Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"Ada masalah?" ulang Haidar saat Rara tak segera menjawab.
Rara menggeleng sambil tersenyum. Dia bukan wanita yang akan mengumbar masalah rumah tangga meski dengan saudara sendiri. Hanya dengan mamanya dia berkeluh kesah jika memang sudah tidak kuat menahan sendiri.
"Kadang, sesuatu yang berat itu, terasa ringan saat dibagi dengan orang lain," ujar Haidar, berharap Rara mau menceritakan masalahnya.
"Gak semua, Bang," Rara tersenyum simpul. "Gak semua yang berat itu bisa dibagi ke orang. Nih," dia menunjuk perutnya. "Udah mulai berat, tapi gak bisa aku bagi ke orang," dia tertawa cekikikan. "Becanda, Sayang," dia menunduk, mengusap perutnya sambil tersenyum. "Kamu kesayangan Mama, gak berat sama sekali. Mama sangat menikmati keberadaan kamu di perut Mama."
Haidar ikut tersenyum melihat senyum Rara. Kadang ada wanita yang benci dengan anaknya sendiri karena hadir tidak atas kemauannya. Tapi Rara, wanita itu terlihat sangat menyayangi anaknya, tidak menjadikannya akar segala kesedihan, melainkan semangat untuk menyongsong hidup yang lebih baik.
Rara melihat jam dinging yang menunjukkan pukul 15.00 WIB. "Jam segini udah keluyuran aja, Pak, nyantai bener kerjanya."
"Aku kaum pewaris, bukan perintis," canda Haidar.
"Aduh aduh.... aku jadi iri," Rara tertawa ringan, tapi kemudian membalas. "Aku juga bukan kaum perintis, tapi emak-emak yang tinggal rebahan, tiap bulan transferan lancar."
"Dih sombong, mentang-mentang punya laki kaya," Haidar menjitak kepala Rara. Haidar adalah kepala toko perhiasan yang punya banyak sekali cabang, yang kerjanya cuma keliling toko demi toko untuk memastikan semua anak buahnya bekerja dengan baik. Kakeknya punya bisnis perhiasan, yang sekarang pabriknya di kelola paman dan bibinya, sementara dia jadi kepala toko.
"Bang, kamu gak pengen nikah?" tanya Rara penasaran. "Kerjaan udah enak, kenapa gak segera nikah, keduluan Hana nantinya?"
"Huft," Haidar membuang nafas berat. "Katanya suruh nungguin kamu jadi janda?"
Rara langsung tergelak mendengar itu. Abang sepupunya itu memang selalu bisa membuat dia tertawa, semua hal terasa asyik kalau diobrolin dengan dia.
"Emang ada masalah kalau keduluan Hana? Abang sih nyantai aja, Ra. KUA gak menentukan batas expired usia nikah, usia berapapun masih boleh nikah, kenapa musti khawatir. Eh, kamu tahu gak, ada festival kuliner di jalan Merpati?"
Rara menggeleng, "Gak tahu."
"Kesana yuk," ajak Haidar. "Bu mil kudu banyak makan. Aku traktir kamu sepuasnya disana."
Rara menggeleng cepat.
"Kenapa? Gak dibolehin sama si Maruk?"
Rara kembali menggeleng. "Bukan itu," dia lalu tersenyum. "Aku gak mau kalau Abang yang nraktir, udah terlalu sering. Kali ini, giliran aku yang traktir."
"Astaga," Haidar langsung menepuk keningnya. "Lupa kalau sekarang adik Abang udah jadi bininya horang kaya," dia terkekeh pelan. "Gas lah, Abang pengen ngerasain duitnya si Maruk. Jangan ngeluh kalau nanti Abang borong disana."
"Borong sesuka Abang, sama gerobaknya juga boleh, asal jangan sama Mbak-mbak penjualnya," Rara tertawa ngakak.
Rara bersiap-siap, memakai cadar dan mengambil tas selempangnya. Setelah pamit dan tanya mama dan papanya nitip apa, dia langsung meluncur ke Jalan Merpati bersama Haidar. Ini untuk pertama kalinya, dia keluar tanpa izin dulu pada Jovan. Sebenarnya ada rasa bersalah dan takut dosa, tapi sudahlah, dia sedang tak ingin membuat moodnya yang bagus rusak gara-gara pria itu. Toh sekarang jatahnya Dista, biarlah mereka menikmati kebersamaan, sedang dia mencari kebahagiaan sendiri.
Sesampainya di lokasi, mata Rara langsung berbinar. Ini benar-benar surganya orang yang suka jajan seperti dirinya. Seketika, dia langsung lapar mata, pengen beli apapun yang kelihatannya enak. Disana bukannya Haidar yang borong, malah Rara.
"Yakin bisa ngabisin semua itu?" Haidar sampai geleng-geleng.
"Kan ada Abang tercinta yang bakal habisin," Rara mengedipkan sebelah matanya pada Haidar.
"Jangan kayak gitu, nanti Abang jatuh cinta," Haidar meraup wajah Rara dengan telapak tangan. Sebenarnya dia ingin mengurangi sentuhan-sentuhan dengan Rara mengingat selain istri orang, Rara juga dalam proses hijrah, tapi kadang suka kelepasan. Mereka sudah bersama sejak kecil, sudah seperti kakak adik yang terbiasa bersentuhan, jadi suka kelepasan.
"Masa iya, jatuh cinta sama adik sendiri," Rara mencebik meski Haidar tak bisa melihat karena tertutup cadar. "Bang, kita makan di mobil aja yuk. Aku belum biasa makan ditutup cadar kayak gini, gak kayak Hana dan Tante Rania. Beberapa hari yang lalu aja, makan donat topingnya sampai belepotan ke cadar. Ini malah ada sausnya, takut berantakan."
Haidar mengangguk, lalu mengajak Rara kembali ke mobil agar bisa melepas cadarnya.
"Akhirnya," Rara langsung bernafas lega setelah cadar tersebut dibuka, tak sabar ingin segera menghabiskan makanan yang dia beli.
"Kamu sekarang udah gak takut, Ra, ketemu orang banyak?"
"Sebenarnya masih takut, tapi kalau ingat beberapa kali aku ke rumah sakit sama Bang Jovan dan semuanya baik-baik saja, aku jadi menanamkan di otak, kalau semua akan baik-baik saja selama wajahku tertutup cadar. Tapi kalau gak pakai cadar, aku gak sanggup," dia menggeleng cepat.
...----------------...
Hari ini, Jovan pulang agak lebih awal. Dia langsung ke rumah Rara karena sejak semalam hingga sekarang, ponsel istrinya itu belum aktif. Tapi rupanya, dia tak mendapati istrinya di rumah, pun dengan kedua mertuanya, hanya ada ART saja.
"Mbak Rara ke toko, Mas, sama Ibu dan Bapak."
Jawaban ART itu langsung membuat Jovan meluncur ke Juliet florist, toko bunga milik mertuanya. Tapi disana, lagi-lagi dia tak menemukan Rara.
"Tadi keluar sama Haidar, katanya ke festival kuliner," sahut Mama Rere dengan wajah jutek.
Mendengar nama Haidar, Jovan langsung kesal. Saat Rara marah dengannya, kenapa juga pria itu pakai muncul diantara mereka. "Kok dia gak bilang sama aku, Mah?" biasanya Rara selalu izin padanya saat mau keluar.
"Ya mana Mama tahu," sahut Mama Rere ngegas. "Kok tanya sama Mama, situ kan lakinya." Dia meninggalkan Jovan, mengecek bunga-bunganya. Malas sekali dia bicara dengan mantunya tersebut.
Jovan menghela nafas panjang sambil tersenyum absurd. Kenapa juga dia pakai ngomong seperti itu, kan sudah tahu kalau Mama Rere tak suka padanya. Dia meninggalkan Juliet florist, pergi ke festival kuliner untuk mencari Rara dan Haidar.
Lokasi tersebut sangat ramai mengingat ini adalah hari pertama. Tapi karena Rara memakai cadar, Jovan merasa tidak akan sulit menemukannya, namun ternyata sampai capek keliling, dia tak menemukan Rara dan Haidar. "Kamu dimana sih, Ra?" dengus Jovan yang lelah kaki sekaligus hati.
sana sini udah kek WC umum istri tersayang Jovan...
nikmati hasil jebakanmu Dista...
goyang gih sampe gempor 🤣🤣🤣🤣
astaghfirullah, rasain lu. malu banget dah kalau tubuh jg sdh dikonsumsi publik
kpok dista..
ganyian yg masuk perangkap fino..
kalo mau ngelayani pasti ngancam nyebarin video dista dan bastian..
bahaya punya koleksi video syur pribadi..
kalo kecopetan atau kerampokan kan bisa disebarin orang lain..