Keesokan paginya Ana pun terbangun dari tidurnya dan mendapati pria itu sedang duduk di atas ranjangnya sembari melihat ke arah jendela.
Ana bergegas bangun dan menghampirinya "Bagaimana keadaanmu Tuan?" tanya Ana tersenyum.
Tuan itu diam tak bergeming dengan tatapan melihat ke arah jendela.
"Tuan katakanlah sesuatu?"
Tuan itu menoleh dan menatap Ana "Kau siapa?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noona frog, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terima kasih, Kakek!
Harry mengetuk pintu dan langsung masuk ke kamar kakek nya. Robert dan Cristy melihat kedatangan Harry "Harry kapan kau tiba" ucap Cristy tersenyum.
"Baru saja"
"Apa kau sibuk nanti?, Malam ini menginap lah di rumah kita makan malam sama-sama" ucap Cristy.
Robert berdehem "Kau ini punya rumah di sini tapi memilih tinggal di tempat lain"
Cristy memecah keheningan "Ya sudah kalian mengobrol lah dulu aku mau kekamar ganti baju."
"Kenapa kakek memaksa pulang, Jonas memberi tahuku kakek belum pulih sepenuhnya"
"Hmm, dia hanya melihat ku tapi aku yang merasakan ragaku. Aku baik-baik saja"
"Kakek jangan keras kepala, Setidaknya kakek harus mendengarkan dia karena dia adalah Dokter kakek"
Harry menyodorkan sebuah amplop coklat besar "Apa ini?" tanya Robert.
"Buka lah di dalamnya ada beberapa berkas dan surat pengunduran diri dari Pak Mike"
Robert membukanya, dia pun mengambil kacamatanya perlahan Robert membacanya. Robert menghela napas "Aku harus bertemu dengannya" ucap Robert.
"Beristirahat lah dulu kakek bisa menemuinya nanti" ucap Harry pergi meninggalkan kakeknya.
*
Di kamarnya Ana sedang gelisah beberapa kali ia mondar mandir, "Aku harus bagaimana, aku malah masuk ke kandangnya lagi"
"Apa dia tau aku ada di sini?"
Ana menggeleng "sepertinya dia belum tau sama sekali"
Ana menepuk-nepuk dadanya "Kenapa jantungku berdebar terus"
Ana menarik nafas dalam lalu menghembuskannya "Tenang.. tenang.... tenang Ana"
"Tidak bisa! mana bisa aku tenang, baru saja tadi malam kami bertemu sekarang kami serumah" rengek Ana.
Setelah selesai dengan semua kegalauannya, Ana bersiap-siap menuju kamar Robert untuk memeriksa keadaannya.
Ana membuka pintu kamarnya sedikit dan mengintip keadaan di sekitar, setelah dirasa aman ia pun keluar secepatnya turun ke bawah.
Ana kembali memperhatikan keadaan sekitarnya sembari mengendap-endap. "Kau kenapa?" ucap Cristy heran.
Ana menyeringai "Tidak apa-apa aku hanya ingin ke kamar kakek memeriksakan keadaanya"
"Terus kenapa seperti itu, lagak mu seperti pencuri"
Ana berdalih "Aku biasa saja" ucapnya tertawa "Kalau begitu saya pergi ke kamar kakek dulu" kata Ana pergi meninggalkan Cristy.
"Aku jadi mencurigainya"
Cristy menghentikan pelayan yang lewat "Iya nyonya"
"Kau awasi selalu perawat itu lagaknya mencurigakan"
"Baik nyonya".
"Aku tidak percaya, kenapa Ayah tiba-tiba menyukainya"
*
Tokk tokk Ana mengetuk pintu. "Masuklah!" sahut Robert dari dalam.
Ana pun masuk, beberapa kali ia mengerjapkan mata betapa kagumnya ia saat berada di kamar Robert.
Robert tersenyum melihat tingkah Ana.
Ana menghampiri Robert "Woaah kamar kakek sangat besar dan megah.
"Benarkah?"
Ana mengangguk "Iya kek"
Ana mempersiapkan beberapa alat seperti tensi dan lainya "Kakek kita periksa dulu ya keadaan kakek"
"Kakek harus cepat sembuh agar bisa beraktivitas lagi, kakek juga jangan terlalu banyak pikiran yang dapat mempengaruhi kesehatan kakek"
"Bagaimana aku bisa hidup tenang, Anakku Cristy dia menjanda begitu cepat dan belum sempat memberikan aku cucu sedangkan cucuku satunya dia selalu membangkang padaku menolak perjodohan yang aku rencanakan, belum lagi rumah sakit kepada siapa aku harus memberikannya aku belum percaya keduanya." keluh Robert.
"Rumah sakit?"
"Iya rumah sakit tempat kau magang adalah milikku" ucap Robert.
Ana tercengang. "Apa kau tidak tau?" tanya Robert.
Ana menggeleng.
Robert berdecak "Baguslah sekarang kau sudah mengetahuinya, mungkin karena aku jarang kesana makanya kau tidak tau"
"Tapi kenapa kakek tidak memberikan saja rumah sakit kepada Tante Cristy atau cucu kakek itu?"
"Cristy aku tau dia tidak akan bisa mengelola rumah sakit karena bidangnya bukan di situ dia menyukai seni aku takut rumah sakit ku akan jatuh begitu saja"
"Lalu cucu kakek?"
"Dia sudah memiliki perusahaannya dengan hasil kerja keras sendiri. Aku sudah beberapa kali menyuruhnya untuk melepaskan perusahaannya itu dan menjalankan rumah sakit ku dia tidak mau melepasnya malahan dia menawarkan diri untuk menjalankan keduanya jika aku mau"
"Lalu apa masalahnya kek, bukankah dia bersedia menjalankan rumah sakit kakek. Setidaknya kakek beri dia kesempatan dan lihat kemampuannya dulu".
Robert terdiam mendengarkan ucapan Ana yang tengah sibuk dengan alat-alat kesehatannya.
"Seperti kata kakek dia punya usahanya sendiri mana mungkin dia melepas kerja kerasnya tapi jika dia bicara seperti itu berarti dia sanggup menjalankan keduanya. Jangan menjadikan itu beban kakek."
"Dan maaf jika saya ikut campur urusan keluarga kakek, mengenai perjodohan cucu kakek sebaiknya kakek jangan memaksakannya, aku takutnya jika kakek memaksakan kehendak kakek dia akan menjauh dari kakek bukankah kakek pernah kehilangan anggota keluarga yang kakek sayangi bagaimana rasanya?"
"seperti diriku, aku sudah cukup menderita dengan kehilangan kedua orang tuaku di usia yang masih butuh kasih sayang mereka. Dan meski kakakku sering berbuat jahat padaku sering membuatku menangis entah kenapa aku tak pernah membencinya mungkin karena aku berpikir hanya dia keluarga yang tersisa di hidupku kehilangan seseorang yang kita sayangi itu sangat menyakitkan" ucap Ana.
Robert memandang Ana dalam "Apakah cerita yang kau ceritakan padaku di rumah sakit itu benar?
Ana mengangguk.
"Apa kau sudah menemukan keberadaannya?"
"Belum.. Aku masih mencarinya di saat waktu luang ku"
"Apa mau ku bantu mencarinya?" tanya Robert.
Ana tersentuh matanya berkaca-kaca "Apa kakek benar-benar mau membantuku?"
Robert tersenyum mengangguk.
Ana langsung memeluk Robert dengan bahagia, Robert terkejut dengan perlakuan Ana.
"Terima kasih kakek" ucap Ana
-
-
-
To be continued...