Kisah Dania yang bertahan dengan suami yang tak mencintainya. Dania bertahan karena cintanya pada Cilla anak dari suaminya. Akankah Pram membuka hati untuk Dania? Sanggupkah Dania bertahan? Atau Dania akan menyerah menjadi bunda pengganti bagi Cilla? Ikuti ceritanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Bunda Pengganti 14
Waktu bergulir, sudah dua bulan berlalu sejak surat pengunduran diri Dania di tolak oleh Pram. Siang ini, setelah bertemu dengan pimpinan perusahaan lain, Pram dengan buru-buru meminta supir untuk langsung ke rumahnya. Dania yang ikut dengan mobil Pram pun di buat bingung.
" Pak, kenapa kita ke rumah Bapak?"
Dania memberanikan diri bertanya pada Pram.
" Papi ngedrop lagi."
Jawaban singkat dari Pram tapi mampu membuat Dania ikut cemas. Pasalnya beberapa hari yang lalu saat Dania datang berkunjung, Tuan Sofyan sudah mengatakan keinginannya.
Flashback on
" Nia, bolehkah saya meminta sesuatu pada kamu? Anggap saja ini permintaan terakhir saya."
Tuan Sofyan berkata dan membuat Dania membulatkan matanya.
" Pi...jangan gitu, dong. Mami takut."
Nyonya Fatma memegang lengan Tuan Sofyan lembut. Tatapan mata wanita itu menunjukkan cinta dan kekhawatiran pada kondisi sang Suami.
Tuan Sofyan membalas genggaman tangan Nyonya Fatma, seolah meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.
" Nia, saya harap, kamu tidak menolak nya."
" Selama saya mampu, saya akan memenuhi permintaan Bapak. Selama saya bisa, Pak."
Tuan Sofyan tersenyum lembut.
" Jadilah Ibu dan Istri untuk Anak dan cucu ku. Aku percaya pada mu. Aku mohon Nia."
Dania hanya diam saja. Tak mengiyakan dan tak menolak. Pikirannya kacau. Karena permintaan Tuan Sofyan ini.
Flashback off.
Mobil yang di kendarai oleh supir sudah memasuki halaman rumah Tuan Sofyan. Pram dengan langkah besar langsung masuk ke kamar Tuan Sofyan. Di lihatnya Tuan Sofyan yang tampak lemah di ranjang nya.
" Pi..Kita ke rumah sakit sekarang ya?"
Pram berkata sambil menggenggam tangan Tuan Sofyan. Sedangkan Nyonya Fatma sudah menangis di sisi ranjang Tuan Sofyan.
" Papi mau pergi dari rumah aja, Pram. Dan papi minta kamu menikahlah dengan Dania. Papi mohon."
Pram membeku sesaat. Tapi kemudian dirinya meminta petugas untuk membawa orang di sayang nya itu ke rumah sakit terbaik. Dania menenangkan Nyonya Fatma yang masih tampak menangis.
" Bu, Dani yakin Bapak pasti sembuh. Ibu jangan seperti ini, ya. Kita doakan Bapak ya, Bu."
Nyonya Fatma semakin menangis di pelukan Dania.
" Dani,...ibu takut, ibu.."
" Mi...mami jangan ngelantur bicaranya. Papi pasti sehat."
Setengah jam kemudian, ambulans yang membawa Tuan Sofyan tiba, di iringi mobil Pram yang membawa Maminya dan Dania.
Tuan Sofyan langsung ditangani, dan ada Reyhan juga disana. Sebagai cucu pemilik rumah sakit, Reyhan terus ikut memantau kesehatan keluarganya.
Dokter masih mengupayakan agar Tuan Sofyan segera sadar, ataupun segera keluar dari masa kritisnya. Setelah setengah jam kemudian, Dokter pun keluar,dan langsung di hampiri oleh Pram.
" Dok, bagaimana keadaan Papi saya?"
Dokter itu menghela nafasnya.
" Kondisi Tuan Sofyan masih kritis. Dan kami akan terus memantau Beliau dalam dua puluh empat jam ini. Kita doakan saja, semoga beliau bisa segera keluar dari masa kritis nya."
Pram terduduk di kursi, dan mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Reyhan masih terus menemani Pamannya itu didalam sana. Tak lama Reyhan pun keluar dari ruangan, dan di hampiri kembali oleh Pram.
" Masuklah, Om mau bicara sama kalian semua. Terutama sama Lo, Pram dan kamu, Dania."
Mereka semua masuk, begitu banyak alat yang ada di tubuh Tuan Sofyan. Membuat Nyonya Fatma berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya.
" Pram, Nia.."
Pram dan Dania pun mendekati ranjang Tuan Sofyan. Dengan gerakan lemah, Tuan Sofyan menyatu kan tangan Dania dan Pram.
" Menikahlah dengan Nia. Papi Mohon. Papi mohon sama kamu, Pram."
Pram yang tidak tega melihat kondisi Papinya langsung mengiyakan. Membuat Dania menatap tajam padanya. Namun Pram tak memperdulikan hal itu.
Senyum tercetak di wajah tua itu.
" Iya, Pi. Tapi papi harus sehat dulu."
Tuan Sofyan menggeleng.
" Lakukan sekarang, sebelum papi pergi. Carilah ustadz atau pemuka agama yang bisa menikahkan kalian hari ini juga. Papi gak bisa menunggu lagi, Pram."
Pram bingung, tapi tetap pergi dari ruangan itu, mencari orang yang di minta oleh Papinya. Nyonya Fatma hanya bisa menangis. Sedangkan Dania masih membeku disana. Tak tahu harus bagaimana.
"Nia, Papi mohon, apapun nanti yang terjadi, Jangan pernah pergi dari hidup, Pram. Cilla butuh kamu. Pram juga. Bertahanlah... apapun yang terjadi, Nak."
Ucap lelaki tua yang selalu berbaik hati pada Dania itu. Tak terdengar jawaban apapun, hanya Isak tangis Dania dan Nyonya Fatma di ruangan itu.
Tak lama, Pram datang dengan membawa seorang Ustadz yang akan menikahkan mereka berdua. Reyhan dan Ayahnya yang menyaksikan pernikahan itu, meminta seorang Dokter senior untuk menjadi saksi pernikahan mereka.
Pernikahan ini bukan pernikahan yang Dania impikan ataupun Pram mau. Desakan dari Tuan Sofyan lah, membuat mereka mau melakukan hal ini.
"Mas Pram. Maharnya apa?"
Ucap Ustad itu pada Pram. Pram melirik ke arah Dania yang hanya diam, dengan air mata yang masih terus mengalir. Pram mengeluarkan uang yang ada di dompetnya. Karena hanya itu yang ada di dirinya saat ini. Bahkan cincin pernikahan pun tidak ada. Cincin yang di pakai oleh Nyonya Fatma dan Tuan Sofyan lah yang akan menjadi cincin pernikahan mereka.
" Baiklah, ini juga bisa menjadi maharnya. Dan siapa nama gadis ini. Dan siapa nama Ayahnya?"
Tuan Sofyan yang menjawab, lengkap dengan nama orang tuanya. Yang membuat Dania melihat ke arah lelaki itu. Air matanya tak henti menetes. Sementara Nyonya Fatma terus berada di sisi Tuan Sofyan. Kamar perawatan itu, kini menjadi tempat pernikahan Pram dan Dania berlangsung.
" Saudara Pramudya Hanudinata bin Sofyan Hanudinata, saya kawinkan engkau dengan wanita yang bernama Dania Anjani binti Sahrul, dengan maharnya uang sebesar dua juta rupiah di bayar tunai."
Dengan suara lantang dan tegas, Pram menjawab ijab yang lantunkan, membuat kata Sah seketika itu juga terucap. Kini mereka sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Tuan Sofyan tampak tersenyum dari ranjangnya.
Lalu Tuan Sofyan pun mengalami sesak, yang membuat seisi ruangan mendekati ranjang Tuan Sofyan.
" Papi......"
" Pi...."
Ucap Nyonya Fatma dan Pram bersama, dan Dania pun ikut mendekati ranjang. Sedangkan Reyhan langsung meminta Dokter senior itu untuk memberikan pertolongan. Tuan Sofyan menggenggam tangan Pram.
" Terima kasih, sekarang Papi bisa pergi dengan tenang."
Tak lama suara alat pendeteksi detak jantung pun berbunyi nyaring. Membuat semua orang memekik dan memanggil nama Tuan Sofyan. Bahkan seketika itu juga, Nyonya Fatma jatuh tak sadarkan diri. Reyhan yang berada di samping Tantenya itu pun langsung membawanya ke UGD.
" Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un.."
Pram pun memeluk tubuh Papinya yang sudah tak bernyawa. Memanggil namanya. Sedangkan Dania pun tak kalah hancurnya.
catat itu di otak mu Pram