PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wajib datang bareng?
"Kita ngga jadi menginap," ujar Dewa setelah menutup ponselnya. Barusan daddynya menelponnya.
Ngapain juga harus nginap, jawab Emily dalam hati. Setengah harian bersama laki laki ini sudah membuatnya menderita penyakit kronis.
"Orang tuamu mengundang kami ke rumah," ucapnya sambil membukakan pintu jeep untuk Emily.
Emily terdiam. Dia baru teringat akan kata kata istri papanya yang melarangnya pulang ke rumah.
Mungkin akan membicarakan masalah perjodohannya dengan Nagita, batin Emily dengan perasaan mulai redup.
"Ayo naek. Mau aku gendong?" tanyanya kalem saat melihat keterdiaman Emily.
Emily menoleh dan menatap sesaat pada wajah yang nampak kaku itu walau sudah mengeluarkan rayuannya(?)
Netra mereka sempat beradu pandang.
"Kenapa?" tanya Dewa heran melihat ekspresi Emily yang tampak berubah murung.
Emily hanya menggelengkan kepalanya.
Dewa masih memperhatikan wajah Emily.
Apa aku sudah kelebihan menggombal, batinnya, kemudian menggaruk kepalanya sambil berjalan melewati kap depan mobilnya. Dia masih menatap Emily yang tampaknya mulai sibuk dengan ponselnya.
Dia wa an sama siapa?
Dewa masih mengamati wajah Emily yang tampak tegang saat sudah duduk di belakang stirnya.
Agak terasa aneh karena tadi Dewa yakin kalo wajah Emily saat digombali tampak murung.
Moodswing banget
"Pesan dari siapa?" Dewa menyalakan mesin mobilnya.
Emily seperti terkaget.
"Dari teman?" Emily berusaha menormalkan suaranya dengan degup keras jantungnya yang juga semakin cepat.
Dia shock saat membaca pesan yang baru masuk. Tapi Emily sudah langsung menghapusnya. Spontan saja. Tapi perasaan shocknya tetap ngga bisa lenyap walaupun pesan itu sudah menghilang dari layar ponselnya.
Juhandono bukan papamu!
Pesan itu terus terngiang ngiang di dalam kepalanya.
Nggak mungkin, bantahnya berulang kali dalam hati.
Bentuk wajahnya, terutama sepasang netranya sangat mirip dengan papanya. Begitu kata orang orang.
Emily ingin mengabaikan pesan ngga penting itu seperti biasa.
Wanita ini, apa maksudnya mengirim pesan seperti ini, batin Emily kesal. Tapi gara gara pesan ini, muncul keraguan di dalam hatinya.
Mamanya, kan, wanita malam, seperti yang selalu dikatakan orang orang, batin Emily nyeri.
Dewa terus mengamati perubahan wajah Emily.
Sebelah tangan Dewa meraih dan menggenggam jemari tangan Emily. Terasa dingin dan agak bergetar.
Emily menatap jemari yang menggenggamnya. Dia merasa makin ngga pantas mengharapkan laki laki ini.
Dewa menghentikan laju jeepnya. Dia mengambil jasnya yang di letakkannya di jok belakang. Kemudian mengenakannya pada Emily.
"Hari juga sudah mulai mendung. Kita harus segera pulang," ujar Dewa saat Emily menatapnya dengan sorotan tak terbaca.
Emily hanya menganggukkan kepalanya.
Emily mengira mereka akan ke tempat heli tadi diparkir. Ternyata tidak. Dewa melajukan jeepnya ke arah lain.
"Kita mau kemana?"
"Pulang." Dalam hati Dewa senang juga akhirnya Emily mau bicara.
"Tapi arahnya beda."
"Kita ngga akan naek heli. Cuaca mulai memburuk."
"Oooh....."
Trus kita naek apa? batin Emily bertanya.
"Kita naek motor agar segera sampai ke rumah kamu," jawab Dewa seakan bisa mendengar pertanyaan Emily dalam hati.
"Motor?" Emily mulai panik.
Aku, kan, pake rok, batinnya. Gimana nanti cara duduknya, sambungnya lagi dalam hati dengan perasaan kesal.
"Kalo pake mobil kita bisa terjebak dalam kemacetan," jelas Dewa lagi.
"Kamu ngga perlu antar aku. Aku naek taksi online," tolak Emily.
"Ngga bisa. Kita harus sama sama sampai di rumah kamu."
"Buat apa? Aku ngga penting ada di sana," ucap Emily datar.
Dewa tersenyum miring.
"Ngga pede ceritanya?"
Emil memberikan lirikan sebalnya.
"Ngapain aku ada di sana. Bukannya acara malam ini untuk kamu dan Nagita," tuding Emily agak galak.
Dewa melebarkan senyum miringnya.
"Masa? Daddyku ngga mengatakan begitu."
Maksudnya apa? Harapan Emily mulai segar lagi.
"Daddy mengatakan aku juga harus bareng kamu."
"Un untuk apa?" Emily ngga bisa menyembunyikan kegugupannya
"Mencurigakan, ya?" goda Dewa sambil melirik Emily yang nampak ngga tenang.
Dia juga belum tau maksud dari makan malam ini. Hanya saja tadi pesan daddynya agar dia dan Emily jangan sampai terlambat di acara makan malam nanti.
Mendung membuat Dewa ngga bisa menggunakan heli. Alternatif motor diambil untuk bisa mengurai kemacetan.
Emily mengangguk pelan. Dia juga sama ngga taunya seperti Dewa.
Mama Nagita sangat jelas memperingatkannya agar jangan ikut makan malam nanti.
Getaran ponselnya menyelamatkan Emily. Tapi kemudian lega karena bukan 'wanita' itu yang menelpon.
Papanya, batin Emily sedih.
"Sayang, nanti pulang ke rumah, ya, kita makan malam bareng keluarga Om Nathan."
Emily melihat Dewa yang sedang fokus menyetir jeepnya. Jeep agak berguncang karena melintasi jalan yang ngga rata. Laki laki itu juga menyetir dalam kecepatan tinggi karena sepertinya akan turun hujan.
Kenapa dia harus datang.
"Tapi, pa, katanya aku ngga perlu datang," ucapnya pelan agar Dewa ngga mendengar. Tapi Laki laki itu malah menoleh ke arahnya sekilas. Kembali mereka bersitatap.
"Siapa yang mengatakannya? Istri papa?" tebak Juhandono.
"Ya, pa. Tapi ngga apa, kok," jawabnya sambil terus menatap Dewa, sebelum kemudian mengalihkannnya.
"Nggak, nggak, sayang. Itu sebelum istri papa tau. Sekarang dia ngga bisa mencegah kedatangan kamu."
"Tapi kenapa, pa?"
"Datang aja. Nanti kamu akan tau, sayang."
Emily terdiam. Dia melirik Dewa lagi yang sedang fokus menyetir.
Tubuh mereka sesekali berguncang.
"Bentar lagi kita akan tiba," ucap Dewa.
"Kamu dengan siapa?"
Emily kaget ngga nyangka papanya mendengar suara Dewa.
"Emm....."
"Oh iya, bukannya kamu sekarang sedang berada di perusahaan Dewa. Kamu dengan Dewa?"
Emily heran mendengar suara papanya yang terdengar sangat ceria.
Papanya .... harusnya marah, kan?
Bukannya Nagita buat Dewa?
"Oke, oke. Papa ngga mau ganggu lagi. Nanti bareng, ya, sama Dewa ke rumahnya, ya, sayang."
Terdengar suara kekehan papanya yang sangat berderai, kemudian memutuskan sambungan telponnya.
"Papamu, ya?" tebak Dewa. Dia yang tadi dicuekin tambah gemas, dan ingin segera ditanggapi.
"Iya. Kepo banget."
Dewa tergelak. Baru kali ini ada perempuan yang memakinya
Lagi pula dia memang aneh, kenapa kepo banget dengan Emily. Padahal Dewa tau, Emily rada jutek dan agak introvert.
"Pasti papamu minta kita datang bareng," tebak Dewa lagi, seolah ngga peduli dengan keketusan Emily.
Ya benar, jawab Emily dalam hati.
Aslinya Emily ngga menjawab karena ngga nyangka tebakan Dewa tepat.
"Aneh, kan, kenapa kita harus datang berdua," ucap Dewa lagi saat memarkirkan mobil jeepnya.
Iya, kenapa, ya? tanya Emily dalam hati.
"Mungkin kita yang akan mereka jodohkan?" Kali ini Dewa memiringkan tubuhnya ke arah Emily.
Emily sempat terhenyak dengan reaksi cepat Dewa.
"Ngga mungkin," sangkalnya.
"Kenapa? Kamu nggak mau?" Harga diri Dewa tersentil.
Dia ditolak?
Tubuhnya dicondongkan membuat Emily memundurkan tubuhnya, menjauh. Tapi harumnya laki laki itu masih tercium.
Dia pake satu botol penuh parfum?
Wajar Emily berpikir begitu, karena tadi mereka sudah panas panasan akibat terik matahari dan saat barbeque.
Harusnya Dewa juga sudah berbau matahari, seperti dirinya. Tapi laki laki laki ini masih harum saja.
Emily ngga pede.
Jauhlah. Jauh, teriak Emily panik dalam hati saat laki laki ini makin mendekatkan condongan tubuh dan wajahnya.
rasakan kau Baron.. sekarang rasakan akibatnya mengusik calon istrinya Dewa... 😫😫
sudah tahu bakal besan juhan orang berkuasa mlh cari masalah muluk baron
kalau mereka ketemu gimana ya...
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
atau nanti Agni juga ikut-ikutan bersandiwara... buat ngetes calon menantu... he he he he ..