Risma begitu syok ketika mengetahui bahwa suaminya yang bernama Radit yang selama beberapa tahun tinggal terpisah darinya karena dia dipindah kerjakan di luar kota ternyata telah menikah lagi di belakangnya. Hati Risma pun bertambah hancur ketika mengetahui bahwa selama sebelas tahun menikah dengan Radit dan mempunyai dua orang anak ternyata Radit tidak pernah mencintainya. Radit tidak bahagia hidup dengannya dan memilih untuk menikahi mantan kekasihnya di masa lalu. Lalu apakah Risma akan sanggup menghadapi pengkhianantan sang suami , dan apakah Risma bisa bertahan hidup bersama Radit setelah diduakan dan dia sadar bahwa cintanya yang begitu besar hanya bertepuk sebelah tangan...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Bekas Tamparan
KEMBALI KE MASA SEKARANG
Selama satu jam berada di dalam kamar tamu rumah Anggi, Radit dan Eva pun keluar.
"Babby... Badan aku lengket banget nggak enak, aku mau mandiii...." rengek Eva sambil menggandeng tangan Radit. Mereka berdua menuruni tangga.
"Mandi di rumah Umi aja ya..." sahut Radit.
"Babby, lepaskan tanganmu , nanti ada yang melihat..." ucap Radit.
Eva melepaskan tangan Radit sambil cemberut.
"Giliran udah puas aja, nggak mau dipegang, tadi aja dikamar aku disuruh beginilah , disuruh begitu lah, gaya ini lah gaya itu lah, sampai tenagaku terkuras habis. Sekarang aku dicuekin..." ucap Eva sambil memanyunkan bibirnya.
"Kok kamu ngomong gitu sih babby... Bukannya aku mau cuekin kamu sayang, tapi kan kalau ada yang lihat kita gandengan tangan, nanti jadi omongan..." sahut Radit.
"Orang kita suami istri kok, wajarkan kalau gandengan tangan..." ucap Eva.
"Tapi kan mereka nggak tahu kalau kita suami istri yang sah...." sahut Radit.
"Ya kasih tahu dong ke mereka kalau kita sudah menikah..."
"Sabar dong babby, kita akan cari waktu yang pas, oke..." Radit mengusap pundak Eva.
"Radit... Rafa sama Sabila mana...?" tanya bu Ratna yang baru saja masuk ke dalam rumah Anggi.
"Lagi pada tidur di kamar Mi..." jawab Radit menunjuk kamar tamu lantai bawah.
Bu Ratna lalu membuka pintu kamar tersebut. Ternyata kamarnya kosong.
"Mana...? Nggak ada..." kata bu Ratna.
"Masa sih, tadi mereka ada di kamar kok, iya kan babby..." ucap Radit ikut melihat ke dalam kamar.
"Tadi kapan...?" tanya bu Ratna.
"Waktu aku balik ke sini..." jawab Radit.
"Itu mah udah lama Radit, udah satu jam lebih. Coba sana cari di luar..." sahut bu Ratna.
Radit pun mencari Rafa dan Sabila keluar rumah Anggi, tapi tidak ada. Beberapa anak- anak yang ada di sekitar pun tidak ada yang melihat keberadaan Rafa dan Sabila.
"Gimana Radit, udah ketemu apa belum...?" tanya bu Ratna.
"Belum Mi..." jawab Radit.
"Ya Alloh kemana sih mereka...?"
"Ada apa nek...?" tanya Bayu.
"Eh Bayu, kamu lihat Rafa sama Sabila nggak...?" tanya bu Ratna.
"Tadi sih Bayu lihat mereka pergi ke sana nek..." Bayu menunjuk ke arah jalan.
"Lho kok ke sana sih, memangnya mereka mau ke mana...?" tanya Radit.
"Mau pulang kali om, kan tadi mereka cari - cari tante Risma sama om. Dia nanya ke Bayu. Bayu jawab aja kalau om sama tante pulang..." jawab Bayu.
"Ya ampun Radit, jangan- jangan mereka pulang..." bu Ratna cemas.
"Masa pulang sih Mi,dari sini ke rumah kan jauh..." sahut Radit.
"Ya udah kamu telpon saja tuh si Risma , mereka pulang apa nggak..." ujar bu Ratna.
Radit lalu mengambil ponselnya kemudian menelpon Risma.
"Nomornya nggak aktif Mi..." ucap Radit.
"Ah, gimana sih..." sahut bi Ratna.
"Ya udah deh Mi , Radit pulang dulu aja. ..." ucap Radit.
Radit kemudian pamit dengan Eva kalau dia akan pulang mencari Rafa dan Sabila.
"Kok pulang sih babby, aku mau mandi dulu..." rengek Eva tidak mau ditinggal.
"Kamu pulang aja ke rumah Umi, mandi di sana..." ucap Radit.
"Tapi anterin..." sahut Eva.
"Kan deket..."
"Nggak mau pokoknya aku mau dianterin..." Eva ngambek.
"Anterin sama Umi aja ya..."
"Nggak mau, maunya sama kamu..."
"Ya udah, ayo kita ke rumah Umi..."
Radit lalu mengantar Eva pulang ke rumah bu Ratna dengan naik motor.
"Aku langsung pulang ya..." ucap Radit setelah sampai di halaman rumah bu Ratna.
"Aku nggak mau sendirian babby. Aku takuttt....." Eva kembali merengek seperti anak kecil.
"Kan tadi aku dah bilang sama kamu suruh pulang sama Umi, biar kamu ada temannya..." sahut Radit.
"Maunya ditemani sama kamu babby..."
"Aku mau cari Rafa sama Sabila dulu..."
"Ya udah kalau kamu nggak mau nemenin..." Eva ngambek sambil jalan ke teras rumah bu Ratna
"Babby, jangan ngambek gitu dong..." Radit mengejar Eva.
"Kamu nggak sayang sama aku... Hik..hik..." Eva menangis
"Kok gitu sih ngomongnya. Aku sayang sama kamu , aku cinta sama kamu, cintaku cuma buat kamu saja babby..." Radit menangkup kedua pipi Eva.
"Tapi kenapa kamu nggak mau nemenin aku hik..hik..." Eva kembali menangis.
"Dengar dulu Babby, aku khawatir sama Rafa dan juga Sabila. Mereka nggak tahu ke mana, aku udah cari- cari ke mana- mana tapi nggak ada..."
"Paling juga mereka pulang..." jawab Eva.
"Tapi rumahku kan lumayan jauh dari sini, mereka belum pernah pulang sendiri dari sini. Aku takut mereka kenapa- napa..."
"Ya udah pergi sana...kamu nggak usah perduliin aku lagi hik..hik...!" Eva marah sambil menangis.
"Auw..." Eva memegangi kepalanya.
"Babby kamu kenapa...?" Radit khawatir.
"Kepalaku tiba- tiba pusing..." Eva meringis.
"Ya udah kita masuk yu..." Radit memapah Eva masuk ke dalam rumah, kebetulan Radit memegang kunci cadangan rumah.
Radit membawa Eva masuk ke kamar. Eva lalu duduk di tempat tidur.
"Kamu tiduran aja ya..." ucap Radit.
"Nggak mau..." Eva masih ngambek.
"Sudah sana pergi , nggak usah perdulikan aku..." ucap Eva sambil memanyunkan bibirnya.
"Jangan begitu dong Babby, mana mungkin aku ninggalin kamu dalam keadaan seperti ini..." ucap Radit.
"Dibuka dulu kerudungnya biar nggak gerah..." Radit membantu Eva membuka kerudung serta mengganti baju Eva. Eva lalu berbaring di tempat tidur.
"Masih pusing...?" tanya Radit memijit kepala Eva dengan lembut.
"Sedikit..." jawab Eva pelan.
"Babby... Aku mau mandi...." ucap Eva.
"Nggak usah mandi dulu, kan masih pusing, takutnya nanti malah sakit..." sahut Radit.
"Tapi badan aku lengket, nggak enak, keringat kamu kan ke bandan aku semua tadi..." ucap Eva. Radit pun tertawa pelan sambil mengusap kepala Eva.
"Ya udah mandi deh.."
"Tapi maunya dimandiin..." Eva merengek.
"Manjanya istriku ini..." Radit mencubit pelan pipi Eva. Eva memanyunkan bibirnya membuat Radit semakin gemas saja pada istri manjanya itu.
"Ya udah nanti aku mandiin kamu tapi harus ada imbalannya..." ucap Radit.
"Imbalannya apa...?" tanya Eva.
"Mau ini lagi..." jawab Radit sambil meraba benda milik Eva di balik daster.
"Aahhh... Babby... Geliii.... " Eva tertawa kegelian.
Radit lalu menggendong Eva menuju ke kamar mandi di luar kamar.
"Babby, tapi nanti jangan lama- lama ya mainnya, takut Umi sama Abah pulang, nanti kita ketahuan deh lagi main di kamar mandi, kan malu..." ucap Eva yang berada dalam gendongan Radit.
"Ngapain malu, abah sama umi juga pasti ngertiin kok. Mereka kan pernah muda juga, pernah merasakan indahnya pengantin baru..." sahut Radit sambil masuk ke dalam kamar mandi.
...****************...
Sementara itu di rumahnya, Risma masih tertidur di lantai. Iya, sejak Radit pergi dia terus menangis sambil duduk di lantai dan akhirnya ketiduran. Risma pun bangun karena mendengar ada yang memanggil-manggil.
"Ibuuuu...ibuuu... Ibu di mana...?" terdengar suara Rafa dan Sabila memanggil dari luar kamar.
Risma lalu bangun dan duduk bersender pada ranjang tempat tidur. Pintu kamar pun terbuka.
"Ibuuu... " ucap Rafa menghampiri Risma.
"Ibu kenapa...? Kok duduk di bawah...?" tanya Sabila.
"Nggak papa, tadi ibu ketiduran di lantai..." jawab Risma.
"Pipi ibu kenapa...? Kok bengkak...?" Rafa memegang pipi sang ibu. Risma meringis kesakitan.
"Ibu...ibu kenapa bu...? Sakit ya bu..? Pipi ibu diapain, kenapa bisa bengkak begini...? Ibu habis dipukul ya..? Siapa yang mukul ibu...? Apa ayah yang mukul ibu...?" tanya Rafa menangis karena sedih melihat keadaan sang ibu.
"Ehm.. Enggak sayang, ibu nggak papa kok, tadi ibu jatuh, pipi ibu kebentur tembok..." Risma mencoba memberikan alasan lain. Dia tidak mau anak- anaknya tahu kalau ayanya telah berbuat kasar.
"Ibu jangan bohong, di pipi ibu ada bekas gambar jari tangan..." sahut Rafa.
"Pasti ayah yang mukul ibu kan..? Tadi kata mas Bayu dia lihat ibu dimarahi dan dibentak - bentak sama ayah. Ibu juga diseret- seret suruh naik ke motor. Kenapa ayah jadi kasar begitu sama ibu...hik..hik..." Rafa menangis.
"Ibuuu...." Sabila ikutan menangis.
Rafa dan Sabila memeluk Risma. Risma yang tidak ingin menangis pun akhirnya ikut menangis juga.
" Sudah- sudah jangan menangis, ibu nggak papa kok. Ayah mana...?" tanya Risma.
"Bukannya ayah ada di rumah sama ibu..." Rafa balik bertanya.
"Lho, kan setelah ayah anter ibu pulang, ayah balik lagi ke rumah tante Anggi buat jemput kalian..."
"Tapi ayah nggak ada di rumah tante Anggi. Rafa sama Sabila cari ayah ke mana- mana tapi nggak ketemu juga. Nenek sama kakek juga nggak ada di sana, tante Eva juga nggak ada..." sahut Rafa.
"Jadi kalian nggak ketemu sama ayah....?" Rafa dan Sabila menggelengkan kepalanya.
"Lalu tadi kalian pulang sama siapa...?"
"Pulang berdua jalan kaki..." jawab Sabila.
"Apa...? Jalan kaki...? Ya Alloh... Kok bisa sih. Kan jauh sayang. Kalian nggak papa kan..? Kalian nggak kenapa- napa di jalan...?" Risma khawatir.
"Nggak kok bu, Rafa sama Sabila baik- baik saja...." jawab Rafa.
"Alhamdulillah Ya Alloh, Engkau telah melindungi anak- anakku..." ucap Risma bersyukur.
"Tapi kaki Ade pegal- pegal bu... Hik..hik..." Sabila menangis sambil memegangi kakinya.
"Ya Alloh... Sini, ibu pijitin ya..." Risma memijit kaki Sabila.
"Kaki mas Rafa sakit juga nggak...?" tanya Risma.
"Nggak kok bu...." jawab Rafa.
"Kalian sudah minum...?" tanya Risma.
"Sudah bu..." jawab Rafa dan Sabila.
"Mas Rafa, ibu minta tolong ambilkan minum ya, ibu haus..." ucap Risma.
"Iya bu..." Rafa bangun dari duduknya lalu mengambil minum.
"Ini bu minumnya..." ucap Rafa.
"Makasih sayang..."
Tak lama kemudian Radit pulang. Dia langsung masuk ke dalam rumah.
"Risma,,, Ris...." Radit memanggil- manggil.
"Bu, itu ayah pulang..." ucap Rafa.
Radit masuk ke dalam kamar.
"Lho, kalian kalian ada di sini...? Pulang sama siapa...?" tanya Radit pada Rafa dan Sabila.
"Pulang berdua Yah..." jawab Rafa.
"Berdua...? Naik apa...?"
"Jalan kaki..." jawab Sabila.
"Jalan kaki...? Ya Alloh... kok kalian nekad sekali sih pulang berdua jalan kaki lagi. Kalau kenapa- napa di jalan gimana...?" Radit kesal karena khawatir.
"Kami nggak papa kok Yah, cuma ade saja yang kakinya pegal- pegal. Abisnya ayah sama ibu nggak ada, nenek sama kakek juga ngga ada. Ya udah kita pulang aja..." sahut Rafa.
"Ayah dan yang lainnya juga cari- cari kalian, kami khawatir..." ucap Radit.
"Kamu juga Risma, ditelpon nomornya nggak aktif terus. Anak- anak sudah pulang bukannya ngasih kabar malah diam aja..." Radit malah menyalahkan Risma.
"Ayah jangan marahi ibu, ibu nggak salah..." ucap Rafa.
Radit menghela nafas dengan kasar. Sedangkan Risma hanya diam saja.
"Kalian ke kamar gih, istirahat ya, kalian kan capek abis jalan jauh, ganti baju ya..." ucap Risma mengusap kepala Rafa dan Sabila. Rafa dan Sabila lalu pergi ke kamar mereka.
"Kamu habis mandi mas...?" tanya Risma melihat Radit terlihat segar, dengan rambut yang masih setengah basah dan juga sudah berganti baju.
"I...iya, tadi aku mandi di rumah Umi, gerah soalnya badanku lengket abis keliling mencari Rafa dan Sabila nggak ketemu- ketemu. Tahunya malah sudah di rumah..." jawab Radit.
"Ris... Pipi kamu bengkak..." Radit hendak memegang pipi Risma namun Risma langsung menepis tangan Radit.
"Nggak papa..." sahut Risma.
"Maafin aku ya Ris, aku.... Aku ngaku salah, harusnya aku nggak berbuat kasar sama kamu. Maaf ya, aku khilaf Ris..." ucap Radit merasa bersalah.
"Nggak papa..." jawab Risma.
"Aku kompres pakai air hangat ya..." ucap Radit.
"Nggak usah mas, aku mau mandi..." Risma lalu bangun dan langsung menuju ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi Risma menatap wajahnya di cermin. Penampilannya begitu berantakan, matanya sembah dan merah, pipinya bengkak juga merah, dan ada cap tiga jari Radit yang tertinggal di sana.
Risma kembali menangis. Pipinya begitu terasa sakit. Iya tentu saja, Radit menamparnya dengan sangat keras. Selama sepuluh tahun berumah tangga, baru kali ini Radit berbuat kasar seperti ini. Rasanya sangat menyakitkan. Ya, Risma sadar, semua ini juga karena kesalahan Risma yang tidak bisa menahan diri untuk tidak melabrak Nada yang telah membuat dirinya cemburu buta.
Tapi Risma tidak menyangka akibat perbuatannya itu Radit begitu murka padanya hingga menamparnya. Risma memijit keningnya. Kepalanya tiba- tiba terasa pusing, dan perutnya juga terasa perih. Iya, Risma baru ingat jika dia sudah melewatkan makan siang. Tadi pagi juga dia tidak sempat makan nasi. Dia hanya minum sereal saja. Tak heran jika cacing di dalam perutnya menggeliat minta makan.
Risma lalu membuka pakaiannya kemudian dia mandi. Setelah selesai mandi, Risma keluar dari kamar mandi menggunakan handuk kimono. Risma di buat kaget karena melihat Radit berdiri di depan kamar mandi.
"Kamu ngapain berdiri di situ mas...?" tannya Risma.
"Aku nungguin kamu Ris, ini aku bawakan air hangat sama handuk buat mengompres pipi kamu..." ucap Radit.
"Aku bilang nggak usah mas..." sahut Risma.
"Tapi pipi kamu bengkak banget , itu pasti sakit sekali kan..." ucap Radit.
"Ayo sini , biar aku kompres supaya nggak bengkak lagi..." Radit menuntun Risma untuk duduk di tempat tidur. Risma pun hanya menurut saja.
Dengan perlahan Radit mengompres pipi Risma. Risma meringis merasakan sakit.
"ssssttt...."
"Sakit banget ya Ris...?" tanya Radit.
"Biar aku saja mas..." Risma mengambil handuk basah dari tangan Radit. Lalu Risma mengompres pipinya sendiri.
"Mas, tolong bilang ke anak- anak, suruh mereka mandi..." ucap Risma.
"Iya..." jawab Radit.
Radit keluar dari kamar. Lalu Risma mengambil tas di meja rias kemudian mengambil ponselnya. Risma menghidupkan kembali ponselnya yang beberapa waktu lalu sengaja dia matikan. Begitu ponsel menyala, Risma melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Radit beberapa jam lalu.
Risma juga melihat ada beberapa pesan yang dikirim oleh Aryo. Tapi Risma tidak berniat membuka pesan itu. Risma masih geli dengan kalimat- kalimat Aryo yang dia kirimkan padanya beberapa waktu lalu, oleh karena itu dia memilih untuk mengabaikannya pesan Aryo.
Risma lalu membuka aplikasi kamera. Dia mengarahkan layar ponselnya pada mukanya dan mengambil gambar mukanya yang bengkak beberapa kali jepretan. Kemudian Risma menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas.
Bersambung...