Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon almaadityaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. SMDH
Masih sakit kah sayang bekas disuntiknya?
Kayesha menggeleng, saat ini posisinya sedang bersandar di sofa panjang di dalam kamarnya, bahkan matanya masih tertuju pada layar ponsel yang menyala.
"Kamu udah sholat kah belum sayang?"
"Udah tadi, mas udah sholat?" Azzam mengangguk.
"Sayang, aku minjam sisir dong, sisir kecil dikamar aku hilang."
Kayesha menunjuk laci yang bertepatan dengan meja riasnya, "tuh ambil aja dalam laci banyak."
Azzam pun mengambil sisir yang ada disana, tak lupa menyisir rambutnya hingga rapi dan klimis yang justru membuat Azzam terlihat semakin dewasa, gagah, dan berwibawa, apalagi Azzam hanya mengenakan baju kaos oblong putih yang ukurannya pas dibadan, dengan sarung hijau terlilit dibagian pinggang.
Azzam duduk disebelah Kayesha, ia dengan manjanya bersender ke lengan kanan Kayesha, tangannya melingkar ke pinggang Kayesha dari samping, rasanya Kayesha sedang menjadi ibu-ibu yang dipeluk oleh anaknya.
"Aku wangi ga sayang badannya?" Kayesha terkekeh lalu mengangguk, sebelah tangannya merangkul pundak Azzam sambil mengelus-ngelus otot lelaki itu.
"Sayang, cium aku please..." Kayesha memandangi Azzam yang menatapnya sedikit mendongak, dengan tatapan memohon-mohon.
"Apa sih ah, gamau."
"Please, sayang, kamu cuma pernah cium aku sekali aja tau terakhir dimobil pas kamu mau sekolah."
"Ck, apasih mas? Udah ah, gada ya gada cium-ciuman pokoknya."
Azzam memasang wajah kesalnya, ia mengeratkan pelukannya pada Kayesha dari samping, lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Kayesha yang bau baby oil.
Manja banget sih cailah, kalo kaya gini kan gue jadi suka batin Kayesha, tapi ia diam saja dan fokus memainkan ponselnya sambil me scroll timeline di Twitternya.
Azzam hening, nampaknya lelaki itu khusyuk menghirup wangi Kayesha, sampai Azzam mencium-cium leher Kayesha yang membuat Kayesha kegelian.
"Ahahaha, udah ah stop geli ah."
Mendengar itu bukannya menghentikan aksinya justru Azzam semakin ada gejolak-gejolak hasrat yang bangkit dari dirinya.
"Sayang."
"Hm?" Balas Kayesha singkat.
"Aku mau beli baju."
"Mau beli baju kaya gimana?" Tanya Kayesha, kepala Azzam menggeleng.
"Mau baju koko yang bagus," jawab Azzam.
"Buat ke masjid? Atau buat lebaran?"
"Ya buat sehari-hari gitu, kalau ke masjid jadi ga pakai kaos-an lagi biar orang-orang enak liatnya. Baju koko mas pada kucel-kucel semua udah pada kecil, kalo ada baju koko baru kan mas semangat ke masjidnya selain sholat Jumat hehehe," Kayesha terkekeh karena suaminya begitu lucu.
Kayesha membuka aplikasi e-commerce warna ungu di ponselnya.
"Mas sukanya baju koko warna apa, hm?" Tanya Kayesha lembut, ia sedikit memiringkan badannya ke Azzam, lalu tangannya mengusap rambut Azzam.
"Terserah mau warna apa aja asal bagus aja," maklum kalau cowok tidak seribet cewek.
"Size apa emang kamu tuh? L yang?"
"Kecil banget L, yang ada kancing bajunya langsung copot semua pas mau mas pakai," Kayesha tertawa mendengar itu.
"Haha, ya terus apa sayang ku?" Azzam tersenyam-senyum mendengar Kayesha memanggilnya 'sayang'.
"Kamu panggil aku sayang aja ya sayang, jangan manggil mas lagi ya sayang? Aku suka kamu panggil aku sayang soalnya, makin terasa kalau kamu sayang aku."
Blush.
"Apasih kamu tuh, yaudah iya —— terus size baju kamu apa nih, sayang?" Azzam tersenyum lagi kesenangan.
"Aduh aku seneng banget sayang hehe, —— size aku itu XXL."
"XXL? Gede banget, apa ga kegedean mas?" Azzam menggeleng.
"Semua baju-baju aku sekarang rata-rata sizenya itu xxl sayang, kalo L atau XL masih ngepas gitu," ya wajar dikarenakan Azzam badannya tinggi 186 cm, apalagi badannya sangat gagah, bidang dadanya besar, size xxl memang yang better untuknya.
"Oke wait, —— nah coba kamu liat deh ini baju kokonya kaya gimana? Menurut aku bagus sih sayang, tapi kamu mau kaya gimana sama colornya," Kayesha mengarahkan ponselnya ke Azzam.
Azzam menoleh ke layar ponsel Kayesha dengan malas sedikit.
"Bagus semua ini sayang, terserah kamu aja mau pilihin yang mana asal bagus aja kalau dipaduin sama semua warna celana."
"Okay sayang, aku pilihin warna ini nih —— dark grey, biru tosca sama navy ya? Ini bagus sih mas buat kamu, soalnya kulit kamu pun warnanya juga cukup cerah jadi kalau pakai ini jadi cocok," Azzam mengangguk-angguk saja.
"Mas ga sekalian mau beli perfume nih? Aku lagi banyak stock discounts lho ini mas, jadi sekalian aja aku check out sama baju koko mas tadi, atau mas ada sekalian mau beli apalagi?"
Azzam berpikir sejenak, "gada lagi deh kayanya sayang, kamu sendiri emang ga ada yang mau kamu beli juga kah?"
"Ada sih, banyak, tapi ngga dulu ah."
"Lah, kenapa? Kan bisa jadi sekalian."
"Nanti-nanti aja pas ada promo besar-besaran, baru aku check out semua yang aku keep."
"Gapapa sayang, kelamaan mah kalau nunggu promo besar-besaran, pesan aja sekarang, aku yang bayarin sayang."
Mendengar kata 'aku yang bayarin' membuat Kayesha menjadi bersemangat.
"Ah ga usah lah mas, repotin mas terus, sayang juga kebuang duit, nanti-nanti aja lah."
"Jangan sayang, pesan sekarang aja, kalau nanti yang kamu keep ternyata udah habis gimana? Kan susah jadinya, lagian keep an kamu ga numpuk jadi langsung aja gin pesan," suruh Azzam.
"Tapi kalau di check out semua jadi bayarnya mahal."
Azzam mendongak ke arah wajah Kayesha.
"Apa sih sayang? Gapapa, emang kamu check out bakal ngejual rumah juga? Ngga kan? Gapapa sayang, mas ada rezeki juga ini, kan mas yang suruh juga ini."
"Beneran ya ini tapi?" Azzam tersenyum tipis lalu mengangguk.
"Sok, sayang pesan aja semuanya nanti kasih tau berapa totalnya, itu sistem cod atau bisa transfer?" Azzam tak paham tentang belanja online seperti ini, ia kan rada kudet.
"Terserah mas mau pakai sistem yang mana."
"Transfer aja deh sayang biar lebih mudah, takutnya kalau cod pas kita ga ada dirumah kan jadi kasian juga kurirnya harus nunggu pembayaran."
"Beneran ya ini mas? Beneran aku pesen lho ini ga becanda aku tuh—"
Cupp!
Azzam mengecup bibir Kayesha sedikit brutal, Kayesha hanya bisa mematung saja.
"Kamu bilang gitu sekali lagi aku cium nih ya?" Kayesha menggeleng cepat.
"Hehe yaudah aku pesen ya mas hehe, makasih Azzam sayang," Kayesha memeluk badan Azzam yang wangi dan segar habis mandi itu, rasanya benar benar nyaman.
Azzam benar-benar merasa senang saat ini, ia tak segan-segan untuk bermanja-manja dengan Kayesha seperti saat ini, apalagi nampaknya Kayesha juga toh fine fine aja, Azzam pun juga pertama kali seclingy itu dengan cewek, boro-boro dulu pas dia masih umur belasan atau masa kuliah, lelaki itu hanya sibuk mementingkan keluarga, dirinya, karir dan juga pertemanannya.
Cup cup cup cup cup cup cup cup!
Azzam mencium pipi Kayesha terus berkali-kali tanpa henti, ia semakin menarik diri Kayesha kedalam dekapannya dari samping, tak cuman mencium pipi tapi juga pelipis dan leher, lagi lagi Kayesha kegelian.
"Ah, mas stop deh ah geli tau——kamu tuh manja banget, bukannya dulu kamu ga gini ya hm?" Kayesha menatap Azzam.
Azzam tersenyum lebar menatap kayesha dengan tatapan seperti bocah, cup!
"Ya sekarang kan gini aku ke kamu, kenapa ga suka?" Azzam mencium bibir Kayesha sekilas.
"Iya ga suka, kenapa emang?"
"Ya biarin tapi kan aku suka, lagian kaya cium kamu, peluk kamu, kaya manja-manja sama kamu beneran bikin aku candu gitu sayang, kaya narkoba gitu haha."
"Bisa aja kamu, ya tau tapi jatohnya malah kamu kaya anak kecil tau kaya gini, —— oh apa jangan-jangan kamu dulu pernah gini juga ya ke mantan kamu?" Azzam mengangkat sebelah alisnya.
"Hah? Sapa?"
Kayesha mengedikkan sebelah bahunya, lalu fokus main ponsel.
"Ck, kamu mah sayang kamu yang nanya jadi kamu yang ngambek. Emang kamu tau aku punya mantan? Pacaran aja ga pernah."
"Boong."
"Serius sayang demi Allah, kamu tanya sama Abim Yohan deh, atau ga tanya umi, mereka tau tentang aku semuanya," jelas Azzam dengan tatapan serius.
"Haha iya deh mas yaudah kali ah, gausah dibahas lagi."
Azzam menatap Kayesha intens, wajahnya fokus selama beberapa detik.
"Sayang."
"Hm?"
Azzam langsung mengangkat tubuh Kayesha, Kayesha yang reflek langsung menaruh ponselnya disofa, ia pun shock diangkat Azzam lalu diturunkan dikasurnya. Setelah itu Azzam langsung menindih tubuh Kayesha, kali ini benar-benar sampai Kayesha merasa berat karena tubuh Azzam yang besar.
"Mas ih, kamu tuh berat——"
"Iya emang berat sayang, yang bilang aku ringan siapa?" Cecar Azzam bercanda.
"Apasih ah, udah sana berat tau!" Kayesha mendorong dada bidang Azzam.
"Gamau sayang aku mau kaya gini sampai kiamat," Kayesha membulatkan matanya tapi sekaligus ngakak juga.
"Haha apasih mas, mati kali yang ada aku ah!" Kayesha tertawa-tawa tapi masih mendorong Azzam juga.
Tiba-tiba tangan Azzam menggelitiki perut Kayesha, Kayesha langsung tertawa terbahak-bahak bahkan sampai memegangi perutnya karena sanking gelinya tapi Azzam melihat itu jadi puas, karena apa ya? Membuat Kayesha tertawa, ngambek itu jadi kesukaannya.
"Ahahaha, ah, udah mas geli tau hahahaha."
"Gamau haha, kamu gemesin banget soalnya apalagi kalau ketawa."
"Hahahaha mas hahahaha, udah ah stop! Hahahaha mas udah ya Allah hahaha sumpah perut aku sakit hahaha."
Azzam pun menghentikan gelitikannya, nafas Kayesha menjadi tersengal-sengal.
"Udah ah mas sana ih kamu berat ih!"
"Cium dulu."
Kayesha menggeleng, "gamau."
Ya Allah gemes banget batin Azzam.
"Ya kalo gamau, aku bakal nindihin kamu sampai kiamat kan aku bilang," Azzam tersenyum miring, rambutnya acak-acakan.
Dengan rambut yang sudah teracak-acak, dengan smirknya, Kayesha hanya bisa pasrah saja melihat Azzam karena pesona suaminya itu bertambah berkali-kali lipat, rasanya seperti melihat pangeran.
"Ia tapi cium pipi kan?" Azzam menggeleng.
"Ga."
"Terus cium di—-mphh," mulut Kayesha dibungkam oleh Azzam dengan ciuman yang sedikit brutal.
"Nah kaya gitu, udah aku contohin kan? Ayo sayang."
Kayesha dag dig dug ingin mati, matanya bertemu dengan mata elang Azzam yang intens menatapnya lalu menatap bibirnya, bahkan jempol lelaki itu mulai mengusap bibir bawahnya pelan.
"Gamau! Dosa!"
Azzam tertawa menggelegar memenuhi semua isi kamar.
"Hahaha, dosa? Astaga istriku yang gemesin ini, kamu bocil banget ya sayang? Kamu lupa kah aku suami kamu, hm?" Suara Azzam lembut.
Iya anjir bego kok gue takut dosa ya batin Kayesha.
"Lupa."
"Yaudah kalo lupa ayo, ulangin yang kaya aku lakuin tadi."
"Engga mau ah, aku malu ih!"
"Malu apa sayang? Ya Allah, aku suami kamu sayang."
"Kamu tuh serem tau ga kaya pedofil njir, ya aku takut lah," Kayesha menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Azzam memegang tangan Kayesha dan menjauhkan itu dari wajah Kayesha, "gini deh, kamu mau apa sekarang? Kalau kamu cium aku yang kaya aku contohin tadi, bakal aku kabulin gimana?"
Kayesha berpikir dulu memikirkan apa yang belum ia beli, lalu setelah beberapa detik ia tersenyum miring.
"Mau motor baru yang matic."
"Itu aja?"
Ini orang kaya gada takut-takutnya.
Kayesha mengangguk sambil tersenyum, begitu juga Azzam yang tersenyum manis kepadanya.
"Iya sayang apapun itu, pegang omongan aku dan anggap ini janji, bakal aku penuhin paling lama hari minggu. Gimana, deal?"
Otak cewek itu berpikir, sebelum mengatakan "deal!"