Novel ini terinspirasi dari novel lain, namun di kemas dalam versi berbeda. Bocil di larang ikut nimbrung, bijaklah dalam memilih bacaan, dan semua percakapan di pilih untuk kata yang tidak baku
-Entah dorongan dari mana, Dinar berani menempelkan bibirnya pada mertuanya, Dinar mencoba mencium, berharap Mertuanya membalas. Namun, Mertuanya malah menarik diri.
"Kali ini aja, bantu Dinar, Pak."
"Tapi kamu tau kan apa konsekuensinya?"
"Ya, Saya tau." Sahutnya asal, otaknya tidak dapat berfikir jernih.
"Dan itu artinya kamu nggak boleh berenti lepas apa yang udah kamu mulai," kata Pak Arga dengan tegas.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon An, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
WARNING!👇🏻
jangan baca Bab ini kalau kalian gak mau jadi panas dingin, cukup skip aja ya! karena Bab nya berbahaya buat kalangan yang kebelek haem-haem tapi belum halal🤣
🦖🦖🦖
Dinar telah selesai mengganti baju tidur, dia memasuki kamar. Vano dengan gaya bertelanjang dada, menggunakan celana boxer, ternyata sedang menunggu sang istri di atas kasur.
Dinar mendekatinya, dia ikut bergabung ke dalam selimut yang membelit mereka. Vano menoleh ke arahnya, dan tersenyum, "Kamu sangat cantik malam ini, sayang." Tuturnya lembut.
Dinar tersenyum mendengarnya, "Apa hari-hari biasa aku gak selalu cantik Mas?" Kekehnya.
"Nggak, Tapi sangat cantik, istriku yang satu ini selalu cantik." Balasnya dengan nada sensual.
"Mas gombal ah..," Cicit Dinar malu-malu dengan wajah merona bak kepiting rebus.
Sejenak, mereka bercanda tawa sambil saling tatap. Ketika dia dan suaminya menghabiskan waktu bersama, rasanya waktu berlalu begitu cepat. Kini waktu menunjukan tengah malam, dan Vano masih saja menggodanya.
"Udah lama Mas gak natap wajahmu selama ini."
"Tapi kan sekarang Mas udah natapnya." Tangan Vano membelai wajahnya Dinar. Mata mereka saling menatap dalam, hingga entah siapa yang memulai, bibir mereka sudah menyatu merdu.
Vano menggerakan bibirnya, menyesap bibir Dinar dengan lembut beritme. Membuat bibir Dinar terbuka, membiarkan pria itu memainkan lidah di dalam sana untuk membelit lidah istrinya, mengapses setiap rongga mulut yang begitu dia sukai.
Tangan satunya menahan tengkuk Dinar, menidurkan posisi tubuh istrinya yang semula masih setengah duduk, dan membiarkan akses ciuman lebih dalam untuk sang istri.
Sekarang Vano berada di atas Dinar sambil satu tangannya mulai bergerilya membuka kancing piyama tidur Dinar. Sedari tadi bibir pria itu masih tak melepas tautan bibir mereka.
Lolos sudah kancing-kancing penyatu piyama yang Dinar gunakan, Vano membuangnya asal.
Kini yang tertinggal hanya lah bra merah dan celana dalam berwarna pink yang Dinar gunakan untuk menangkup buah dadanya yang indah serta menutupi bibir bawahnya.
Dinar melenguh ketika Vano menyecapnya dengan agresif, kadang juga melahap berusaha memasukan semua daging kenyal itu ke dalam mulut. Memainkan lidahnya di pucuk merah muda, sesekali memberikan gigitan kecil sambil meremas buah dada sang istri, sementara tangan satunya sudah Bergerilya meraba ke bawah sana.
Vano bereaksi ketika Dinar melenguh manja, suara lenguhan indahnya membuat sang pria tidak dapat lagi menahan diri. Dinar rasakan benda keras bergerak di balik boxer suaminya.
Ternyata oh ternyata, Itu bukan pisang tapi terong? benda sakaratul maut itu tergesek di pahanya.
Dinar membuka mata, dan menahan tubuhnya, memberikan jarak untuk mereka.
"Mas." Tatapan suaminya sudah di ambang gairah. Dia menatap sang istri dengan napas yang tidak beraturan.
"Kenapa sayang? hmm..,"
Dinar tersenyum dan mendorong tubuhnya dari atas tubuh Dinar. Kini posisinya wanita itu berada di atasnya. Menaiki tubuh atletis suaminya sambil menggerai rambutnya yang sejak tadi masih di ikat. Vano terpesona dengannya, ketika rambut sang istri tergerai sempurna.
"Biar Dinar yang manjakan Mas, malam ini."
"Ya.., lakukan." Pintanya dengan suara parau, sejak tadi dia hanya menatap mata Dinar, kini menganggukan kepalanya.
Dinar tersenyum sambil kembali mencium bibir milik suaminya, Vano membalasnya dengan cepat, Dinar mulai mem-binal ketika sudah berada di atas tubuh Vano.
Gerakannya naik turun mencium leher suaminya. Dinar menciumnya dengan memberikan jilatan di sana, membuat suaminya melenguh pelan.
Ciumannya turun di dada, dan menjilat dadanya dengan gerakan yang sensual. Semakin turun, dan hingga dia bertemu dengan alat tempur milik sang suami yang masih terkurung di dalam celana boxer, tampak di sana sudah sangat keras dan sesak.
"Apa Dinar harus lepasin?" Tanyanya dengan menatap nakal ke arah Vano.
Vano mengangguk pasrah menatap sang istri, "Ya.., Lakuin sayang, segera."
Dinar mengeluarkan bang joni milik suaminya yang cukup panjang, besar dan berbentuk sempurna itu. Tak butuh waktu lama, dia langsung menjilatnya, dan membuat suaminya mendongakan kepala sambil mengerang.
"Arghh.., Nara.."
...BERSAMBUNG, ...
Astagfirullah.., otak othour udah gak suci lagi🤣