Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. mengantar Indah
Rasya melempar pandangannya kepada Indah, namun Indah memejamkan matanya agar Rasya tetap tenang.
"i-ni berkas perusahaan yang akan ku berikan kepada Satria, aku akan menemani mommy selama mommy disana kau tau sendiri kan kak, kalau selain Satria tidak ada lagi yang bisa kita andalkan." Ucap Rasya gugup, tetapi ia mampu mengendalikan semuanya dan bisa memikirkan alasan yang masuk akal.
"Benar Tuan muda, saya datang kesini selain mengantar Nyonya saya juga berniat mengambil berkas dari tangan Tuan Rasya." Ucap Satria ikut membenarkan ucapan Rasya, padahal dalam hatinya ia kesal akan kecerobohan Rasya.
Al memicingkan matanya, dia tak begitu percaya namun dia sendiri yang akan menyelidiki keraguannya, Cindy pun turut curiga sama halnya dengan Al.
"Ayo kita berangkat, waktu semakin siang takutnya mom terlambat." Ajak Adel.
"i-ya ayo, Rasya semuanya sudah siap bukan?" Tanya Indah pada Rasya.
"Sudah, Mom." Ucap Rasya.
'maafkan mommy Al, untuk saat ini mommy belum bisa jujur padamu.' batin Indah.
Al dan yang lainnya masuk ke dalam mobil, Indah memberi isyarat kepada Adel yang di balas dengan senyuman oleh Adel. Mobil yang di tumpangi keluarga Wiguna melesat menuju ke bandara, di dalam mobil suasana hening tanpa ada yang bersuara Adel yang biasanya berisik pun diam.
Setengah jam di perjalanan kini mobil sudah sampai di bandara, Indah dan yanng lainnya keluar dari mobil kecuali Albert.
"Kau yakin menunggu disini sendirian?" Tanya Adel.
"Pergilah, jangan khawatirkan aku." Ucap Al dingin.
"Baiklah."
Adel ikut rombongan Indah dan Rasya masuk, Al menunggu di dalam mobil melihat dari kejauhan istri dan ibunya berjalan beriringan ke dalam bandara.
"Mom jaga dirimu baik-baik, aku yakin Mommy bisa melewati semuanya." ucap Adel memeluk Indah.
"Mom titip Al, jangan sampai dia tahu semuanya mommy tidak ingin membuatnya semakin terpuruk." Ucap Indah berpesan pada Adel, tatapannya sendu seakan ia meninggalkan sesuatu yang memberatkan hatinya.
Indah meneteskan airmatanya, Adel mengusap wajah Indah meskipun Indah menjeratnya ke dalam hutang dengan menebus dirinya menjadi istri dari anaknya, namun sungguh Adel tak pernah menyesalinya. Cindy sudah banjir airmata di pelukan Rasya, dia adalah anak yang paling mudah menangis diantara dua yang lainnya.
"Kak.. Huhuhuuu.. Jangan lama-lama perginya, nanti gak ada yang bantuin aku buat ngerjain tugas kuliah." Ucap Cindy di sela tangisnya.
Rasya menoyor kening Cindy, dia kira adiknya itu memang benar-benar sedih taunya ada maksud lain di dalam kesedihannya.
Tuwiiww..
"Hhuwaaaa.. Ayang aku di jahatin sama ka Rasya." Adu Cindy pada Satria dengan wajah cemberut.
Tubuh Satria menegang saat Cindy memeluknya, jantungnya berdetak dengan cepat, Cindy pura-pura menangis pilu di pelukan Satria. Adel menarik baju Cindy ke belakang, Indah berkacak pinggang menatap anak bungsunya.
"Mulai nakal ya sekarang..!" Ucap Indah menjewer telinga Cindy.
"Uuh.. Auhh... Sakit mom." Ringis Cindy.
"Syukurin...! Emang enak, cewek kok maen tempel aja kayak lem banget asal nempel emang lu mau Satria rabies di peluk sama lu." Ucap Adel.
"yayangnya aja suka di peluk sama gue, sirik aja loe malahan jantung Satria sampe dag-dig-dug ser pas gue peluk, ya kan ayang Satria." Ucap Cindy mengedipkan sebelah matanya.
"Yaelah, kalo gak dag-dig-dug mah berarti metong oon..!" Seru Adel menjitak kepala Cindy.
Nama Indah dan Rasya sudah dipanggil, keduanya membawa kopernya berpamitan kepada Adel dan yang lainnya, Cindy melambaikan tangannya ke arah ibu dan kakaknya. Setelah memastikan Indah dan Rasya masuk ke dalam pesawat Adel mengajak satria dan Cindy kembali ke mobil.
Albert melihat jam di pergelangan tangannya dan menatap keluar tidak ada tanda-tanda Adel dan adiknya keluar. Dia menyibukkan dirinya dengan bermain hp, seseorang melihat mobil yang di tumpangi Al yang tak asing di ingatannya.
"Bukannya itu mobil Albert ya? Ngapain dia disini?" Gumamnya.
Orang tersebut menghampiri Al, dia menatap remeh ke arah Al.
"Heh, ternyata si lumpuh toh yang ada di mobil." Ucapnya.
"Mau apa lagi kau muncul di hadapanku Sonia? PERGI!!" Bentak Al mengusir Sonia.
Seseorang tersebut adalah Sonia yang datang menggandeng pacar barunya, dia bergelayut manja di lengan pria yang datang bersamanya.
"Lihatlah sayang, dia sangat berbeda jauh denganmu. Kau itu sempurna, sedangkan dia cacat." Hina Sonia.
Saat hendak membalas perkataan Sonia, seseorang menarik rambut Sonia ke belakang dan mendorongnya sampai terjauh ke bawah.
"Honey...!" Pekik kekasih Sonia terkejut.
"Dasar wanita sampah..!" Hardiknya
semua sudah mendukung pernikahan kalian.