"Buang obat penenang itu! Mulai sekarang, aku yang akan menenangkan hatimu."
.
Semua tuntutan kedua orang tua Aira membuatnya hampir depresi. Bahkan Aira sampai kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan seorang pria beristri. Dia justru bertemu anak motor dan menjadikannya pacar pura-pura.
Tak disangka pria yang dia kira bad boy itu adalah CEO di perusahaan yang baru saja menerimanya sebagai sekretaris.
Namun, Aira tetap menyembunyikan status Antares yang seorang CEO pada kedua orang tuanya agar orang tuanya tidak memanfaatkan kekayaan Antares.
Apakah akhirnya mereka saling mencintai dan Antares bisa melepas Aira dari ketergantungan obat penenang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
"Lebih baik kamu pulang saja sekarang."
Antares semakin menatap serius kedua orang tua Aira. "Aku tidak akan pulang, sebelum memastikan kalau Aira tidak dijodohkan dengan pria beristri itu. Kalau sampai dijodohkan, anak buahku berada dimana-mana. Sudah pernah dengar kan bagaimana kejamnya anak geng motor." Antares kembali menatap tajam orang tua Aira dengan senyum menyeringainya.
Kedua orang tua Aira hanya menganggukkan kepalanya.
"Terima kasih atas pengertiannya. Saya permisi!" Kemudian Antares berdiri dan keluar dari rumah itu. Dia memakai helmnya dan segera melajukan motornya dengan kencang meninggalkan suara yang nyaring.
Baru saja Antares pergi, Rika sudah menuju kamar putrinya. "Aira!" teriak Rika dari luar. Dia akan membuka pintu itu tapi dikunci dari dalam. "Aira, awas kalau kamu masih pacaran sama cowok berandal kayak dia! Mau jadi apa kamu nanti!"
Akhirnya Aira membuka pintu kamarnya. Dia menatap kedua orang tuanya yang terlihat merah padam. Sebenarnya dia mendengar apa yang dikatakan Antares. Ternyata pria itu sangat pintar menakut-nakuti orang tuanya.
"Aira, kamu jauhi pria seperti dia! Dia sama sekali tidak punya masa depan."
"Justru itu yang aku cari. Agar tidak bisa dimanfaatkan Ibu dan Ayah. Kalau Ibu dan Ayah masih memaksaku menikah dengan Bang Toni, dia dan anak buahnya akan menyerbu," kata Aira. Ternyata bertemu dengan Antares sangat menguntungkan.
"Dasar anak gak tahu terima kasih! Kita sudah membesarkan kamu tapi kamu sama sekali ...."
Rika mencegah suaminya berbicara lebih banyak dengan menahan lengannya.
"Ya sudah, asal dalam satu minggu ini kamu bisa dapat pekerjaan, kita tidak akan memaksa kamu lagi."
Aira hanya menganggukkan kepalanya lalu dia masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu itu lagi.
Fadil masih menggerutu pada istrinya sambil masuk ke dalam kamarnya. "Aku sangat butuh modal dan uang semester Yudha juga harus segera dibayar."
Rika menatap suaminya kesal. "Kenapa kamu tidak usaha cari modal? Aku gak mau Aira sampai pergi dari rumah. Bagaimanapun juga, dia sangat pintar mencari uang. Dia pasti akan mendapat pekerjaan dengan cepat."
Sedangkan di dalam kamarnya, Aira menatap layar laptopnya. Berharap ada e-mail masuk untuknya. Senyumnya merekah melihat ternyata ada satu e-mail masuk dari salah satu perusahaan yang dia lamar. "Panggilan interview besok sebagai sekretaris di PT Galaksi Elektronik. Karena banyaknya spam e-mail ini hampir terlewatkan. Untung aku melihatnya. Besok jam 10. Aku harus siap-siap."
Aira membuka situs pencarian lewat laptopnya dan mencari semua hal tentang perusahaan itu. "Ya, perusahaan ini memang cukup besar. Pimpinan perusahaan yang sekarang adalah Antares Alexandre."
Aira mengernyitkan dahinya. Sepertinya dia baru saja mendengar nama itu. "Nama pria tadi Ares, bukan Antares kan." Saat Aira membuka profil pemilik itu Aira hampir melempar mouse yang dia pegang.
"Omo! Wajah ini." Aira mengingat-ingat wajah pria yang satu jam lalu baru dia temui. "Mirip sekali. Mereka kembar atau Ares memang Antares."
Aira menutup mulutnya yang terbuka. Bagaimana jika Antares itu memang pria yang baru saja dia suruh berpura-pura menjadi pacarnya. "Dilihat dari segi manapun foto itu memang sama persis dengan pria tadi. Ambil tidak? Kalau tidak aku ambil, aku melewatkan kesempatan emas tapi kalau aku ambil ...." Aira menyandarkan kepalanya di meja. "Dia menyebalkan dan arogan. Orang seperti dia kenapa bisa jadi bos!"
Aira kembali menegakkan dirinya dan berpikir. "Posisiku sebagai sekretaris, aku tidak mungkin menghindar tidak bertemu dia. Pasti setiap hari aku akan bertemu dan menuruti semua perintahnya. Aku jadi dilema. Lagian ngapain sih udah jadi CEO masih aja main di jalanan."
Aira mengacak rambutnya sendiri. Dia mematikan laptopnya lalu merebahkan dirinya di atas ranjang. "Aku coba saja. Aku pura-pura saja tidak kenal sama dia. Lagian masih interview. Belum tentu aku diterima. Aku berusaha saja."
...***...
Keesokan harinya Aira bersiap-siapa untuk melakukan interview. Meskipun ragu, Aira akan tetap melakukannya. Dia memakai kacamatanya berharap pimpinan perusahaan itu lupa dengan dirinya atau Antares yang dimaksud bukanlah pria yang dia temui di jalanan.
Setelah memakai tasnya, dia keluar dari kamar lalu duduk di kursi makan dan mengambil roti yang dia oles dengan selai strawberry.
"Hari ini kamu ada panggilan interview?" tanya ibunya sambil meletakkan segelas susu di dekat Aira.
"Iya. Di Galaksi Elektronik." Kemudian Aira meneguk susu itu hingga habis setengahnya.
"Itu perusahaan besar. Semoga kamu berhasil."
Aira hanya menganggukkan kepalanya lagi. Dia melirik Yudha yang duduk di sampingnya dan selalu mengacuhkannya bahkan dia terus menatap layar ponselnya.
"Ibu, uang saku bulan ini masih kurang. Banyak tugas yang harus diselesaikan," kata Yudha sambil menatap ibunya.
"Yudha, Ibu sedang mengusahakan untuk biaya semester kamu. Kamu hemat dulu pengeluaran kamu!"
"Ini gara-gara Kak Aira yang berhenti bekerja di Jepang!"
Aira sangat kesal mendengar hal itu. Dia kini menatap Yudha. "Kalau kamu ingin mendapatkan uang yang banyak, ya kamu bekerja. Kamu sudah dewasa. Jangan manja! Jangan-jangan kamu memang tidak bisa bekerja." Kemudian Aira berdiri dan akan melangkah keluar.
"Aku dengar Kak Aira pacaran sama anak geng motor. Anak geng motor mana? Sok jagoan sekali sampai mengancam Ayah."
Aira menoleh Yudha lalu tersenyum miring. "Kenapa? Mau melawan? Kamu bukan tandingannya." Kemudian Aira melangkahkan kakinya keluar dari rumah sebelum dia semakin stres.
Dia kini menunggu ojek online yang sudah dia pesan. "Aku belum beli obat, aku harus tekan emosiku."
...***...
"Ini data yang Pak Ares minta. Saya memilih tiga kandidat yang sangat kompeten. Salah satunya sudah berpengalaman di perusahaan elektronik yang berada di Jepang."
Antares melihat daftar riwayat hidup yang ada di tangannya satu per satu. Dia berhenti di daftar riwayat hidup milik Aira. Dia tersenyum kecil membaca prestasi dan pengalaman bekerja yang luar biasa.
Ternyata dia memang luar biasa sampai hampir gila.
Antares mengambil satu kertas itu dan memberikannya pada Veri, HRD perusahaannya. "Saya pilih Aira. Pengalamannya luar biasa. Siapa tahu dia bisa memberi inovasi di perusahaan ini."
"Pilihan yang tepat, Pak. Saya juga yakin dengan dia, tapi ada masalah di surat keterangan kesehatannya. Dia menderita anxiety disorder dan dalam penanganan."
"Tidak apa-apa, dia sudah jujur, biar saya yang menanganinya. Setelah interview selesai, suruh dia ke ruanganku."
"Baik, Pak." Kemudian Veri keluar dari ruangan Antares.
Antares masih saja tersenyum. "Sepertinya, hari-hariku selanjutnya tidak akan membosankan lagi. Aku akan menyembuhkan penderita anxiety disorder."
rebut hatinya Aira res biar ga ke gaet sama mantan 😁😁