Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
"Nggak ke mana-mana. Mau bersih-bersih dan nyuci," jawab Intan sambil meletakkan lauk-pauk di atas piring Ricko.
"Nggak usah. Nanti pembantu mama mau ke sini. Ayo ikut aku menjenguk papa," ujar Ricko lalu memasukkan suapan pertama ke dalam mulutnya.
"Oke. Aku mandi dulu, Mas," balas Intan seraya berdiri hendak pergi ke kamarnya, tapi dicegah Ricko.
"Temani aku makan. Ayo sarapan bersama," ucap Ricko. Intan pun menganggukkan kepalanya lalu mengambil piring untuk makan bersama Ricko.
*
Sesampainya di rumah sakit, Intan dan Ricko mencium punggung tangan Pak Bambang dan Bu Sofi bergantian.
"Ricko nggak jahat kan sama kamu?" tanya Pak Bambang seraya menatap Intan dengan penuh kasih sayang.
"Tidak, Pakde ...," jawab Intan sambil tersenyum.
"Kok panggil 'Pakde' lagi?" gerutu Pak Bambang kurang suka.
"Iya, Pa ...," ralat Intan malu - malu karena belum terbiasa.
"Rick, kamu makin gemukan sekarang?" ucap Pak Bambang pada Ricko.
"Masa sih, Pa?" tanya Ricko tidak percaya sambil membelai pipinya.
"Iya, Rick. Sepertinya Intan merawatmu dengan sangat baik," ucap Bu Sofi menambahi sambil tersenyum senang.
Tidak berapa lama kemudian seorang perawat datang mengantar makan siang untuk pasien. Bu Sofi pun menerimanya lalu menaruh di meja samping Pak Bambang.
"Pakde ... eh Papa, mau makan? Biar Intan suapi ya mumpung masih hangat?" ucap Intan menawari Pak Bambang makan.
Pak Bambang pun mengangguk pelan sambil tersenyum. Intan membuka makanan itu lalu menyuapi Pak Bambang dengan pelan-pelan. Ricko dan bu Sofi menyaksikan Intan menyuapi Pak Bambang dengan penuh perhatian.
"Tuh lihat, Rick, Intan sama mertuanya perhatian gitu, apalagi sama suaminya? Kamu aja makin gemukan sekarang. Kamu belum apa-apain dia kan?" ucap Bu Sofi pada Ricko sambil berbisik.
"Diapa-apain gimana, Ma?" tanya Ricko pura-pura tidak mengerti.
"Sudahlah. Ingat, Intan masih sekolah. Jangan dibikin hamil," ucap Bu Sofi pada Ricko.
"Dibikin hamil gimana, Ma? Orang Ricko nggak ngapa-ngapain dia. Malah kita tidur di kamar yang berbeda. Ricko masuk kamarnya saja langsung diusir," jelas Ricko pada mamanya. Mamanya tertawa terbahak-bahak membuat pak Bambang dan Intan menoleh ke arah mereka.
"Ada apa?" tanya Pak Bambang ingin tahu.
"Nanti saja mama ceritain, Pa ...," ucap Bu Sofi sambil menahan tawanya.
*
Sore hari, Ricko dan Intan pamit pulang pada Pak Bambang dan Bu Sofi. Di tengah perjalanan, Intan baru ingat kalau beras di rumah tinggal sedikit.
"Mas, mampir beli beras ya. Di rumah tinggal sedikit," ucap Intan tiba - tiba.
"Mau beli di mana?" tanya Ricko sambil tetap fokus mengemudi.
"Di toko yang dekat perumahan Mas Ricko saja. Selain harganya lebih murah, kita juga membantu menambah rezeki mereka untuk menyekolahkan anak mereka. Kalau kita beli di supermarket, harganya lebih mahal dan lagipula yang punya juga sudah kaya," ucap Intan membandingkan. Ricko pun berpikir yang dikatakan Intan ada benarnya juga.
*
Sesampainya di rumah, pembantu yang membersihkan rumah mereka sudah pulang. Intan segera masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya. Perjalanan jauh membuatnya merasa sangat lelah.
Begitu juga dengan Ricko, ia istirahat di dalam kamarnya. Tidak berapa lama kemudian ponselnya berdering. Ia mengambil ponselnya dan melihat ID pemanggil yang menunjukkan nama pemanggil "Sayangku". Ia pun segera menggeser icon hijau pada layar ponselnya.
"Hallo," sapa Ricko.
"Sayang ...," rengek Rossa.
"Iya ada apa, Sayang?" tanya Ricko.
"Besok aku berangkat ke Singapura," balas Rossa.
"Iya. Aku tahu ...," balas Ricko.
"Kamu nggak apa-apa kan aku tinggal 3 bulan?" tanya Rossa.
"Nggak apa-apa, Sayang. Sudah biasa kok. Mau diantar ke bandara?" tanya Ricko menawari.
"Nggak usah, Sayang. Aku berangkat sama tim crew. Udah dulu ya. Aku mau mandi. Bye, Sayang. Muach," pamit Rossa.
Setelah meletakkan ponselnya kembali, kantuk Ricko pun menjadi hilang. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya dengan mandi air hangat.