NovelToon NovelToon
ODELIA The Ocean Heart & Mortal Soul

ODELIA The Ocean Heart & Mortal Soul

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Identitas Tersembunyi / Persahabatan / Fantasi Wanita / Transmigrasi Copyman
Popularitas:475
Nilai: 5
Nama Author: Tilia

Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.

Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.

Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

“Mengapa mereka begitu lama hanya menangkap seorang wanita dan pria tua!”

“Hey! Kalian berlima bereskan mutan di gerbong itu”

“Ayoo kita lihat apa yang mereka lakukan!” Pemimpin perampok pergi bersama dua tangan kanannya, menuju ke dalam hutan.

......................

Memacu kudanya mengejar Adrian di depanya, Ael berkuda di belakang Adrian.

“Hey! apa yang kalian lakukan?” Jamie mendekat pada Ael.

“Kereta Tuan Laurent di serang perampok di hutan itu, hanya tersisa Tuan Laurent dan Catherine” Ael menjelaskan pada Jamie.

“Apa!” Jamie kini mengikuti kecepatan berkuda kedua temanya menuju hutan pinus di depan mereka.

Memasuki hutan pinus di malam hari ketiga di kejauhan dapat melihat cahaya obor dekat kereta yang terguling beberapa perampok sedang memindah muatan gerbong pada kereta mereka.

Sebuah anak panah menembus salah satu perampok, anak panah lainya menyerang mereka. Terkejut dengan serang panah para perampok segera mengeluarkan pedang mereka siap bertarung.

Adrian menggunakan pedang melompat ke gerobak menyerang dua perampok dan menghabisi mereka, seorang perampok ingin melarikan diri namun anak panah segera menancap pada tubuhnya. Jamie memegang pedang scimitar dari punggungnya waspada mendekati kereta yang terguling dan memeriksanya.

“Tidak ada seorang pun!” Jamie berteriak pada kedua temanya, Adrian segera melihat pada gerbong muatan namun hanya berisi bahan-bahan persedian dan melihat ke sekeliling hutan kemana mereka pergi.

Ael menggunakan obor di tangan melihat beberapa jejak di samping gerbong muatan, berjalan mendekat menerangi tanah terlihat beberapa jejak sepatu terlihat.

“Di sini! Terdapat beberapa jejak sepatu, tanah ini cukup basah sepertinya hujan turun beberapa saat yang lalu” Jelas Ael menyetuh tanah dengan tangan, Adrian dan Jamie memperhatikan jejak di tanah.

“Ayoo, kita susul mereka” Adrian memasukan pedangnya memegang obor api memasuki kegelapan hutan Ael dan Jamie segera mengikutinya.

Mereka mengikuti jejak di tanah, saat mendekati semak-semak Ael melihat terdapat sesuatu yang janggal di sini.

“Ian, berhenti!” Ael menghentikan Adrian.

“Lihat dahan di pohon dekat semak itu, dahan terpotong dengan sangat rapih”

“Seperti seseorang sengaja memotongnya” Ael menunjuk pada pohon itu, ketiga segera mendekati semak-semak dengan waspada. Adrian mendekat terlebih dahulu dan melihat seseorang di balik dahan pinus, ia pun membuang dahan itu menemukan Tuan Laurent tak sadarkan diri.

“Kakek!” Adrian segera menyingkirkan semua dahan-dahan pinus, terlihat Tuan Laurent di selimuti gaun luar Odelia.

“Dia masih bernapas” Jamie memeriksa jantung Tuan Laurent.

“Kalian pergi mencari Catherine, aku akan membuat sinyal bantuan dan menjaga Tuan Laurent” Jamie menyentuh gaun Odelia dan merobek nya untuk menolong Tuan Laurent, Ael menancapkan obornya di tanah untuk menerangi Jamie. Adrian dan Ael segera pergi mengikuti jejak lainya.

......................

Tring Tring Tring!!

Seorang perampok dengan cepat menghalau serangan panah terhadapnya.

“Sial! Seseorang menyerang kita secara diam-diam” perampok itu kesal dengan serangan pana tadi.

“Perhatikan sekitar mu!” pemimpin perampok berteriak pada kedua tangan kananya untuk waspada memandang lingkungan di sekitarnya.

“Di balik batu itu! Seseorang berlari di sana” perampok dengan cambuk berteriak ke arah bebatuan.

“Cepat, kau periksa di sana!” pemimpin perampok memerintahkannya.

Perampok dengan cambuk berjalan mendekati bebatuan itu mengayunkan cambuknya pada bebatuan, melihat di balik batu besar itu tidak ada seorang pun.

Odelia dengan pedang di tanganya muncul di samping bebatuan, menebas pada lutut belakang perampok itu hingga kesakitan dan terjatuh. Odelia segera menghabisinya.

Mendengar teriakan kawanya, pememimpin dan perampok menjadi waspada. Menggunakan sisa panahnya Odelia muncul di balik bebatuan menyerang kedua lawanya.

Serangan panah berhasil di hentikan, namun satu anak panah menembuh bahu perampok dengan pedangnya, segera pemimpin mengeluarkan cambuknya. Mengayunkan cambuknya pada tangan Odelia yang bersiap melempar tombak kayu yang ia buat.

Tali cambuk membelit tanganya, tubuhnya tertarik saat pemimpin menarik tali cambuknya. Terseret menuju perampok Odelia berusaha melepaskan diri.

Perampok dengan pedang segera menahan Odelia.

“Apa gadis ini yang kau inginkan, bos?” menahan tubuh Odelia untuk berlutut menghadap bosnya.

“Gadis yang cantik namun berbahaya” pemimpin memegang wajah Odelia.

“Gadis seperti ini perlu di jinakan, ikat dia” kemudian menamparnya.

“Sungguh sial mengapa hujan ini turun kembali” pemimpin perampok berjalan menuju tubuh bawahannya yang tewas memeriksa pakaiannya dan mengambil beberapa barang.

Odelia meludahkan darah dari mulutnya melirik pedang perampok di sampingnya, hujan kini semakin deras.

“Cepat berdiri” Perampok itu menarik tangan Odelia untuk berdiri, Odelia yang mengenakan gaun putih kini gaunya sudah kotor bercampur tanah.

Berdiri dan berjalan beberapa langkah Odelia terjatuh terbaring menghadap perampok itu, karena air hujan wajahnya kini bersih dan memperlihatkan wajah serta mata indahnya di tambah kaki putih terlihat di balik gaun kotonya.

Perampok itu menelan ludahnya melihat pemandangan menggoda di bawahnya.

“Dia akan di jual sebelum itu mungkin aku bisa mencicipinya terlebih dahulu” perampok menurunkan kewaspadaan terhadap Odelia, membuka kancing kemejanya mendekati Odelia yang terbaring di dedaunan.

Menyetuh pinggang ramping Odelia menatapnya dengan buas, Odelia menendang keras pada pangkal pahanya membuat perampok itu terjatuh kesakitan. Odelia segera berlari mengambil dua pedanya yang di lempar perampok itu, menggunakan pedangnya menyayat tali di pergelangan tanganya.

“Kurang ajar!” perampok itu berteriak pada Odelia dengan rasa sakitnya.

Odelia menyerang perampok itu dengan kedua padangnya namun ia berhasil menahan serangan Odelia dan menyerangnya balik, Odelia melompat ke belakang menghindari serangan itu.

Kini di bawah hujan malam, keduanya bersiap menyerang satu sama lain memegang senjata di tangan masing-masing berputar mewaspadai serangan yang akan datang.

Perampok itu menyerang terlebih dahulu pada Odelia menahanya dengan kedua pedangnya memutar ke samping tubuhnya membuat perampok itu kehilangan padangnya, Odelia segera menyerang leher membunuhnya dengan cepat.

“Kau!” pemimpin perampok melihat bawahannya yang lain terbunuh dengan marah mengayunkan cambuk pada wajah Odelia.

Odelia berhasil menghindar tepat waktu namun kulit wajahnya tergores oleh cambuk itu, memutar cambuk di tengah hujan pemimpin perampok itu terus menyerang Odelia. Odelia dengan cepat menghindari setiap seranganya mendekati tombak kayunya, menghindari serangan lainya kemudian meleparkan tombak.

Aaaaaa!

Tombak tepat menancap pada pahanya membuatnya berlutut, sebuah pedang meluncur menyerangnya. Perampok itu terjatuh saat pedang mengenai tubuhnya.

Odelia berlutut melihat perampok itu terjatuh dengan terengah menutup matanya merasakan tetesan hujan di wajahnya ia pun terjatuh ke tanah.

......................

Mendengar terikan dari kejauhan, Adrian dan Ael segera berlari menuju sumber suara dengan hujan yang membasahi jubah mereka.

Tercium bau darah, kedua bergegas. Terlihat tiga tubuh terbaring di tanah. Adrian berlari melihat tubuh seorang wanita, berlutut di samping wanita itu Adrian merasakan ketakutan menghantui tubuhnya. Membalikan tubuh ketakutan Adrian menjadi nyata, menyentuh wajah dingin Odelia Adrian tidak percaya dengan hal ini.

Ael melihat Odelia yang nampak pucat terbaring di tanah dengan tetesan hujan telah reda, mengepalkan tanganya menahan amarah dan kegagalannya.

“Ahhhh..Sial!” erangan pemimpin itu pedang mengenai bahunya.

Melirik tajam pada perampok yang kesakitan itu, Adrian mendekatinya mengunuskan pedang tepat di leher menatapnya dengan amarah.

“Tunggu, Tuan. Kita bisa membicarakannya” merasakan bilah dingin di lehernya pemimpin perampok berusaha membela diri.

Ael berlutut di samping tubuh Odelia, memeluk Odelia di pangkuannya. Membersihkan wajah Odelia dengan sapu tanganya menatap Odelia dengan perasaan sulit di jelaskan.

“Tuan, aku hanya membeli diri. Lihat perampok itu dia mencoba memperkosa gadis di sana” pemimpin perampok menunjuk bawahannya mencoba meyakikan Adrian.

Adrian dengan dingin menekan tombak di paha menembus lebih dalam tidak mendengarkan perkataan perampok itu.

Saat membersihkan wajah Odelia, jari Ael merasakan hembusan ringan napas Odelia. Terkejut segera Ael mendekatkan telingan pada hidung Odelia. Terdengar tarikan udara ringan, menyentuh pergelangan tangannya merasakan denyutan nadinya, Ael merasakannya.

Ael tidak percaya ia segera memeluk tubuh Odelia dengan erat.

“Ian, Catherine bernapas” teriak Ael pada Adrian.

Adrian terkejut mendengar teriakan Ael melihat Odelia di pelukanya, segera menusuk jantung perampok itu sebelum ia mengatakan hal lainya.

Berlari dan berlutut menghadap Ael yang memeluk Odelia, menyentuh wajahnya.

Ael segera membuka jubah dan pakaiannya, mengenakan kemeja pada Odelia. Adrian ikut melepaskan jubah dan pakaiannya memberikan pada Ael untuk menambah kehangatan pada Odelia.

Setelah menutupi Odelia, keduanya segera pergi menuju kereta dengan Odelia di pelukan Ael dan Adrian menerangi jalan mereka dengan obor dan panah Ael di tanganya.

Jamie melihat Adrian dan Ael mendekat dengan seseorang di tanganya. Kedua sampai menuju kereta yang terguling.

“Tuan Laurent telah dalam perjalanan menuju kota bersama Davian”

“Mereka telah membawa dokter bersamanya”

“Catherine?” Jelas Jamie saat kedua temanya mendekat melihat Odelia balik jubah Ael.

“Terimakasih, Jamie” Adrian menepuk pundak Jamie.

“Pakaian mu kering?” tanya Ael pada Jamie.

“Ya”

“Pegang dia bersama menuju kota dengan kereta, aku akan menjaga kuda mu” Ael menyerah Odelia pada pelukan Jamie.

“Apa dia terluka?” memeluk Odelia, Jamie khawatir melihat wajah pucatnya.

“Kami menemukanya seperti ini” Adrian menyentuh wajah Odelia.

Jamie memasuki kereta dengan Odelia, Adrian segera bersiul memanggil kudanya di ikuti Ael.

“Aku akan pergi terlebih dahulu” Adrian menaiki kudanya segera berkuda meninggal hutan pinus.

“Jaga dirimu” teriak Jamie.

Kereta kuda segera meninggalkan hutan, Ael berkuda di belakang kereta bersama kuda Jamie.

Di dalam kereta, Jamie menyentuh wajah Odelia yang dingin kemudian menyentuh rambutnya yang basah.

“Mengapa kulitnya dingin seperti hujan” Jamie menyentuh kemeja di tubuh Odelia menyadari ia memakai dua kemeja temanya yang lembab.

Segera Jamie membuka jubahnya dengan tanganya yang masih memeluk Odelia, membuka dua kemeja temanya mulai basah karena gaun Odelia yang basah dan kotor.

Jamie menatap sedih saat melihat gaun Odelia basah dan kotor terlebih lagi ia tidak mengunakan alas kaki.

Jamie segera mengenakan kemeja dan sepatunya pada Odelia, merubah posisi Odelia menjadi bersandar pada tubuhnya secara langsung terlihat Odelia duduk di pangkuan Jamie menyelimutinya dengan jubahnya.

Dengan ini Jamie dapat membuat Odelia lebih hangat, meihat Odelia bersadar pada tubuhnya Jamie berharap ia lebih baik.

Memeluk Odelia, Jamie menggosokan kedua tanganya pada kedua tangan Odelia dalam genggamannya. Odelia perlahan dapat mendengar detak jantung seseorang, namun itu bukan miliknya. Merasakan kehangatan di tangan sepeti seseorang memegangnya dengan erat.

“Bukankah aku di hutan pinus”

“Menghabisi para perampok itu”

“Tuan Laurent apakah seseorang menemukanya?”

“Penelope berhasil kembali ke kota dan kembali dengan bantuan?”

Kembali Odelia mendengar detak jantung itu, perlahan ia membuka matanya.

“Catherine!” Jamie melihat Odelia membuka matanya dengan lemah, menyentuh wajah Odelia merasakan ia dingin di kulitnya telah berkurang.

Mendengar suara yang di kenalnya Odelia merasa lega semua orang selamat.

“Catherine, tetaplah terjaga. Aku akan menghangat tangan dan wajah mu” Jamie mengosok kedua tangan menghangatkan tangan Odelia kemudian menggosokan kembali tanganya unutk menghangat wajahnya ia melakukan berulang kali.

Merasakan hangat di tangan dan wajahnya, Odelia melirik lemah pada Jamie melihat setiap gerakanya menatapnya dengan kehawatiran. Jamie merasakan Odelia menatap tersenyum padanya.

“Aku akan terus bersama mu, Cath” Jamie menundukan kepalnya menyentuhkan dahi pada dahi Odelia menatap mata lemah Odelia.

Jamie memeluk lebih erat Odelia.

“Ceritakan sebuah kisah” Odelia berkata lemah pada Jamie.

“Kisah?” Jamie tersenyum melihat Odelia bersandar padanya, Odelia mengangguk lemah.

“Baiklah” Jamie mulai menceritakan kisah perjalananya mengikuti ayahnya, Odelia mendengarkan kisah Jamie dan detak jantung Jamie secara bersaman.

...----------------...

1
Dayra Malay
Bingung harus ngapain tanpa cerita ini setiap malam 😔
Tilia: Di tunggu ya kak 😊
update secepatnya 🚀
total 1 replies
Bridget
Kisahnya bikin aku lebih semangat menghadapi hidup!❤️
Tilia: Makasih Kak /Heart/
Semangat terus 💪🏻....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!