Istri mana yang tak bahagia bila suaminya naik jabatan. Semula hidup pas-pasan, tiba-tiba punya segalanya. Namun, itu semua tak berarti bagi Jihan. Kerja keras Fahmi, yang mengangkat derajat keluarga justru melenyapkan kebahagiaan Jihan. Suami setia akhirnya mendua, ibu mertua penyayang pun berubah kasar dan selalu mencacinya. Lelah dengan keadaan yang tiada henti menusuk hatinya dari berbagai arah, Jihan akhirnya memilih mundur dari pernikahan yang telah ia bangun selama lebih 6 tahun bersama Fahmi.
Menjadi janda beranak satu tak menyurutkan semangat Jihan menjalani hidup, apapun dia lakukan demi membahagiakan putra semata wayangnya. Kehadiran Aidan, seorang dokter anak, kembali menyinari ruang di hati Jihan yang telah lama redup. Namun, saat itu pula wanita masa lalu Aidan hadir bersamaan dengan mantan suami Jihan.
Lantas, apakah tujuan Fahmi hadir kembali dalam kehidupan Jihan? Dan siapakah wanita masa lalu Aidan? Akankah Jihan dapat meraih kembali kebahagiaannya yang hilang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35~ KAMU PIKIR GRATIS?
Waktu terus bergulir, hari demi hari dilalui Aidan dengan hati berbunga-bunga. Persiapan pernikahannya dengan Jihan kini sudah hampir mencapai seratus persen. Sebagian undangan pun sudah tersebar.
Dua hari lalu ia sudah mengambil cuti, dan hari ini ia habiskan dengan mengamati tatanan dekorasi yang menghiasi rumahnya.
"Pak, untuk undangan yang akan dikirim ke perusahaan Pak Vano, apa kami antar sekarang?" Seorang pria menghampiri Aidan dengan membawa paper bag berisi undangan.
"Sebentar." Sebelum dikirim ke perusahaan kakak sepupunya, Aidan lebih dulu memeriksa jumlah undangan tersebut. Memastikan jika tidak ada yang kurang, sebab tak hanya rekan bisnis Vano yang ia undang, tapi juga sebagian karyawan Vano terutama yang memiliki jabatan di perusahaan.
"Oke, silahkan diantar sekarang."
"Baik, Pak."
Aidan kembali berkeliling memperhatikan dekorasi yang sudah hampir rampung itu. Senyumnya menggenggam melihat dua nama yang terukir indah di pelaminan. Tak sabar rasanya ia bersanding dengan Jihan disana, menjadi raja dan ratu sehari.
"Aidan," panggilan sang mama mengalihkan perhatiannya. Ia menoleh dengan senyuman yang tak lepas menghiasi wajahnya.
"Mama cariin rupanya kamu ada disini,"
"Memangnya kenapa nyariin aku, Ma?" tanya Aidan.
"Kamu jangan kemana-mana ya, Mama sama Papa mau keluar sebentar menemui pengurus Masjid." kata mama Kiara. Beberapa hari lalu ia sudah memberi tahu pengurus masjid bahwa ijab kabul akan dilaksanakan di masjid sesuai seperti keinginan Jihan, dan hari ini ia ingin menginformasikan ulang agar semuanya berjalan dengan lancar.
"Iya, Ma."
Setelah mamanya pergi, Aidan kembali ke kamar mengambil ponselnya lalu menuju balkon dan menghubungi nomor Jihan. Panggilan pertama tak terjawab, ia terus mencoba sampai akhirnya terhubung.
"Assalamualaikum, Sayang, kamu lagi apa?"
"Sayang sayang, sejak kapan kamu manggil kakak dengan sebutan sayang!"
Aidan refleks menjauhkan ponselnya ketika suara yang cukup nyaring itu menggema di telinga. Ia memperhatikan nama yang tertera di layar ponselnya." Bener kok, yang aku telepon Jihan, tapi kok bisa kak Fio yang angkat teleponnya?"
"Ai, kalau gak ada yang penting kakak matiin ya teleponnya!"
"Eh jangan, jangan." Aidan kembali menempelkan ponselnya di telinga. "Kok hape Jihan bisa ada sama kakak, sih?" tanyanya.
"Ya karena Jihan lagi ada sama kakak. Kamu ngapain sih telepon-telepon? Gak sabaran banget jadi orang, tinggal seminggu lagi juga udah halal. Nanti kalian juga bebas mau ngapain aja!"
Aidan terkekeh mendengar gerutuan kakaknya. "Kok Jihan bisa ada sama kakak?"
Fiona tak menjawab, ia mengalihkan ke panggilan video. Mengarahkan kamera pada Jihan yang sedang melakukan perawatan, tanpa sepengetahuan wanita itu. Pagi ini ia sengaja menjemput calon adik iparnya dan mengajak ke salon kecantikan miliknya.
"Astagfirullah." Aidan sontak mengalihkan pandangannya. Bisa-bisanya kakaknya memperlihatkan Jihan yang sedang tidak memakai hijab.
"Gak usah ganggu dulu, Jihan lagi perawatan. Itu juga untuk kamu nantinya," ucap Fiona. Meski Jihan sudah terlihat cantik, tapi ia ingin calon adik iparnya itu tampil lebih bersinar di hari pernikahannya. Terutama dimalam pertama, setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menyenangkan adik kesayangannya.
Aidan tersenyum dengan pandangan mengarah ke jendela. "Terima kasih, Kak. Kakak memang yang terbaik dan paling mengerti aku."
Fiona tak merespon pujian adiknya dan langsung memutuskan sambungan telepon begitu saja.
Aidan duduk di kursi yang terbuat dari kayu jati itu seraya meletakkan ponselnya di atas meja. Senyumnya kembali mengembang, meski tadi hanya melihat sebentar tapi ia bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa Jihan tanpa memakai hijab, yang ternyata lebih cantik tanpa balutan hijab.
"Astagfirullah, ini gara-gara kak Fio nih." Ia mengusap wajah kala pikirannya melayang.
.
.
.
Setelah memutus panggilan, Fiona menonaktifkan ponsel Jihan lalu menghampiri pemiliknya. Memasukkan kembali benda pipih itu kedalam tas Jihan lalu duduk disebelah calon adik iparnya itu. Ia juga ingin melakukan perawatan agar tampil lebih fresh dihari pernikahan adiknya.
"Kak, siapa tadi yang telepon?'' tanya Jihan.
"Orang salah sambung."
Jihan mengerutkan keningnya, tak pernah sebelumnya ia mendapat telpon salah sambung.
"Udah, gak usah dipikirkan, gak penting juga." kata Fiona, dalam hati ia sedikit cemas juga. Bagaimana kalau Jihan tahu tadi ia mengarahkan kamera padanya dan dilihat oleh Aidan.
"Iya, Kak." Jihan terdiam, dan membiarkan pakar kecantikan melakukan serangkaian perawatan terhadapnya.
Ia menahan senyum mengingat beberapa saat lalu ketika calon kakak iparnya itu menjemputnya. Ia menolak ketika ditawarkan melakukan perawatan, tapi Fiona mengancam akan meminta pelangkah yang akan memberatkan Aidan. Akhirnya ia menerima ajakan Fiona dan menitipkan Dafa pada Nayra.
Awalnya ia mengira Fiona tidak menyukainya, sebab beberapa kali bertemu Fiona terlihat cuek padanya. Tapi hari ini asumsinya terpatahkan. Fiona memang ketus di luar, tapi dari dalam ia juga memiliki sisi kelembutan yang tidak diperlihatkan pada sembarang orang.
Menjelang sore, kedua wanita itu baru meninggalkan salon. Terlebih dahulu mereka menjemput Dafa di rumah Nayra, dan setelah itu Fiona langsung mengantarkan mereka pulang ke kontrakan.
"Kak, terima kasih untuk hari ini," ucap Jihan setelah turun dari mobil.
"Gak usah terima kasih, kamu pikir yang tadi itu gratis? Nanti di rumah aku minta bayaran sama Aidan." Setelah mengatakan itu, Fiona langsung tancap gas meninggalkan pelataran kontrakan Jihan.
Dari spion disampingnya ia masih bisa melihat Jihan yang tercengang menatap kepergiannya. "Duh, polosnya calon adik iparku. Dia pasti ngira tadi aku serius mau minta bayaran sama Aidan." Ia tertawa pelan.
pasti Jihan mau melakukan tes DNA secara diam-diam karena kalo secara langsung pasti tu ulat akan curiga..ya kan Jihan