apa kau yakin tak tahu siapa aku" ucap Viola berteriak.
"Kau tak terlalu penting" ucap Nessa.
"Hahahaha.. asal kau tahu saja aku bisa mengeluarkan mu saat ini juga jika aku mau, kau tahu alasannya? Tentu saja karena aku putri dari tuan Benedict sekaligus pemilik kampus ini" ucap Viola mendorong bahu Nessa.