Andhira baru saja kehilangan suami dan harus melahirkan bayinya yang masih prematur akibat kecelakaan lalulintas. Dia diminta untuk menikah dengan Argani, kakak iparnya yang sudah lama menduda.
Penolakan Andhira tidak digubris oleh keluarganya, Wiratama. Dia harus tetap menjadi bagian dari keluarga Atmadja.
Akankah dia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya kali ini, sementara Argani merupakan seorang laki-laki dingin yang impoten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Sedikit Titik Terang
Bab 31
Papa Anwar mendatangi ruang kantor Argani. Dia datang bersama seorang polisi dan seorang laki-laki berpakaian lusuh, yang merupakan seorang informan atau detektif.
"Bagaimana dengan kelanjutan kasus kecelakaan yang menimpa Dhika?" tanya Argani.
"Kita sudah menemukan sedikit titik terang," jawab Pak Hari, seorang polisi. "Ternyata mobil Jeep yang dilihat Nyonya Andhira itu kemungkinan sama dengan mobil Jeep yang sudah menabrak saudari Ainun, dahulu."
"Apa? Bagaimana bisa? Itu kejadian sudah belasan tahun lalu." Argani sangat terkejut dan tidak percaya.
"Ciri-ciri mobil Jeep yang dilihat oleh Andhira sama seperti yang ada di dalam ingatan kamu," lanjut Papa Anwar.
"Benarkah?" Argani seakan tidak percaya.
"Aku juga kembali menyelidiki kasus penculikan yang terjadi kepada Nyonya Andhira sewaktu dia kecil," kata Pak Udin, detektif yang di sewa oleh Papa Anwar.
"Ada beberapa kesamaan dalam kasus penculikan yang terjadi kepada Nyonya Andhira. Aku mendapatkan ini setelah mencari mantan narapidana, pelaku yang dahulu menculik Nyonya Andhira," lanjut Pak Udin sambil mengeluarkan sebuah amplop berwarna coklat dari balik jaketnya.
Argani membuka amplop yang berisi foto para pelaku, potongan berita koran tentang kasus penculikan anak. Lalu, ada beberapa lembar yang merupakan isi percakapan Pak Udin dengan lima orang pelaku yang berbeda.
"Mereka bilang disuruh oleh seorang laki-laki yang menutupi wajah. Tapi, ada satu hal yang sama dikatakan oleh mereka, yaitu memiliki bekas luka di ibu jari tangan kanan. Walau sudah terlihat samar, tetapi mereka masih bisa melihatnya," jelas Pak Udin.
"Luka di ibu jari?" Argani mencoba mengingat apa pernah bertemu dengan orang yang memiliki ciri-ciri seperti itu.
"Sepertinya Mama tahu orang itu," kata Papa Anwar.
"Siapa dia, Pah?"
"Sanusi, mantan suami Bu Rosdiana."
"Apa?" Argani terkejut.
"Papa juga baru tahu barusan," balas Papa Anwar.
"Apa yang menyebabkan dia melakukan itu? Lalu, kenapa Pak Bagas mau menikah dengan wanita itu dan membuang Dhira juga mamanya?" Argani menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan keluarga istrinya.
"Persaingan bisnis. Perusahaan tempat bekerja Sanusi selalu kalah tender dengan perusahaan milik ayah mertuaku. Katanya dia stres dan menaruh dendam kepada Pak Bagas," jelas Papa Anwar. "Kayaknya Pak Bagas juga tidak tahu kalau Bu Rosdiana adalah mantan istri pelaku penculikan anaknya."
"Loh, kok?" Argani semakin pusing.
"Mama dulu pernah mendengar hal ini dari Agni. Dia mengenali pelaku dari jari jempolnya juga. Dia dan Dhira kan pernah diculik saat Dhira masih TK," jelas Papa Anwar. "Dari sana dia pun mencari tahu siapa pelaku dan apa motifnya. Setelah itu kedua orang tua Dhira menyewa penjaga yang bernama Asep. Namun, Asep meninggal dunia ketika terjadi penculikan yang ketiga kalinya. Saat itu Sanusi masih belum ketahuan sebagai dalangnya."
Argani mulai geram mendengar kisah masa kecil istrinya yang penuh dengan ketegangan dan bayang-bayang ketakutan. Dia rasanya ingin membalaskan rasa itu.
"Lalu, apa Sanusi sudah berhasil ditangkap?" tanya Argani.
"Dia sudah berhasil ditangkap dan diadili. Hanya saja dia berhasil kabur ketika terjadi kebakaran di penjara. Sampai saat ini di belum berhasil diketahui bagaimana nasibnya," jawab Pak Hari.
"Hei, jangan-jangan dia masih menyimpan dendam kepada keluarga Dhira dan masih ada keinginan untuk melenyapkan Dhira," ucap Argani menduga-duga.
"Ini masih abu-abu, pastinya masih banyak yang belum terungkap," tukas Pak Hari.
***
Sambil menunggu up bab berikutnya, Yuk baca juga karya aku ini. Ceritanya tidak kalah seru dan bikin greget.
cepat² lah tobat pak Bagas, sama nenek peyot.🤭 gregetan bgt sumpah