Sepuluh tahun Carla Magdalena mencintai Paman angkatnya, yang menjadi walinya, menggantikan ke-dua orang tuanya yang sudah meninggal.
Carla begitu posesif pada Pamannya, ia akan marah, serta berteriak kepada setiap wanita, yang mendekat pada Pamannya, Bastian Kenneth.
Sehingga Bastian begitu membenci Carla, dan selalu mengabaikan Carla.
Sepupu jauh Carla, Ivanka Caroline, pihak dari Ayah Carla, menjadi saingan Carla untuk mendapatkan cinta Bastian.
Ivanka Caroline menghasut Bastian, sehingga Bastian semakin membenci Carla.
Sampai Carla meregang nyawa di tangan sepupunya itu, Bastian tidak perduli sama sekali.
Sakit hati melihat kenyataan, membuat Carla menyadari, kalau ia begitu bodoh, terlalu mencintai Bastian Kenneth.
Seandainya ia di beri kesempatan, untuk menjalani kehidupan kedua, Carla berjanji, tidak akan pernah mencintai Bastian lagi, ia menyesal telah jatuh cinta kepada Bastian Kenneth.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26.
Carla kehabisan tenaga setelah memukul Bastian bertubi-tubi, tubuhnya tetap di peluk Bastian dengan erat.
Ia pun menghentikan tangannya memukul Bastian, ia membiarkan sebentar Bastian memeluk dirinya.
Karena Carla tidak memukulnya lagi, perlahan Bastian melepaskan pelukannya.
Bastian menatap wajah datar Carla, yang terlihat dingin, membuat perasaannya kembali campur aduk.
Dengan pelan dan lembut, ia mengelus puncak kepala Carla dengan lembut.
Kini ia tahu, kalau selama ini, ia merasa canggung terhadap Carla, sehingga ia merasa tidak nyaman dengan sikap manja Carla padanya.
Di tambah lagi masalah di kantor, membuat kepalanya sakit, memikirkan beban yang harus ia tangani.
Emosinya akan naik, kalau ia sedang banyak pikiran, dan tanpa sengaja melampiaskannya kepada Carla.
"Apakah kamu sudah merasa baikkan?" tanya Bastian lembut.
Carla tidak menjawab pertanyaan Bastian, ia kembali mendorong Bastian, karena sudah tidak perlu lagi berteriak seperti tadi.
Brak!!
Pintu kamar di banting Carla, tepat di depan wajah Bastian, membuat Bastian terperanjat di tempatnya.
Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi kembali menutup mulutnya.
Carla masih terbawa emosi, nanti ia baru akan bicara lagi dengan Carla.
"Tuan!" panggil Rocky dari balik punggungnya.
Akhirnya yang di tunggu Bastian datang juga, ia akan mengetahui siapa pria yang bicara dengan Carla di lobby hotel tadi malam.
Tanpa bicara Bastian berbalik, lalu berjalan menuju tangga, diikuti Rocky dari belakang.
Bastian menuju ruang bacanya, dan Rocky menutup pintu setelah mereka masuk ke dalam.
"Katakan!" Bastian meletakkan bokongnya ke atas kursi kerjanya.
"Namanya Andrian Stephen, putra tidak sah dari Carlos Stephen, salah satu grup yang bekerja sama dengan grup Miller, Andrian sangat tidak di sukai istri sah Carlos Stephen!" Rocky mulai melaporkan penyelidikannya.
"Hmm... "
"Andrian tidak tinggal di kediaman Stephen, ia tinggal di sebuah apartemen, sudah pernah nyaris menikah dengan pacarnya baru-baru ini, karena Adrian membatalkan pernikahannya!"
"Kenapa dia membatalkan pernikahannya?" kening Bastian berkerut.
"Mengenai pembatalan pernikahan, tidak di ketahui penyebabnya, kenapa Andrian membatalkan pernikahannya!" jawab Rocky.
"Itu saja?" tanya Bastian, merasa kurang lengkap, laporan mengenai pria yang bernama Andrian tersebut.
"Ia bekerja sebagai Asisten Direktur grup Stephen!"
"Sepertinya putra tidak sah ini, tidak begitu di sukai!" Bastian merenungkan tentang peranan Andrian dalam keluarga Stephen, "Apa dia sengaja mendekati Carla?" gumamnya tanpa sadar.
"Saya sudah memerintahkan seseorang, untuk mengawasi putra Carlos Stephen tersebut, Tuan!" sahut Rocky begitu mendengar gumaman Bastian.
"Bagus! awasi terus! dan beritahukan kepadaku kalau ada sesuatu yang mencurigakan!"
"Baik, Tuan!"
Bastian bangkit dari duduknya, "Aku akan bersiap, kita akan ke kantor!"
"Baik, Tuan!"
Rocky membuka pintu ruang baca Bastian, mempersilahkan Bastian untuk keluar terlebih dahulu, baru setelah itu baru ia keluar, dan menutup kembali pintu ruang baca.
Saat Bastian melangkah menuju tangga, untuk bersiap berangkat ke kantor, ia melihat Carla turun membawa koper.
"Carla! kamu hendak kemana?!" Bastian tidak menyangka, Carla pulang untuk mengambil pakaiannya.
Carla tidak menjawab, ia menyeret kopernya, tanpa memperdulikan Bastian sama sekali.
"CARLA!!" teriak Bastian dengan kencangnya, melihat Carla tidak merespon panggilannya.
Carla cuek saja, sampai akhirnya Bastian menghalangi langkahnya, baru lah Carla berhenti menyeret kopernya.
"Kamu sepertinya, sengaja melakukan ini kepada Paman, baiklah! Paman yang akan keluar dari Mansion Miller, karena Paman hanya seorang Kenneth, bukan Miller, jadi... Paman tidak memiliki hak untuk tinggal di Mansion Miller!"
Buk!!
Carla menendang kaki Bastian dengan kencang, sampai tubuh Bastian merunduk kesakitan.
Kemudian Carla dengan cepat menyeret kembali kopernya, tanpa menoleh ke belakang, ia membawa kopernya masuk ke dalam bagasi mobil.
"Tuan, apakah saya harus mengejar Nona Carla?" tanya Rocky seraya membantu Bastian untuk berdiri dengan benar.
"Tidak usah, dia masih emosi, biarkan dia pergi!"
Bastian kemudian kembali ke kamarnya, ia duduk di tepi tempat tidur, dengan kepala yang terasa berdenyut.
Ia menarik laci lemari kecil, di samping tempat tidurnya, dan meraih botol aspirin berwarna putih dari dalam laci.
Bastian menoleh ke atas meja, ternyata air minum, dalam wadah air minum telah kosong.
Ia membuka tutup botol aspirin, tapi mendadak tangannya berhanti, karena ia teringat akan suatu hal.
Beberapa hari semenjak Carla jatuh ke dalam kolam renang, emosinya bisa ia kendalikan, karena ia tidak meminum obat sakit kepala.
Mata Bastian nanar membaca tulisan kecil, pada botol aspirin tersebut.
Ia berpikir, apakah ada kandungan dalam obat tersebut? yang membuat emosinya sebelumnya tidak terkendali.
Ia perlu menanyakan kembali kepada Dokter pribadinya, untuk memeriksa kandungan dalam aspirin, yang selalu ia konsumsi.
Bastian meletakkan botol aspirin ke atas meja, lalu ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Bersambung.....
baru awal dah ngeluarin air mata deh