Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24. TMPP. Ada-ada saja kejadian nya.
Keesokan harinya,
“Aih, hari ini ku harus bermeditasi dimana ini?” Aku bingung karena jendela ku kini sudah di pasangi dengan teralis.
Aku tak mungkin melepaskan nya. Namun ku coba goyangkan teralis itu dan tak sengaja melepaskannya.
“Oh, kenapa bisa lepas?” Ku agak panik karena tak bisa memasang nya lagi. namun ternyata ini bisa di tutup kembali dan itu membuat ku lega.
“Ternyata ini buka tutup, hehe”
Melihat teralis itu bisa di buka dan di tutup, Aku pun keluar melewati teralis lalu tak lupa ku tutup kembali jendela ku. Dengan mengendap-endap, ku berjalan agak jauh dari tempat biasa aku bermeditasi.
“Nah disini saja, hehe”
2 jam kemudian, Ku kembali kedalam kamarku dengan aman dan terkendali.
“Oke, hari ini aku akan sangat sibuk. Lebih baik aku segera mandi. La la la la. Aih, kenapa juga aku harus terbayang wajah pria aneh itu pagi-pagi ini. Ahh, pergi lah pergilah!.” Aku yang semula sangat senang karena akan kembali ke Yayasan ku menjadi tak bersemangat karena teringat pria aneh itu.
Ku tepuk kedua pipiku dan mencoba fokus kembali dengan bersenandung mengambil handuk mandi ku lalu masuk kedalam kamar mandi.
“Du du duu, lalalalala.” senandung ku dengan riang.
“Emmm, segar nya.” Ucapku menggosok rambutku dan keluar dari kamar mandi.
Di saat ku keluar, Ku melihat seorang pria yang duduk di sofa kamar ku dan dia membelakangi ku. Aku pun menutup erat tubuhku dengan piyama mandi lalu ku masuk kedalam ruang wardobe ku.
“Hiss, Siapa dia?” Setelah berkata seperti itu, ku baru teringat akan pria aneh itu.
“Kenapa dia bisa kemari? Tidak sopan sekali sih.”
Ku bergegas memakai pakaian ku lalu selesai itu ku langsung keluar untuk memarahi pria aneh itu.
“Hey! Kenapa kamu bisa ada di dalam kamar ku?” Ku berbicara dengan nada yang sedikit tinggi.
Pria itu berdiri lalu membalikkan badannya mengahadapi ku.
“Udah mandi nya sayang?” Dia mengucapkan hal itu dengan senyuman khas nya.
“Hah? Dengar! Jangan pernah memanggilku seperti itu! Keluar!" Aku mencengkram erat kerah kemeja nya dengan menatap matanya penuh amarah.
“Kalau aku tak mau?”
“Isss..”
“Dengan sayang. Kenapa kamu malu? Kita juga akan begini setelah menikah.”
Ku tak tahan mendengarkan nya berbicara seperti itu. Kalau bisa memilih, ku lebih baik mendengarkan burung berkicau daripada harus mendengarkan nya.
“Aduh, hari ini ku sangat tidak ingin marah-marah. Katakan. Apa mau kamu.”
“Galak sekali aduh, aku takut ih hehe.”
“Cukup basa basinya. Cepat katakan.”
“Haha. Sayang, jangan lah emosi dulu.” Dia malah mendekatiku.
“Stop. Jangan dekat-dekat. Kamu disitu saja dan katakan apa mau mu.”
“Eh, tenanglah sayang. Aku hanya ingin menjemput mu.”
“Menjemput? Tidak. Aku tak mau pergi kemanapun. Hari ini aku sibuk.”
“Sayang. Ini hanya satu jam saja. Setelah itu, akan aku antar ke manapun kamu mau.”
“Tidak. Hari ini ku sangat sibuk. Kamu lakukan apa yang menurutmu bagus, aku akan mengikutinya.”
“Rachel. Apa ini sayang? Kenapa kamu menolak ajakan calon suami mu? Sayang, hari ini kamu hanya dia jak ke rumah baru yang akan kalian tempati setelah menikah.”
“Ha? Rumah?” ini di luar kendaliku, aku mengira setelah menikah harus tinggal dengan mertua ku namun ku berfikir ini bagus bahkan sangat bagus. Aku bisa memaksa nya agar mau menandatangani kontrak nikah yang ku buat.
“Tapi ma, Rachel hari ini agak sibuk dan udah janji juga dengan teman Rachel.”
“Rachel. Hanya sejam saja loh. Setelah itu kamu boleh pergi dengan teman-teman mu.”
Aku tak bisa mengelak, akhirnya aku menghubungi temanku untuk memberitahu bahwa jadwal hari ini akan ku lakukan lebih lambat. Namun mereka juga tetap harus menjalankan acara pagi ini sesuai dengan jadwal yang ada.
“Rachel, ganti lah baju dulu. Pakai ini.” Mama menyerahkan pakaian yang akan ku kenakan.
“Iya ma.” Dengan terpaksa ku terima lalu ku masuk lagi kedalam ruang wardobe ku.
Ku kenakan pakaian yang berbentuk dress ini. Ku sangat tidak suka dress, tapi mau bagaimana lagi?
“Aku sangat tidak suka leherku jadi terlihat seperti ini. Ah, mama ini selalu memilihkan baju yang seperti ini.” Ucapku.
"Ah aku pakai ini saja." Aku membuang dress itu dan mengambil celana cargo, kaos hitam dan cardigan panjang untuk ku pakai.
Selesai itu, aku keluar lalu kami sempatkan untuk sarapan bersama dulu. Barulah aku dan pria aneh itu pamit pada kedua orang tua ku untuk pergi bersama nya.
“Rachel ! Kenapa? Kenapa kamu pakai pakaian begini nak? Kenapa tidak pakai dress dari mama?" sudah kuduga mama pasti akan marah.
"Rachel ingin pakai ini ma." Jawabku dengan santai.
"Rachel.. Ayolah jangan begini sayang."
"Ma, tidak apa ma. Pakai apapun Rachel tetap cantik kok" Sahut Ayres dengan melirik padaku.
Aku
“Ma, tenang saja. Pasti saya akan jaga calon istri dengan baik.”
“Iya, mama percaya sama kamu. Kalian hati-hati ya.”
“Iya ma.”
Sepanjang perjalanan ke sebuah rumah yang tengah di siapkan untuk pernikahan ini, Pria itu selalu bersenandung dengan nada yang tak asing menurutku.
“Du du du dada.. Hmm”
Ku meliriknya dan ternyata dia sedang menatapku. Mata kami bertemu namun aku lebih memilih menatap jalanan lagi.
Kini mobil semakin menjauh dari perkotaan. Ku agak heran kenapa melewati sini. Apa ke daerah pergunungan? Dan saat itu, jalanan sedikit sepi dari biasanya. Mobil ini juga berbelok lagi ke daerah yang lebih sepi. Ku sangat heran. Padahal di sini tak ada perumahan penduduk. Kenapa malah lewat sini? Aku tau jalan sini karena dulu waktu masih sekolah, ku pernah di beritahu agar tak melewati perkebunan sini karena sering terjadi Tindakan criminal.
“Hey! Kenapa kita berbelok kemari?” Ku bertanya pada supir yang dimana itu adalah asisten pria aneh ini.
“Emmm, nona. Kita akan ke lokasi tetapi lewat sini nona" Jawabnya.
“Sayang, kita berjalan-jalan dulu saja sebentar. Lihat? Ini adalah perkebunan milih keluarga Asher juga.”
“Hey! Bukan masalah pemandangan itu yang ku maksud. Apa kamu tidak tau? DI daerah sini sering terjadi aksi criminal.” Ucapku.
“Hahaha. Aksi criminal? Itu tidak mungkin. Aku tak pernah mendengarnya. Perkebunan daerah sini memang hanya ada beberapa rumah tapi di sekitar sini juga ada pemukiman kumuh lain. Warga sana juga bekerja di perkebunan ini. Kamu tenang saja sayang. Percaya saja pada ku.”
“Kamu gila? Kamu tidak percaya denganku?”
“Sayang, bukannya tak percaya. Tapi mana ada penjahat yang muncul pagi-pagi begini.”
Namun tiba-tiba, mobil mengerem secara mendadak membuatku tersentak ke depan.
“Ryan! Ada apa!”
Duk Duk Dukk (Suara kaca mobil di pukul)
Ku menoleh ke arah kaca samping kiri ku yang ternyata ada seorang yang mencoba memecahkan nya.
“Ryan! Nyalakan mobilnya. Langsung terobos saja. tenang saja mobil ini anti peluru.”
“Tuan, mobilnya tak bisa nyala.”
“Jangan bercanda. Cepat lah.”
Mobil kami pun menyala namun sepertinya mereka menghalangi roda mobil ini hingga tak bisa melaju.
Tiba-tiba saja kaca mobil di depan ku pecah. Otomatis ku melirik orang yang tadi mengatakan kaca anti peluru itu.
“Ryan! Telpon polisi. Cepat.” Perintah Ayres pria aneh itu.
“Haha. Ada orang kaya bos.” Teriak orang yang memecahkan kaca itu dengan sebuah kapak besar.
“Haha. Keluarkan mereka dan ambil harta mereka. Haha. Sombong sekali kalian orang kaya lewat kemari. Haha. Rasakan.”
“Hey! Buka mobilnya atau aku yang akan melebarkan pintu masuk ku sendiri?” Ku lihat dia mengayunkan kapaknya itu lagi.
Mendengar itu, aku mengambil sebuah parfum yang ada di tas kecilku lalu menyemprotkan nya di mata orang itu.
“Aaaaa…. Tolong.. Perih.. aaaa”
“Ryan. Cepat lah coba gas lagi mobilnya. Aih, kenapa juga parfum ku harus habis. Orang yang 1 belum kena"
“Iya nona.” jawab Ryan padaku.
"Ryan, berikan saja uang ini pada mereka dan suruh mereka pergi atau mereka akan kena akibatnya." pria itu dengan tangan gemetar menyerahkan uang yang ada di dompetnya. Uang itu terlihat banyak.
"uang segini? Sepertinya mereka tidak akan menuruti kemauan mu. Mereka sepertinya perampok besar. Uang segini tidaklah cukup." Ucapku menunjuk uang itu.
"Kita negosiasi saja dengan mereka. Berapa pun yang mereka mau akan ku berikan. Ryan, keluar lah dan beri mereka ini dulu." Ucap Ayres memaksa.
Aku mengambil uang itu. "Itu berarti sama saja menyerahkan diri. Jangan berfikir bodoh. Kita telpon bantuan polisi. Jika sudah, mereka pasti akan segera kemari. Walaupun kita akhirnya tertangkap, setidaknya polisi sudah mengantongi bukti" Ucapku dengan tegas. Dan hal itu membuat Ayres terdiam.
Mobil tetap tak bisa melaju. Kini orang-orang yang bersembunyi mulai mendekat dan mencoba membuka pintu mobil ini. Ku lirik Ayres ketakutan. Aku mencoba menelpon polisi terdekat agar bisa membantu kami.
“Pak, tolong kami. Kami ada di perdesaan San drew. Kami sedang diserang. Tolong pak.” ucapku dalam percakapan polisi.
“Nona, baik nona. Siapa nama nona? Polisi butuh waktu untuk ke sana. Apakah nona sendirian?”
“Rachel. Aku tidak sendiri. aku bersama 2 orang pria.”
“Rachel? Boleh tau siapa pria yang ada disebelah anda?"
"Emmm, dia Tuan muda keluarga Asher dan asistennya." Jawabku jujur.
"Apa? Tuan Ayres Asher? Astaga, aah.. ? Dimana tuan dan anda sekarang? Polisi sudah keluar dari markas."
“Kami dalam mobil. Kami berada di perkebunan jagung yang rindang. Angka 10 jarum jam dari daerah Hagen.”
“Baiklah nona. Saya sudah mengirimkan titik koordinat lokasi anda kepada polisi. Nona, Apa nona dan tuan muda punya senjata agar bisa mempertahankan diri sebelum polisi tiba?”
“Ya, aku punya parfum. Tapi hanya sedikit sekali. Em alat-alatku berada di tas ranselku. Aish.. Selain itu aku tidak punya. kedua pria ini juga sangat tidak bisa diandalkan. Mereka hanya punya uang saja."
"Baiklah nona informasi ini sudah saya kirim ke polisi yang menuju tempat anda. Saya pernah mendengar bahwa mobil hitam milik keluarga Asher adalah mobil yang anti peluru, jadi sepertinya butuh waktu orang jahat itu bisa membuka mobil anda.”
"Ya tapi kaca sudah sedikit pecah di sini."
"Mohon tetap tenang. Apa saya bisa berbicara dengan Tuan muda Ayres?"
Aku menoleh kearah Ayres namun sepertinya dia sudah sangat ketakutan. Dia menutupi wajahnya dengan koran.
"aku rasa tidak. Dia sedang ketakutan" Jawabku.
Tiba-tiba saja,
“Hey! Berani-berani nya ya kalian. Buka! Hey Buka!” Muncul mata seseorang yang sedang mencoba mengintip dari lubang yang tadi. Aku pun maju ke depan kursi yang berhasil dia intip itu.
“Ah, Ada wanita yang sangat cantik. Hey manis.” Mendengar itu, ku semprotkan lagi parfum ke matanya.
“Aaaa… perih.. Wanita Br*ngsek! Hey! Di dalam ada wanita. Bawa dia!” Ucap orang yang mengintip tadi.
“Ishh, habis?” Ku mengeluh karena parfum yang ku semprotkan habis.
“Huhuhu..” Ayres menutup wajahnya dengan ketakutan.
“Kau ini laki-laki atau perempuan? Cengeng sekali.” Ucapku padanya.
“Nona, saya ada ini.” Ryan menyerahkan sebotol parfum mewah nan mahal padaku.
“Apa tidak apa?” aku sedikit ragu menyemprotkan parfum itu.
“Tidak apa nona. Hiks, walaupun parfum itu perlu 10 bulan untuk menyicilnya. Hikkss..”
“Ishh. Kamu mintalah pada bosmu lagi nanti. Ini kau bicaralah pada polisi. Aku akan mengahadapi mereka.” aku langsung merebut parfum itu.
Bersambung …