Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - Tidur Di Kamar Yang Sama!!
Nyonya Rossa marah besar saat mengetahui El dan Arneta tidur terpisah sejak mereka tinggal di rumah itu. Kemarahan Nyonya Rossa pun memuncak saat El mengatakan alasannya tidur terpisah dengan Arneta.
"Aku masih sulit untuk belajar menerima dan mencintainya, Ma. Jadi berikan aku waktu sebentar untuk bisa belajar melakukan itu semua!"
"Keterlaluan kamu, El!! Walau pun kamu belum memiliki perasaan pada Arneta, gak seharusnya kamu mengambil keputusan bodoh seperti ini!!"
El terkesiap. Dia sedikit cemas melihat kemarahan di wajah ibunya saat ini. Tanpa memperdulikan El, Nyonya Rossa sudah beranjak pergi menuju kamar Arneta berada. Masuk ke dalam kamar, Nyonya Rossa menatap Arneta dengan tatapan bersalah.
"Maafin anak Mama ya, Sayang. Gak seharusnya dia bersikap begini pada kamu. Pasti selama ini kamu sulit menjalani rumah tangga bersama dengan anak Mama." Nyonya Rosa berkata pelan. Takut bila suaranya mengganggu tidur Arneta.
Walau pun sudah sebisa mungkin tidak membuat Arneta terganggu dalam tidurnya. Namun, Arneta akhirnya terjaga juga. Wajah wanita itu nampak kaget melihat keberadaan Nyonya Rossa di dalam kamarnya.
"Mamah. Mamah ada di sini?" Arneta gegas merubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Nyonya Rossa segera memberikan larangan supaya Arneta tetap berbaring. Namun, wanita itu enggan untuk mengiyakannya.
"Maaf karena kedatangan Mama membuat tidur kamu jadi terganggu." Nyonya Rossa merasa tidak enak hati. Arneta tersenyum dan menggelengkan kepala merespon perkataannya.
"Enggak ganggu kok, Mah. Aku justru jadi gak enak di saat Mama datang kondisiku lagi seperti ini."
Nyonya Rossa menghela napas dalam-dalam. Dia bergeser mendekat pada Arneta dan mengusap puncak kepala Arneta. Di ambang pintu, El memperhatikan interaksi ibunya. Dengan ragu, dia melangkah mendekati mereka. Nyonya Rossa pun tidak menghiraukan keberadaan El. Karena kini pusat perhatiannya hanya tertuju pada Arneta.
"Apa kamu udah makan dan minum obat, Sayang?" Nyonya Rossa lebih dulu mempertanyakan hal tersebut. Menurutnya, hal itu lebih penting untuk ditanyakan lebih dulu.
Arneta menganggukkan kepala dan tersenyum. "Udah, Mah. Mas El udah belikan aku makanan dan kasih aku obat tadi." Balas Arneta. Wanita itu masih saja mengatakan kebaikan suaminya pada mertuanya setiap kali mereka bertemu. Tidak sedikit pun Arneta mengatakan keburukan El pada mertuanya.
Nyonya Rossa tertegun. Dia menatap intens wajah Arneta. Kenapa Arneta terlihat ceria saat memberitahu apa yang sudah El lakukan pada dirinya. Kenapa juga menantunya itu gak memberitahu keburukan El saja?
Pandangan Nyonya Rossa pun beralih pada El. Menatap anaknya itu dengan dingin kemudian kembali menatap pada Arneta. "Syukurlah kalau begitu. Jadi sekarang, gimana keadaan kamu, Sayang. Apa udah membaik dari tadi?"
Arneta mengangguk. "Udah lumayan membaik, Mah. Badanku udah mulai terasa ringan juga dibandingkan tadi."
Nyonya Rossa tidak lagi mengeluarkan suara pada Arneta. Dia menatap kembali pada El dan memberikan perintah agar El bisa keluar dari dalam kamar Arneta. Setelah kepergian El, Arneta merasa suasana di sekitarnya mulai tidak kondusif. Arneta melihat raut wajah Nyonya Rossa berubah dingin entah karena apa.
"Neta, apa selama kalian tinggal di rumah ini, El memperlakukan kamu dengan baik?" Tanya Nyonya Rossa. Dia menatap Arneta intens. Ingin melihat perubahan mimik wajah Arneta setelah mendengar pertanyaannya dan akhirnya menjawabnya.
Wajah Arneta nampak sedikit kaget mendengar pertanyaan Nyonya Rossa. Namun, sebisa mungkin dia bersikap tenang. "Iya, Mah. Mas El selalu memperlakukan aku dengan baik. Dia sama sekali tidak pernah menyakiti perasaanku. Mas El juga memenuhi kebutuhan aku dengan baik." Arneta terlihat bersungguh-sungguh saat mengatakannya. Membuat Nyonya Rossa bingung harus percaya atau tidak.
"Kalau benar seperti itu, kenapa El meminta kalian untuk tidur di kamar terpisah? Seharusnya, sebagai pasangan suami istri kalian itu tidur di kamar yang sama, Sayang."
Arneta mengulas senyum sebelum menjawab. "Ini hanya untuk sementara waktu, Mah. Mas El perlu menyusuaikan diri dengan keberadaanku sebagai istrinya. Aku juga ingin menghargai keinginan Mas El. Gak mudah buat menikah dengan orang yang tidak kita cintai. Apa lagi Mas El masih menyimpan cinta yang besar pada Sheina." Jawaban Arneta begitu lembut dan tenang. Tidak terlihat kekecewaan di wajahnya saat menjawab pertanyaan Nyonya Rossa.
Nyonya Rossa menatap sendu wajah Arneta. Begitu tulus hati menantunya itu. Dia selalu menghargai keputusan suaminya dan tidak pernah menjelekkan suaminya kepada dirinya atau suaminya.
"Mah, aku harap Mama jangan menyampaikan hal ini pada Papah, ya. Aku gak mau Papah jadi berantem sama Mas El hanya karena kami tidur di kamar terpisah." Pinta Arneta penuh harap. Dia tidak ingin lagi menjadi penyebab hubungan El dan Tuan Keenan jadi retak.
Nyonya Rossa baru hendak menjawab. Namun, El sudah kembali masuk sambil membawa minuman untuk dirinya. Tadi Nyonya Rossa memang meminta El mengambilkan minum untuk dirinya agar El tidak mendengar percakapannya dengan Arneta.
"Mama gak bakalan sampaikan hal ini pada Papa dengan satu syarat." Nyonya Rossa sudah kembali mengarahkan pandangan pada Arneta dan memberikan syarat yang pastinya dapat didengar oleh El juga.
"Apa itu, Mah?" Arneta nampak penasaran. El pun begitu.
"Kalian harus mulai tidur di kamar yang sama mulai hari ini. Jika kalian tidak bisa melakukan yang Mama pinta, maka Mama gak akan segan mengadukan hal ini pada Papa. Dan... kamu, El!" Nyonya Rossa menatap tajam wajah El. "Kalau kamu masih berkeras hati dengan keinginan kamu sendiri, maka bersiap-siaplah kehilangan apa yang kamu punya saat ini. Termasuk Arneta!"
Jantung El berdetak kencang mendengar perkataan sang mama. Bukan karena kehilangan fasilitas yang ia punya. Namun, kehilangan Arneta yang membuat jantungnya berdetak kencang. Kenapa juga jantungnya sampai berdetak kencang begitu hanya karena mendengar perkataan sang mama.
"Baik, aku akan membawa Arneta tidur bersamaku mulai hari ini." Balas El tanpa ragu. Arneta lantas saja kaget mendengarnya. Bagaimana bisa El begitu mudah mengambil keputusan. Padahal Arneta tahu jika pria itu sangat jijik bahkan tidak ingin berdekatan dengan dirinya.
Nyonya Rossa lega mendengarnya. Ternyata El tidak sekeras batu juga sampai menolak perintah darinya. Untuk memastikan apa yang El katakan itu benar, Nyonya Rossa meminta El memindahkan barang-barang Arneta ke kamarnya saat itu juga. Nyonya Rossa meminta El melakukannya sendiri tanpa bantuan. Anggap saja itu adalah hukuman buat El yang tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik untuk Arneta.
"Kamu tetap istirahat di sini, Sayang. Biar El yang melakukannya!" Nyonya Rossa berkata tegas saat Arneta hendak meminta untuk menolong El.
Arneta jadi terdiam. Tidak berani membantah perkataan mertuanya yang sudah seperti singa yang hendak mengamuk bila perkataannya dibantah.
***
Teman-teman, boleh bantu kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ dulu sebelum lanjut. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen juga, ya🤗
serta ditunggu karya selanjutnya lopeupull 😘😘😘