Elora percaya bahwa cinta adalah segalanya, dan ia telah memberikan hatinya sepenuhnya kepada Nolan, pria penuh pesona yang telah memenangkan hatinya dengan kehangatan dan perhatian. Hidup mereka terasa sempurna, hingga suatu hari, Nolan memperkenalkan seorang teman lamanya, kepada Elora. Dari pertemuan itu, segalanya mulai berubah.
Ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka bersikap. Perhatian yang terlalu berlebihan, dan senyuman yang terasa ganjil. Perlahan, Elora mulai mempertanyakan kebenaran hubungan mereka.
Apakah cinta Nolan kepadanya tulus, atau ada rahasia yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Skyler, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Telat hari pertama
"El.. bangun!" Panggil mama sembari mengguncang tubuhnya
"Iya ma.." balasnya dengan mata yang masih terpejam
"Ayo bangun El, ini hari pertamamu kerja, sekarang sudah setengah delapan. Jangan sampai kamu telat!" pungkasnya
El langsung membuka matanya lebar-lebar, ia bangkit dan melihat jam. "Mama.. kenapa aku baru dibangunin?" Teriaknya sambil berlari ke kamar mandi
"Mama udah berkali-kali bangunin kamu. Kamu sendiri yang terus-terusan bilang sebentar lagi,"
Hanya lima menit El sudah keluar dari kamar mandi, dan memakai setelan formal. Dia langsung menyambar tasnya dan berlari menuruni tangga. Dia lantas mencari keberadaan papanya.Yang ternyata, dengan santainya masih membaca koran. "Pa, ayo anter El." ujarnya seraya menarik tangan papa nya
"Sabar El,"
"Sabar gimana, aku udah telat pa,"
"Makanya bangun pagi. Masa baru hari pertama sudah telat,"
"Iya aku tahu pa, papa ngomelnya nanti aja, sekarang ayo ngebut,"
Papa hanya bisa geleng-geleng, tapi akhirnya menuruti perintah putrinya juga. Dia segera tancap gas dan menyetir dengan kecepatan tinggi.
Jam delapan tepat, ia telah sampai di depan gedung kantornya. Setelah pamit pada papanya, dia langsung berlari masuk ke gedung. Karena tidak tahu dimana ruangan Alden, dia pun bertanya pada resepsionis.
"Permisi," ucapnya sopan
"Iya, ada apa?"
"Saya mau tanya, ruangan pak Alden di lantai berapa ya,?"
"Apa kamu sudah buat janji?"
"Tidak, aku sekretaris baru,"
"Kami tidak bisa memberi tahu, karena tidak ada info tentang pegawai baru," ujarnya
Karena tidak bisa mencari tahu dari resepsionis, akhirnya El memutuskan untuk menelpon Alden langsung.
Tutt..
"Kamu telat!" Kalimat pertama yang keluar dari mulut bosnya
"Iya, itu karena saya tidak tahu ruangan Pak Al di lantai berapa, saya tanya ke resepsionis tapi mereka tidak mau memberitahu," elaknya
"Jadi, saya harus ke lantai berapa pak?" Tidak ada jawaban, tapi panggilan masih tersambung. "Halo pak, Pak Al.. kenapa diem aja ya.." gumam El dengan bingungnya
"Selamat pagi pak," sapa kedua resepsionis
El langsung menoleh ke belakang, ternyata Al sudah berdiri di belakangnya.
Alden langsung melirik jam di pergelangan tangannya, "kamu sudah telat 15 menit, pada hari pertama kerja. Luar biasa sekali," ujarnya sembari bertepuk tangan
El berdecak lalu berbicara pelan, "kalau anda mau memecat saya, tidak apa-apa kok," ujarnya pasrah
Al tidak terkejut, karena dia tahu dari awal El memang tidak berminat menjadi sekretarisnya.
"Tidak juga, saya maafkan kali ini. Ikut saya," ucapnya lalu melangkah pergi
"Baik pak," El lalu mengekor di belakang Al.
Kedua resepsionis yang melihat hal itu langsung tercengang.
"Siapa dia? Baru kali ini aku lihat pak Al sampe jemput sendiri, padahal dia hanya pegawai baru,"
"Iya, padahal kan biasanya tamu-tamu penting aja, Dani asistennya yang disuruh kebawah, untuk menjemput. Lha ini, cuma seorang pegawai baru, bisa membuatnya turun langsung menjemput," sahut yang lain keheranan
Sementara itu, El mengikuti bosnya naik lift, dan menuju lantai lima. El dibawa ke ruang Hrd untuk mengisi kelengkapan data pegawai baru. Setelah beberapa saat dia akhirnya resmi menjadi pegawai di perusahaan itu dan mendapat kartu pegawai.
Setelah memakainya dia langsung keluar, dan ternyata Alden masih menunggu. "Saya pikir anda sudah kembali," ucap El namun tidak ditanggapi olehnya
Mereka langsung menuju lantai paling atas, dimana ruangan CEO berada. Al memanggil asistennya Dani, untuk membantu menjelaskan tentang pekerjaan Elora, lalu dia langsung kembali ke ruangannya.
"Kenalin, aku Dani, asistennya pak Al,"
"Aku Elora, panggil aja El,"
"Wah kebetulan banget, ada Pak Al, terus sekarang El," gurau nya sambil terkekeh.
El hanya tersenyum tipis, "pak Al itu galak ya?"
"Nggak juga, dia baik kok. Dia hanya tegas dan perfeksionis soal pekerjaan. Makanya sekretaris yang tidak bisa mengikuti ritme nya, tidak kuat dan memilih resign. Tapi sepertinya kamu berbeda," pujinya
"Beda apanya?"
"Kamu sepertinya tangguh," mereka lalu terkekeh bersama.
Setelah perkenalan, Dani mengajari El tentang tugas-tugasnya. Cukup lama dia mengajari, setelah dirasa mengerti ia kembali ke tempatnya.
El langsung mengerjakan apa yang Dani sudah jelaskan. Lalu telpon diatas mejanya berdering, "hal.."
"Keruangan saya," ucap Al dari telpon lalu sambungan terputus.
El bergegas masuk ke ruangan bosnya, "iya pak ada apa?"
"Kenapa saya tidak mendengar ketukan pintu?" Tanya Al, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitor
"Hah..!" El tidak mengerti dengan perkataan bosnya. "Apa maksud anda?"
"Apa kau tidak mengerti aturan dasar, kau harus mengetuk pintu sebelum masuk,"
"Jadi?"
"Ulangi,"
El sangat kesal, "ternyata dugaan gue emang bener, Alden Xavier Mahendra, lo memang ingin membalas dendam," batinnya.
Tok.tok.tok
"Ya,"
"Permisi pak," ucap El, lalu berjalan dengan lemas ke arah meja bosnya
Al menghentikan pekerjaannya lalu beralih menatap El, "kenapa kamu lemas seperti itu, seperti tidak makan,"
"Saya memang belum sempat makan dari pagi," balasnya dengan pelan
"Kenapa?"
"Saya kan buru-buru karena takut telat, jadi mana sempat sarapan,"
"Tapi akhirnya kamu telat juga kan," El hanya diam tidak menyahut, karena hanya buang-buang tenaga.
"Kamu lihat di sana, kalau ada makanan kamu ambil saja," ujar Al seraya menunjuk kulkas kecil di sudut ruangan.
Dengan cepat El pergi memeriksanya, dia langsung tersenyum. Ternyata ada banyak makanan, minuman dan bahkan Cake coklat. Tanpa sungkan, El mengambil beberapa, termasuk Cake coklat dan minuman susu.
"Pak, saya ambil ini semua," tanpa menunggu persetujuan Al, dia langsung berjalan ke arah pintu.
"Tunggu,"
"Kenapa lagi pak,"
"Sebaiknya kamu makan di sini saja, apa kamu tidak malu, makan diluar dilihat pegawai lain saat jam kerja?"
"Iya, anda benar," lalu El langsung duduk di sofa ruangan bosnya. Tanpa segan, dia langsung memakannya, dan saat terakhir, dia baru ingat untuk sekedar berbasa-basi "Pak Al, apa anda mau, saya bisa ambilkan buat anda," Namun tidak ada jawaban, bahkan menoleh pun tidak.
El langsung berdecak, "padahal tinggal bilang nggak, berat banget kayaknya," gumamnya pelan.
Lalu tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar pintu ruangan. Dengan cepat El segera bersembunyi di belakang sofa. Seseorang yang datang adalah manajer pemasaran, cukup lama dia menyampaikan laporannya. Hingga El merasa kaki nya sudah kesemutan, karena terlalu lama berjongkok.
"Pak Al, anda suka makan kue coklat juga ya," ucap manajer saat melihat makanan di meja. "Lain kali, bagaimana kalau saya bawakan, putri saya sangat pandai membuat kue seperti itu," Al hanya mengangguk, lalu manajer tersebut langsung pamit keluar.
El langsung kembali ke sofa, dan meregangkan kakinya.
"Kenapa kau sembunyi?"
"Bukannya tadi pak Al bilang saya harus tahu malu? Jangan sampai dilihat yang lain saat makan di jam kerja," balasnya dengan polos
"Kamu pintar sekali menjawab," mendengar nada tegas dari bosnya, El langsung mengunci rapat mulutnya
El langsung memasukkan sampah yang ia buat ke dalam tempat sampah yang ada di ruangan. Bahkan dia juga mengelap meja, itu agar bersih seperti semula.
Setelah selesai, dia menghadap ke bos nya lagi, "jadi, ada apa tadi anda memanggil saya?"
"Rupanya kamu masih ingat,"
"Tentu saja, saya kan orang nya bertanggung jawab,"
Al langsung tersenyum miring, "bertanggung jawab? Lalu, bagaimana dengan mobil yang waktu itu?"
"Pak Al, kita kan sedang membahas pekerjaan, jangan membawa masa lalu. Jadi apa yang bisa saya lakukan, saya pasti akan menyelesaikannya," ucapnya tanpa sungkan
"Periksa semua berkas ini, dan selesaikan hari ini juga," ucapnya sembari menyerahkan setumpuk berkas
"Baik pak. Dan terima kasih makanannya," ujar El tulus, lalu mengambil setumpuk berkas itu
"Saya hanya tidak mau kamu pingsan, karena pacarmu pasti akan menyalahkanku karena itu,"
*
*