Jelita Putri Maharani adalah seorang perempuan cantik berumur 27 tahun yang menjadi piatu sejak dia masih duduk di kelas V SD.
Suatu ketika, papa Jelita sakit keras dan sebelum meninggal dia meminta putri kesayangannya itu untuk menikah dengan Rico Putra Permana, pria tampan berumur 30 tahun anak dari sahabat papanya dengan maksud agar Jelita ada yang menjaga.
Namun siapa sangka, 2 bulanan setelah pernikahan, Jelita mulai melihat sifat asli suami, mertua dan adik iparnya yang membuat emosi Jelita makin lama makin naik.
Bagaimanakah kisah selengkapnya? Yuk simak novel ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Dewi Mencari Perkara
Karena tidak ingin melihat tampang Rico lebih lama lagi, Ratih pun segera menutup pintu lalu menguncinya dari dalam. Dengan langkah gontai dan perasaan kecewa, Rico pun berjalan meninggalkan halaman rumah kontrakan Ratih. Keinginannya untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan Elvira masih belum membuahkan hasil juga.
*
Hari Senin pagi jam 6.38...
Setelah sarapan, Agung dan Sonya pun pamit pulang. Karena Jelita dan ke 3 ART nya belum balik juga, dengan terpaksa Dewi harus merelakan uangnya lagi untuk membeli kebutuhan makan mereka. Dengan hati tidak ikhlas, wanita itu harus bangun pagi-pagi untuk belanja dan memasak.
Setelah suasana rumah sepi hanya tinggal Dewi sendirian saja, entah mendapat bisikan darimana, tiba-tiba saja terbersit di pikiran wanita itu untuk memasuki kamar Jelita. Karena kamar menantunya biasa dikunci, Dewi pun mengundang tukang kunci dengan bayaran sisa uang belanja yang diberikan oleh Baskoro.
Sesudah 30 menitan si tukang kunci sibuk dengan pekerjaannya, pintu kamar Jelita pun akhirnya berhasil dibuka. Begitu si tukang kunci pamitan, langsung saja Dewi bergerilya di kamar Jelita dengan harapan mendapat barang berharga yang bisa dia jual karena merasa sakit hati dengan omongan kasar Jelita.
Tanpa sepengetahuan istrinya Baskoro, di bagian atas kamar Jelita, ada sebuah CCTV mini tersembunyi yang baru dipasang oleh Jelita pada hari Sabtu pagi sebelum dia berangkat ke toko. Adapun pemasangan CCTV itu diarahkan di area tempat penyimpanan barang-barang berharga Jelita, seperti perhiasan, dokumen-dokumen penting, dan uang.
Karena Jelita adalah tipe perempuan yang waspada dan pintar, dia sengaja memasang CCTV di kamarnya sebagai antipasi jika diantara keluarga Rico ada yang punya penyakit panjang tangan ditambah lagi mereka punya masalah keuangan.
Setelah belasan menit berkutat di kamar Jelita, Dewi pun akhirnya berhasil menemukan beberapa perhiasan Jelita, seperti : cincin, gelang, dan kalung. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, Dewi hanya mengambil 1 buah cincin yang paling kecil diantara perhiasan lainnya.
Merasa aksinya itu tidak diketahui oleh siapapun, Dewi pun tersenyum sumringah. Dengan segera, wanita berumur 48 tahun itu keluar dari kamar Jelita kemudian langsung memesan ojek untuk segera menjual cincin curian tersebut.
Apakah Jelita sebodoh itu hingga membiarkan perhiasannya tidak disimpan dengan baik? Tentu saja tidak. Rupanya Jelita sengaja berbuat demikian karena dia mau menjebak dan ingin melihat pertunjukan menarik yang membuat keluarga Baskoro semakin dipermalukan.
Bukan main senangnya Dewi ketika menerima uang sebesar 1.215.000 dari hasil penjualan cincin Jelita. Tak ingin berlama-lama, wanita itu pun segera memesan ojek lagi dengan tujuan ke sebuah rumah makan yang menjual sate, gule, soto dan sejenisnya.
Dengan nikmatnya Dewi melahap sate dan gule yang sudah siap saji di mejanya. Tanpa ada perasaan bersalah dan takut ketahuan, istrinya Baskoro menghabiskan semua makanan itu hingga dia kekenyangan.
Tak ingin ketahuan lagi oleh suaminya, Dewi pun mencari tempat yang dirasa aman untuk menyimpan uangnya, yakni di bawah lemari bagian luar. Setelah membungkus sisa uangnya dengan amplop putih bekas, wanita itu lalu memasukkan amplop berisi uang tersebut ke sebuah plastik lantas melipatnya. Dengan berjongkok, Dewi kemudian melekatkan plastik itu di bagian bawah lemari bagian luar menggunakan laksban bening.
*
Sementara itu di toko, Jelita yang sedang istirahat sambil makan siang, tersenyum menyeringai saat melihat aksi Dewi di rekaman CCTV. Dengan segera, perempuan cantik itu mengirimkan rekaman tersebut ke Ratih, yang tentu saja mengundang emosi sahabatnya itu.
Karena prediksinya terjadi juga, setelah chatingan dengan Ratih, Jelita pun lalu menelpon Jefry, teman semasa SMA dan se universitas yang sekarang berprofesi sebagai polisi.
"Halo Ta, kesambet apa kamu kok tumben-tumbenan nelpon aku?" tanya suara seorang pemuda di seberang sana.
"Kesambet maling, Jef," sahut Jelita yang membuat temannya di seberang sana kebingungan.
"Kesambet maling gimana maksudnya, Ta? Kamu kemalingan gitu?" kata polisi tersebut.
"Iya Jef. Tolong dong Jef bantuin aku untuk membuat pertunjukan," balas perempuan cantik itu.
"Pertunjukan apa sih, Ta? Aku kok tambah bingung," tutur suara di seberang sana.
"Yang maling itu ibu mertuaku yang tidak kuinginkan, Jef," jelas Jelita.
"Mertua yang tidak kamu inginkan? Maksudnya?" polisi tersebut tambah bingung.
"Sudahlah Jef, aku jelaskan langsung saja waktu ketemu kamu ya. Nanti sore kamu ada waktu longgar gak?" lanjut perempuan berumur 27 tahun itu.
"Ada sih Ta, tapi habis maghrib ya?" balas Jefry.
"Ok Jef, nanti aku tunggu di rumah kontrakan Ratih ya. Jangan lupa pake seragam polisi," ujar Jelita.
"Lah, kenapa harus pake seragam segala sih, Ta? Kan jam dinasku sudah habis," protes suara di seberang sana.
"Kan aku tadi sudah bilang mau membuat pertunjukan. Pliss lah Jef, masa' bantuin temen sendiri gak mau. Nanti aku traktir deh. Atau kamu mau yang mentahan saja?" desak perempuan itu.
"Ya sudah deh, aku bersedia," Jefry akhirnya menyanggupi permintaan Jelita.
*
Jam 7.03 malam...
Dewi yang saat itu sedang nonton TV sangat kaget ketika melihat Jelita pulang bersama seorang pemuda berseragam polisi. Jantung wanita itu deg-deg an, panik dan wajahnya berubah tegang.
"Selamat malam Bu Dewi, perkenalkan nama saya Jefry dan saya seorang polisi dari Polsek," kata pemuda itu sambil menunjukkan identitasnya jika dia benar-benar polisi.
"Mas Polisi ada apa ya datang kemari?" tanya Dewi dengan jantung berdebar-debar.
Mendengar ada suara tamu dari kepolisian, Baskoro yang sedang istirahat di kamar pun langsung keluar.
"Lo Ta, kamu pulang?" tanya Baskoro basa-basi.
"Kamu bawa polisi, Ta? Ada masalah apa?" pria itu ikutan panik dikiranya Jelita jadi melaporkan Rico ke polisi terkait kasus aborsi.
"Tanya tuh Pak ke Bu Dewi anda," sahut Jelita dengan kalimat sengaja diperhalus tapi sebenarnya menyindir.
"Kamu bikin masalah apa lagi, Buk?" selidik Baskoro dengan sorot mata tajam ke arah istrinya.
"Ibuk gak berbuat apa-apa lo, Pak. Beneran," Dewi masih berani menyangkal sekalipun dia sebenarnya panik.
"Yakin nih Bu Dewi gak membuat masalah? La terus untuk apa Bu Dewi sampek masuk ke kamarku? Padahal kamarku ku kunci lo," ucap Jelita dengan suara sengaja dibuat keras agar Rico dan Sisca turun ke bawah sehingga pertunjukannya semakin menarik.
Dan ternyata, harapan perempuan itu terwujud, karena tak lama kemudian Rico dan Sisca turun ke lantai bawah dan tampak kaget saat melihat ada seorang polisi. Terkhusus untuk Rico, pemuda itu juga jadi panik karena takut ancaman Jelita beberapa hari yang lalu benar-benar terjadi.
"Kapan aku masuk ke kamarmu, Ta?! Kamu jangan mitnah lo ya!" Dewi masih keukeuh tidak mau mengaku karena sudah dikerubungi oleh anggota keluarganya dan tentu saja takut dimarahi jika sampai mengaku.