NovelToon NovelToon
Balas Dendam Sang CEO

Balas Dendam Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anjar Sidik

Riska tak pernah menyangka hidupnya yang sederhana akan terbalik begitu saja setelah pertemuannya dengan Aldo Pratama, CEO muda yang tampan dan penuh ambisi. Sebuah malam yang tak terduga mengubah takdirnya—ia hamil di luar nikah dari pria yang hampir tak dikenalnya. Dalam sekejap, Riska terjebak dalam lingkaran kehidupan Aldo yang penuh kemewahan, ketenaran, dan rahasia gelap.

Namun, Aldo bukanlah pria biasa. Di balik pesonanya, ada dendam yang membara terhadap keluarga dan masa lalu yang membuat hatinya dingin. Baginya, Riska adalah bagian dari rencana besar untuk membalas luka lama. Ia menawarkan pernikahan, tetapi bukan untuk cinta—melainkan untuk balas dendam. Riska terpaksa menerima, demi masa depan anaknya.

Dalam perjalanan mereka, Riska mulai menyadari bahwa hidup bersama Aldo adalah perang tanpa akhir antara cinta dan kebencian. Ia harus menghadapi manipulasi, kesalahpahaman, dan keputusan-keputusan sulit yang menguji kekuatannya sebagai seorang ibu dan wanita. Namun, di bal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21: Rahasia yang Menghancurkan

Hari-hari Riska di rumah Aldo terasa semakin mencekam. Setelah peringatan dingin dari Aldo, Riska menyadari dirinya benar-benar terjebak. Satu langkah keliru saja bisa membuat segalanya hancur berantakan. Namun, di sisi lain, rasa penasaran untuk mengetahui siapa sebenarnya Aldo semakin menggebu. Ia tak bisa hidup dalam ketidakpastian seperti ini.

Rasa takut dan keraguan menjadi teman yang selalu menghantuinya, sementara pesan-pesan misterius terus berdatangan. Riska merasa seolah ada mata-mata yang selalu mengawasinya. Namun, tanpa jawaban pasti, ia hanya bisa menebak-nebak, terombang-ambing dalam ketakutan dan kecurigaan.

Malam itu, Riska memberanikan diri untuk mengajak Aldo bicara. Di meja makan, mereka duduk berhadapan dalam suasana yang tegang.

“Aldo, boleh aku bertanya sesuatu?” suara Riska pelan, hampir seperti bisikan.

Aldo memandangnya dengan tatapan dingin dan penuh kehati-hatian. “Tentu, apa yang ingin kau tanyakan?”

Riska menelan ludah, mencoba mengumpulkan keberanian. “Kenapa… kenapa kau begitu posesif? Apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku?”

Mata Aldo seketika berubah tajam. Ia bersandar ke kursinya, ekspresinya tak terbaca. Namun, ada kilatan di matanya yang membuat Riska semakin waspada.

“Apa yang membuatmu berpikir aku menyembunyikan sesuatu?” Aldo balas bertanya, suaranya dingin.

Riska menghela napas, merasa semakin terpojok. “Banyak hal yang… tak masuk akal. Panggilan-panggilan tak dikenal, pesan misterius, dan sikapmu yang seolah selalu curiga padaku. Aku hanya ingin tahu kebenarannya, Aldo.”

Aldo menyipitkan mata, lalu tersenyum tipis—senyum yang tak sampai ke matanya. “Mungkin kau seharusnya tidak terlalu banyak bertanya, Riska. Bukankah sudah kubilang, pengkhianatan adalah hal yang paling kubenci?”

Riska terdiam, merasa semakin bingung dengan sikap Aldo. Namun, ia tahu bahwa percakapan ini tak akan memberinya jawaban yang ia cari. Aldo hanya menutup dirinya semakin rapat, menambah dinding antara mereka.

Namun, ketika malam tiba dan Aldo telah pergi tidur, Riska kembali merasakan desakan untuk mencari tahu. Ponselnya kembali bergetar, menampilkan pesan yang membuatnya tercengang: “Jika ingin tahu kebenaran, temui aku di kafe tempat kita pertama kali bertemu. Aku akan mengungkapkan semuanya.”

Tanpa berpikir panjang, Riska mengenakan jaket dan menyelinap keluar. Jantungnya berdetak kencang saat ia melangkah menuju kafe yang terletak tak jauh dari rumah mereka. Langit malam tampak gelap, dan suasana di sekitarnya terasa mencekam. Namun, tekadnya sudah bulat; ia harus mendapatkan jawaban.

Di kafe, ia melihat seorang pria yang duduk di sudut ruangan. Riska segera mengenali sosok itu—Yuli, temannya yang bekerja di perusahaan intelijen. Ia mendekat, duduk di seberangnya dengan hati-hati.

“Yuli, kau yang mengirimkan pesan-pesan itu?” tanya Riska dengan nada penuh kebingungan.

Yuli mengangguk. “Maafkan aku, Riska. Tapi ini semua demi keselamatanmu. Aldo bukan pria biasa. Dia memiliki rahasia gelap yang bisa membahayakanmu.”

Riska menelan ludah, merasa jantungnya berdebar semakin kencang. “Apa maksudmu? Apa yang sebenarnya terjadi?”

Yuli menghela napas panjang. “Aldo adalah bagian dari jaringan mafia internasional. Dia menggunakan bisnisnya sebagai kedok untuk melakukan berbagai transaksi gelap. Dan kau… sekarang terjebak di dalam dunianya.”

Riska tak bisa berkata apa-apa. Semua terasa seperti mimpi buruk yang tak berkesudahan. Rasa takut yang selama ini ia rasakan kini semakin nyata. Apakah semua ini benar? Apakah Aldo benar-benar memanfaatkan dirinya?

Yuli memegang tangan Riska dengan penuh perhatian. “Kau harus berhati-hati, Riska. Jika Aldo tahu bahwa kau telah mengetahui rahasianya, dia tak akan segan-segan melakukan apapun untuk menjaga agar rahasia itu tetap tersembunyi.”

“Apa yang harus kulakukan sekarang, Yuli?” Riska bertanya, suaranya penuh kecemasan.

“Kau harus mencari bukti. Bukti yang bisa kau gunakan untuk melindungi dirimu sendiri jika situasi menjadi semakin buruk,” jawab Yuli dengan tegas. “Aku akan membantumu. Tapi ingat, jangan sampai Aldo tahu tentang ini.”

Riska pulang dengan perasaan bercampur aduk. Sisi dirinya yang masih mencintai Aldo merasa sulit menerima kenyataan ini, tapi rasa takutnya juga terlalu besar untuk diabaikan. Setibanya di rumah, ia mendapati Aldo menunggunya di ruang tamu dengan ekspresi dingin.

“Ke mana kau pergi malam-malam begini?” tanya Aldo, suaranya terdengar mencurigai.

Riska mencoba menyembunyikan kegugupannya. “Aku hanya pergi mencari udara segar, aku merasa sesak di dalam.”

Aldo menatapnya dalam-dalam, seolah mencari jawaban di balik kata-katanya. “Jangan mencoba menyembunyikan apapun dariku, Riska. Aku tahu setiap gerak-gerikmu.”

Ketegangan di antara mereka semakin terasa. Riska merasa seperti berada di ujung pisau. Apakah Aldo benar-benar tahu? Apakah ia sudah menyadari bahwa Riska mencoba mencari tahu kebenaran?

Tepat saat Riska hendak beranjak pergi, Aldo menyentuh pundaknya, lalu berbisik di telinganya dengan nada mengancam, “Berhati-hatilah, Riska. Tidak semua rahasia bisa kau tanggung.”

---

Riska merasa setiap sudut rumah itu menjadi saksi rahasia gelap yang kini menghantui hidupnya. Sejak pertemuannya dengan Yuli, ia tak bisa lagi memandang Aldo dengan cara yang sama. Kecurigaannya semakin tumbuh, dan ketakutannya semakin nyata. Ia terperangkap dalam rasa cinta sekaligus ancaman. Setiap kali Aldo menyentuhnya, ada rasa dingin yang merambat, mengingatkannya pada rahasia yang baru ia ketahui.

Sore itu, ketika Aldo baru pulang kerja, Riska mencoba terlihat normal. Tapi Aldo langsung menatapnya tajam.

“Kenapa kau begitu gelisah akhir-akhir ini, Riska?” Aldo mendekat, tatapannya tak berkedip.

Riska menelan ludah, berusaha tetap tenang. “Aku hanya… banyak pikiran. Tentang kita… tentang masa depan.”

Aldo menyeringai, sebuah senyum yang penuh misteri. “Apakah itu benar? Atau kau menyembunyikan sesuatu dariku?”

Aldo terlihat lebih curiga dari biasanya, membuat Riska semakin merasa terpojok. Ia tahu, semakin banyak ia mempelajari rahasia Aldo, semakin besar risikonya. Tapi sekarang ia merasa harus mengambil langkah maju, atau hidupnya akan terus dihantui ketakutan. Ia hanya harus mencari cara yang tidak akan membuat Aldo mencurigainya.

“Aku hanya ingin yang terbaik untuk kita,” jawab Riska dengan suara bergetar. “Mungkin kau bisa memberitahuku lebih banyak… tentang apa yang kau lakukan.”

Aldo tersenyum dingin, lalu duduk di sampingnya, menatapnya dengan tajam. “Pekerjaanku sudah cukup jelas. Mengelola perusahaan besar seperti ini memang penuh tekanan. Dan aku ingin kau tahu, aku takkan pernah mentolerir pengkhianatan.”

Kata-kata itu menggantung di udara, membuat Riska semakin tertekan. “Aku tidak pernah berniat mengkhianatimu,” katanya pelan.

Malam itu, Riska merasa lelah secara mental. Saat Aldo tertidur, ia memutuskan menyusup ke ruang kerja Aldo, berharap menemukan petunjuk lebih jauh tentang kegiatan gelap yang diceritakan Yuli. Jantungnya berdegup kencang saat membuka laci-laci meja, mencermati setiap dokumen.

Namun, langkah kaki terdengar dari lorong, membuat Riska panik. Dengan cepat, ia menutup laci dan berpura-pura membersihkan ruangan saat Aldo muncul di pintu.

“Apa yang kau lakukan di sini, Riska?” Aldo bertanya dengan nada curiga.

“Oh… aku hanya merasa ruangan ini perlu dibereskan,” jawab Riska sambil tersenyum tipis, berharap Aldo tak melihat kegugupannya.

Aldo melangkah mendekat, menatapnya dengan mata yang tajam, seolah mencoba membaca pikirannya. “Hati-hati, Riska. Rumah ini bukan tempat untuk menyembunyikan sesuatu dariku.”

Setelah kejadian itu, Riska semakin merasa terjebak. Namun, satu hal jelas, ia harus menemukan bukti konkret yang bisa melindungi dirinya. Dalam ketakutan, ia kembali menghubungi Yuli dan memohon bantuan lebih lanjut. Bersama, mereka menyusun rencana untuk membuka sisi gelap Aldo yang selama ini tersembunyi.

“Kau harus lebih berhati-hati. Aku akan membantu sebisaku, tapi kau harus sabar, Riska,” ucap Yuli lewat telepon.

Riska menggigit bibirnya, merasa semakin tertekan. “Aku tidak bisa hidup seperti ini terus, Yuli. Dia semakin mencurigai gerak-gerikku.”

Yuli terdiam sejenak sebelum menjawab, “Kau harus bermain cerdik, Riska. Sembunyikan ketakutanmu. Beri dia keyakinan bahwa kau masih wanita yang sama yang ia nikahi.”

Dengan petunjuk dari Yuli, Riska belajar menyembunyikan kegelisahannya di depan Aldo. Ia kembali bersikap seperti istri yang penuh kasih sayang, tapi di balik senyuman itu, ia menyimpan amarah dan ketakutan. Di sisi lain, Aldo semakin sering menanyakan keberadaan dan aktivitasnya. Seakan, ia merasakan ada sesuatu yang berubah dalam diri Riska.

Suatu malam, Aldo menatap Riska dengan pandangan dingin. “Apa kau benar-benar mencintaiku, Riska?”

Riska tersenyum lembut, menutupi kegugupannya. “Tentu, Aldo. Aku adalah istrimu. Mengapa aku tak mencintaimu?”

Aldo menatapnya, seakan mencari tanda-tanda kepalsuan. “Baiklah. Tapi ingat, aku tak pernah mentolerir kebohongan. Jika kau punya rahasia dariku, itu takkan berakhir baik untukmu.”

Malam itu, Riska merasa seperti semakin terperangkap dalam jaring kebohongan yang ia buat. Aldo semakin curiga, tapi Riska tahu ia harus berjuang untuk mendapatkan kebebasannya.

Riska menatap bayangan dirinya di cermin, memantapkan tekadnya. Dia akan menemukan cara untuk keluar dari perangkap ini. Bagaimanapun caranya, ia harus meraih kebebasannya, bahkan jika itu berarti melawan pria yang pernah ia cintai.

1
merry jen
nyesall kmu do dh nuduhh Riska yg menghancurkan hdpy Riska,,bls tuu si claraa Dann selmtinn riskaa gk tau diculik sapa
Rika Ananda
keren
🌟~Emp🌾
aku mampir 🤗 semangat terus y 💪
🌟~Emp🌾
berarti Riska udah di targetkan?
🌟~Emp🌾
terserah lah, yg penting Riska di nikahi
🌟~Emp🌾
syukurlah dia mau tanggung jawab 🤦
🌟~Emp🌾
sungguh terlalu /Sob/
Delita bae
💪💪💪👍👍🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!