NovelToon NovelToon
Janji Cinta Di Usia Muda

Janji Cinta Di Usia Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Anjar Sidik

Dalam novel Janji Cinta di Usia Muda, Aira, seorang gadis sederhana dengan impian besar, mendapati hidupnya berubah drastis saat dijodohkan dengan Raka, pewaris keluarga kaya yang ambisius dan dingin. Pada awalnya, Aira merasa hubungan ini adalah pengekangan, sementara Raka melihatnya sebagai sekadar kewajiban untuk memenuhi ambisi keluarganya. Namun, seiring berjalannya waktu, perlahan perasaan mereka berubah. Ketulusan hati Aira meluluhkan sikap keras Raka, sementara kehadiran Raka mulai memberikan rasa aman dalam hidup Aira.
Ending:
Di akhir cerita, Raka berhasil mengatasi ancaman yang membayangi mereka setelah pertarungan emosional yang menegangkan. Namun, ia menyadari bahwa satu-satunya cara untuk memberikan kebahagiaan sejati pada Aira adalah melepaskan semua kekayaan dan kuasa yang selama ini menjadi sumber konflik dalam hidupnya. Mereka memutuskan untuk hidup sederhana bersama, jauh dari ambisi dan dendam masa lalu, menemukan kebahagiaan dalam cinta yang tulus dan ketenangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24: Dugaan yang Salah

Arga duduk di sofa, pikirannya berputar-putar, menanti kabar dari Dira. Sudah beberapa hari sejak Dira menghilang tanpa jejak, membuatnya semakin gelisah. Ia merasa telah kehilangan arah, kehilangan satu-satunya alasan untuk terus maju.

Di tengah kegelisahan itu, Arga mendapat pesan dari nomor tak dikenal. Hanya sebuah kalimat yang singkat, namun cukup untuk membuat jantungnya berdebar kencang.

Pesan: "Kau terlalu sibuk dengan dendammu, Arga. Mungkin saja ada orang lain yang lebih menghargai Dira sekarang."

Arga meremas ponselnya dengan geram. Siapa yang berani mengirimkan pesan itu? Dan apa maksudnya? Apa benar ada orang lain yang mendekati Dira? Dalam benaknya, pikiran-pikiran cemburu dan amarah saling bertabrakan.

---

Adegan di Kafe

Tanpa pikir panjang, Arga memutuskan menemui Maya, sahabat Dira, di sebuah kafe. Ia berharap Maya dapat memberinya petunjuk mengenai keberadaan Dira, atau mungkin alasan di balik kepergian mendadaknya.

Arga: (menyapa Maya dengan nada cemas) “Maya, kau pasti tahu ke mana Dira pergi. Apa dia sedang bersama seseorang? Apakah ada seseorang yang mencoba mendekatinya?”

Maya: (menghela napas, menatap Arga dengan penuh kekecewaan) “Arga, bukankah seharusnya kau yang lebih tahu? Kau ini pacarnya, tapi kenapa sekarang malah menuduh yang tidak-tidak?”

Arga: (mengerutkan kening, merasa bingung) “Maksudmu apa, Maya? Aku hanya ingin memastikan Dira aman.”

Maya: (dengan nada tajam) “Yang Dira butuhkan bukan hanya rasa aman, tapi perhatian. Selama ini kau hanya sibuk dengan masalahmu sendiri, sampai-sampai kau lupa bagaimana memperlakukan dia.”

Arga terdiam, kata-kata Maya menampar kesadarannya. Dalam usahanya membalas dendam, ia benar-benar mengabaikan Dira. Mungkinkah pesan tadi benar adanya? Apakah ia sudah terlambat untuk memperbaiki semuanya?

---

Adegan Arga Memikirkan Masa Lalu

Di malam hari, Arga berjalan menyusuri jalan yang sering ia lewati bersama Dira, mengenang saat-saat indah mereka. Ia ingat senyum manis Dira, gelak tawanya, dan kesabarannya dalam menghadapi semua masalah yang Arga bawa ke dalam hubungan mereka.

Dalam diam, Arga merasa dihantui rasa bersalah yang begitu dalam. Pikirannya mulai dihantui dugaan-dugaan yang membuatnya gila—bagaimana jika benar ada orang lain? Bagaimana jika Dira sudah lelah menunggu dirinya?

---

Adegan Dira Berbicara dengan Sahabatnya

Sementara itu, di tempat lain, Dira sedang berbincang dengan sahabat lamanya, Raka, yang sudah lama tinggal di luar negeri dan baru kembali ke kota. Pertemuan mereka adalah kebetulan yang mengobati hati Dira yang sedang rapuh.

Dira: (tersenyum tipis) “Rasanya semua ini terlalu berat, Raka. Aku mencintainya, tapi aku tidak tahan melihat dia hancur karena dendamnya.”

Raka: (menatap Dira dengan penuh perhatian) “Mungkin, ini saatnya kau fokus pada dirimu sendiri. Jangan biarkan orang lain menguasai hatimu sepenuhnya kalau akhirnya kau yang terluka.”

Dira: (menarik napas panjang) “Aku tahu, tapi meninggalkan Arga bukan hal yang mudah. Aku selalu berharap dia akan berubah.”

Raka: (tersenyum lembut) “Cinta memang butuh pengorbanan, tapi jangan sampai kau mengorbankan dirimu sendiri, Dira.”

Percakapan itu memberi Dira kekuatan, namun juga membuatnya semakin ragu. Ia harus memutuskan, antara bertahan atau melepaskan.

---

Adegan Pertemuan Arga dan Raka

Beberapa hari kemudian, Arga tidak sengaja melihat Dira bersama seorang pria di kafe. Ia tidak tahu bahwa pria itu adalah Raka, sahabat lama Dira. Dari jarak jauh, Arga hanya bisa melihat bagaimana Dira tertawa bersama pria itu, sesuatu yang sudah lama tidak ia lihat.

Amarah dan cemburu membakar hati Arga. Ia merasa seperti dihantam badai, dan tanpa pikir panjang, ia mendekati mereka.

Arga: (dengan nada tajam) “Dira, jadi ini alasan kau menghilang? Menemui pria lain tanpa memberitahuku?”

Dira: (terkejut dan sedikit panik) “Arga, tunggu! Ini tidak seperti yang kau pikirkan.”

Raka: (berdiri, menatap Arga dengan tenang) “Arga, aku Raka, sahabat Dira sejak kecil. Tidak ada yang perlu kau salah pahami.”

Arga: (marah dan cemburu) “Sahabat? Sahabat macam apa yang mengisi kekosongan saat aku tidak ada? Apa kau ingin merebut Dira dariku?”

Dira: (menghela napas, merasa kecewa) “Arga, hentikan. Raka hanya mencoba memberiku dukungan saat aku sedang bingung. Tapi kau malah menganggapnya sebagai ancaman?”

Kata-kata Dira itu membuat Arga terdiam sejenak, namun amarahnya terlalu besar untuk diatasi begitu saja.

Arga: (nada penuh luka) “Aku merasa kau lebih bahagia bersamanya, Dira. Apakah benar aku hanya menjadi beban bagimu?”

Dira: (menatap Arga dengan tatapan penuh emosi) “Ini bukan tentang siapa yang membuatku bahagia, Arga. Tapi tentang bagaimana kau sendiri yang perlahan menjauhkan dirimu dariku.”

---

Adegan di Jalan

Arga meninggalkan kafe dengan perasaan campur aduk. Ia merasa dikhianati, namun di sisi lain, ia sadar bahwa semua ini mungkin adalah akibat dari sikapnya sendiri.

Dalam perjalanan pulang, ia merenungkan semuanya. Ada dua pilihan di depannya—terus tenggelam dalam amarah dan prasangka atau mencoba memperbaiki hubungan mereka dengan menerima bahwa ia harus berubah.

Namun, sebelum ia sempat mengambil keputusan, Arga mendapat pesan singkat lain.

Pesan: "Semua ini adalah akibat dari kelalaianmu sendiri. Jika kau ingin mempertahankan Dira, buktikan bahwa kau benar-benar pantas untuknya."

---

Arga menyimpan ponselnya dan menatap ke arah rumahnya yang sepi. Pertarungan terbesar ada dalam dirinya sendiri—apakah ia siap melepaskan dendamnya untuk benar-benar menjadi orang yang lebih baik bagi Dira? Dan apa yang akan terjadi jika ia gagal membuktikan dirinya?

Bab ini berakhir dengan ketegangan dalam hati Arga, yang dihadapkan pada pilihan untuk memperjuangkan Dira atau kehilangan cintanya selamanya.

To be continued...

1
jhon
keren kk ceritanya 🙂🙂🙂
jhon
keren kk
Pena dua jempol
semangat up nya Thor 🫰🏼
Delita bae
mangat up nya , seru loh cerita nya😇🙏
xXRaNdoM PErsoNxX
Seneng banget nemu cerita ini, buat hari-hariku lebih berwarna! 😄
luhax
Membawa saya dalam petualangan yang menggugah.
Rika Ananda: waaw bagus banget ceritanya
total 1 replies
Tadashi Hamada
ceritanya keren abis! Thor, kamu hebat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!