NovelToon NovelToon
Jejak Kode

Jejak Kode

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Persahabatan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:659
Nilai: 5
Nama Author: Faila Shofa

Laila, seorang gadis muda yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu, tiba-tiba terjebak dalam misteri yang tak terduga. Saat menemukan sebuah perangkat yang berisi kode-kode misterius, ia mulai mengikuti petunjuk-petunjuk yang tampaknya mengarah ke sebuah konspirasi besar. Bersama teman-temannya, Keysha dan Rio, Laila menjelajahi dunia yang penuh teka-teki dan ancaman yang tidak terlihat. Setiap kode yang ditemukan semakin mengungkap rahasia gelap yang disembunyikan oleh orang-orang terdekatnya. Laila harus mencari tahu siapa yang mengendalikan permainan ini dan apa yang sebenarnya mereka inginkan, sebelum dirinya dan orang-orang yang ia cintai terjerat dalam bahaya yang lebih besar.

Cerita ini penuh dengan ketegangan, misteri, dan permainan kode yang membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang penuh rahasia dan teka-teki yang harus dipecahkan. Apakah Laila akan berhasil mengungkap semuanya sebelum terlambat? Atau akankah ia terjebak dalam jebakan yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faila Shofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sandi misterius

Suasana kelas terasa berat saat pesan baru muncul di ponsel Laila. Kali ini isinya deretan angka:

13-9-19-19-9-14-7-16-5-18-19-15-14

Laila menunjukkan pesan itu kepada Rio, Rifki, Keysha, dan Nadia. Mereka menatap layar ponselnya dengan bingung.

“Apa maksud angka-angka ini?” tanya Keysha.

“Kayaknya ini kode lagi,” jawab Laila, mencoba menenangkan diri meskipun hatinya berdebar kencang.

“Tapi kita nggak ngerti kode ini. Kalau yang anagram kemarin, masih bisa dipecahin dengan bantuan Nadia. Sekarang gimana?” kata Rifki.

Rio mengangguk setuju. “Kita nggak tahu nama sandinya, apalagi cara bacanya.”

“Aku rasa kita harus cari tahu dulu soal kode ini,” kata Laila. “Mungkin di perpustakaan ada buku tentang sandi atau kode rahasia.”

Mereka setuju dan memanfaatkan jam istirahat untuk pergi ke perpustakaan. Perpustakaan sekolah yang luas itu penuh dengan rak-rak tinggi berisi buku-buku tebal. Mereka segera menyebar, mencari sesuatu yang bisa membantu.

Nadia berjalan ke bagian buku ensiklopedia, sementara Keysha memeriksa rak sejarah. Rifki dan Rio mencari di bagian hobi, sedangkan Laila mencoba mencari di bagian teknologi.

“Aku nemu buku tentang teka-teki, tapi isinya cuma teka-teki logika,” kata Rifki, mengangkat sebuah buku kecil.

“Di sini cuma ada buku tentang sejarah sandi perang dunia, nggak ada yang relevan,” tambah Nadia dari sudut lain perpustakaan.

Keysha menghela napas panjang. “Nggak ada petunjuk sama sekali. Gimana kalau kita tanya ke pustakawan?”

Mereka pun mendekati meja pustakawan, namun wanita paruh baya itu hanya menggeleng. “Maaf, kalau soal kode seperti itu, saya tidak tahu buku mana yang tepat. Mungkin kalian harus mencarinya di luar perpustakaan sekolah.”

Mereka kembali ke kelas dengan tangan kosong.

“Sekarang gimana?” tanya Rio, terlihat frustrasi.

Laila mengerutkan dahi, mencoba berpikir. “Kita nggak bisa nyerah. Kalau kita nggak tahu caranya sekarang, mungkin kita bisa coba cari di internet nanti di rumah.”

“Tapi sementara itu, kita nggak tahu apa maksud kode ini,” kata Rifki pelan. “Kalau kode ini tentang orang hilang lagi, kita bisa terlambat.”

Mereka semua terdiam. Kode itu seperti teka-teki yang sengaja diberikan untuk membuat mereka kebingungan.

Kelas kembali ramai saat istirahat berakhir. Namun, pikiran Laila dan teman-temannya terus terpaku pada deretan angka di pesan misterius itu.

Ketika jam pelajaran selesai, mereka berkumpul di kantin, membahas langkah berikutnya.

“Jadi, kita nggak nemu apa-apa di perpustakaan,” kata Rio sambil mengaduk minuman dinginnya. “Dan sekarang, kita cuma bisa berharap internet kasih jawaban.”

“Tapi internet pun nggak selalu bisa diandalkan,” Keysha menimpali.

“Kalau kode angka ini, aku ingat pernah baca sesuatu,” kata Nadia, mencoba mengingat.

“Baca apa?” Rifki langsung menatapnya serius.

“Sepertinya... sandi angka kadang-kadang pakai sistem pengganti huruf. Misalnya, 1 untuk A, 2 untuk B, dan seterusnya,” jawab Nadia.

Laila buru-buru mengeluarkan kertas dan pena dari tasnya. “Kalau kayak gitu, coba kita terjemahkan sekarang.”

Mereka mulai mencocokkan angka dengan huruf berdasarkan urutan alfabet.

13 \= M, 9 \= I, 19 \= S, 19 \= S, 9 \= I, 14 \= N, 7 \= G, 16 \= P, 5 \= E, 18 \= R, 19 \= S, 15 \= O, 14 \= N.

Laila membaca hasilnya dengan keras. “MISSING PERSON.”

“Maksudnya, orang hilang?” Keysha terkejut.

Rifki mengangguk. “Itu berarti masih ada orang lain yang bakal kena teror kayak siswa yang hilang kemarin.”

“Siapa kali ini?” Rio menatap mereka satu per satu, terlihat panik.

Belum sempat mereka memutuskan langkah selanjutnya, suara gaduh di koridor membuat mereka tersentak. Beberapa siswa berlari ke arah ruang guru, berbisik-bisik dengan wajah cemas.

“Mungkin kita harus cek ke sana,” ajak Laila.

Mereka mengikuti kerumunan menuju ruang guru. Seorang murid perempuan terlihat menangis di depan pintu. Dari percakapan yang mereka dengar, adiknya yang masih kelas sepuluh tidak masuk sekolah hari itu, dan orangtuanya juga tidak tahu keberadaannya sejak pagi.

“Ini serius,” gumam Rifki.

“Pasti ini yang dimaksud sama sandi tadi,” tambah Laila.

Keysha menggigit bibirnya. “Kalau memang ada hubungannya, kita harus bertindak lebih cepat. Tapi gimana caranya?”

“Pertama, kita cari tahu lebih banyak soal adik siswa itu. Siapa tahu ada petunjuk lain,” saran Rio.

Mereka mendekati siswa yang menangis tadi dan mencoba berbicara dengannya. Meski awalnya ragu, gadis itu akhirnya memberi tahu bahwa adiknya, Fahri, sempat mengeluh tentang seseorang yang terus mengiriminya pesan aneh beberapa hari terakhir.

“Pesan apa?” tanya Rifki dengan hati-hati.

“Aku nggak tahu pasti. Dia nggak pernah mau cerita detail, cuma bilang kalau isinya bikin dia nggak nyaman,” jawabnya di sela-sela isak tangis.

Laila merasakan ada benang merah yang semakin jelas. “Aku rasa kita harus mulai dari ponsel Fahri. Bisa nggak kamu kasih tahu polisi untuk cek pesannya?”

“Aku akan coba bilang ke orangtuaku,” jawab gadis itu.

Setelah itu, mereka kembali ke kelas dengan perasaan tak menentu.

“Kalau teror ini nggak berhenti, mungkin kita juga bisa jadi korban berikutnya,” kata Keysha pelan.

“Tapi kita nggak bisa mundur sekarang,” Laila menegaskan. “Kalau Fahri benar-benar terlibat, kita harus menemukan dia sebelum semuanya terlambat.”

Hari berikutnya di sekolah dimulai dengan suasana yang tidak biasa. Kabar tentang hilangnya Fahri menyebar dengan cepat, dan hampir semua siswa membicarakannya. Namun, kelompok Laila tahu lebih dari sekadar desas-desus.

Mereka berkumpul di taman belakang sekolah saat istirahat, mencoba menyusun langkah untuk menyelidiki lebih jauh.

“Kita harus mulai dari mana?” Rio membuka pembicaraan.

“Aku rasa, kita harus mencari tahu siapa saja yang sering berinteraksi dengan Fahri,” saran Rifki.

“Tapi kita nggak kenal dia,” Keysha mengingatkan.

“Makanya, kita harus tanya-tanya,” balas Laila tegas.

Mereka memutuskan untuk berbicara dengan beberapa teman sekelas Fahri. Dari percakapan itu, mereka mengetahui bahwa Fahri adalah tipe siswa yang pendiam dan jarang bergaul. Hanya satu nama yang muncul sebagai teman dekatnya: Damar, siswa kelas sebelas.

“Kita cari Damar sekarang,” ajak Laila tanpa ragu.

Setelah bertanya ke beberapa siswa, akhirnya mereka menemukan Damar di perpustakaan. Dia sedang duduk di sudut ruangan, membaca buku.

“Damar?” Laila mendekatinya.

Pemuda itu mengangkat wajahnya, terlihat bingung. “Iya, ada apa?”

“Kami mau tanya soal Fahri,” Laila langsung ke inti.

Wajah Damar berubah serius. “Kenapa kalian tanya soal dia?”

“Karena dia hilang,” jawab Rifki. “Dan kita dengar kamu temannya.”

Damar terdiam sejenak, lalu menutup bukunya. “Dia sempat cerita soal sesuatu yang aneh beberapa hari terakhir.”

“Aneh gimana?” tanya Keysha penasaran.

“Dia bilang ada yang terus mengirim pesan dengan kode-kode aneh. Dia nggak ngerti maksudnya, tapi katanya pesan itu bikin dia nggak nyaman.”

Laila dan yang lainnya saling pandang. Mereka tahu ini lebih dari sekadar kebetulan.

“Kamu masih ingat kodenya?” tanya Rio.

“Nggak. Dia nggak pernah kasih lihat. Tapi aku ingat dia bilang kalau pesannya sering pakai angka,” jawab Damar.

“Angka lagi,” gumam Laila. “Kita nggak bisa biarkan ini terus terjadi.”

Setelah berbicara dengan Damar, mereka kembali ke kelas. Dalam perjalanan, Rio mendekati Laila.

“Kamu yakin kita bisa selesaikan ini?” tanya Rio pelan.

“Kita harus yakin,” jawab Laila tegas. “Kalau kita nggak coba, siapa lagi yang peduli sama Fahri?”

Namun, pikiran mereka terpecah ketika bel berbunyi tanda pulang sekolah. Di tengah perjalanan pulang, Rifki tiba-tiba menerima pesan di ponselnya.

“Sandi baru sudah menunggu. Bisakah kalian menemukannya sebelum korban berikutnya?”

Rifki langsung menunjukkan pesan itu ke teman-temannya.

“Kita nggak bisa diam saja. Pesan ini jelas ngasih petunjuk,” kata Rifki dengan nada serius.

“Tapi petunjuk apa?” tanya Keysha, bingung.

Mereka membuka pesan itu lagi dan memperhatikan angka-angka yang tercantum.

13 5 20 5 18 16 15 16 12 5

“Apa ini lagi?” Rio mengeluh.

Laila mengerutkan kening. “Kita harus cari tahu. Besok kita cari lebih banyak informasi di perpustakaan lagi.”

Dan mereka pun berjanji untuk melanjutkan penyelidikan. Namun, dalam hati mereka tahu waktu terus berjalan, dan setiap detik berarti nyawa seseorang sedang dipertaruhkan.

1
secret enjel
seruu kak, aku bakal bacaa sampai habis
michiie
gk paham jir
michiie
bagusssssss
Sa'diah Sasa
seru nih, aku suka yang teka-teki yang begini
Aulia Nur
aaahh... seru! 🥰
Aimee
Penasaran
Aimee
Misteri apa yang ada di baliknya?
miilieaa
thor...
apa rahasianya bisa nulis banyak novel?
Violence: ga ada sih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!