Kehidupan Alexa dibuat berubah sejak kedatangan lelaki yang berhasil membuat setetes air matanya jatuh dipertemuan pertama mereka. Dalam kekosongan hidupnya, Alexa menemukan Elio lelaki yang mengubah segalanya. Bersama Elio, ia merasakan kebebasan dan kenyamanan yang tak pernah ia miliki sebelumnya. Meskipun banyak yang memperingatkannya tentang sisi gelap Elio, hatinya menolak untuk percaya. Namun, ketika sebuah peristiwa mengguncang dunia mereka, keraguan mulai merayap masuk, memaksa Alexa untuk mempertanyakan pilihannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhea Annisa Putri Sofiyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Twilight
Senja mulai turun di tepi pantai Ancol, memancarkan warna oranye dan merah muda yang lembut di cakrawala. Udara hangat dan angin laut yang lembut membawa aroma asin dari ombak yang menghantam pasir. Alexa dan Elio berjalan tanpa alas kaki di tepi pantai, pasir yang hangat menyentuh telapak kaki mereka. Laut tampak tenang, namun angin sore memberikan kesejukan yang nyaman setelah hari panjang di Dufan.
Alexa, yang sejak tadi berdiam menikmati keindahan langit senja, tiba-tiba berlari kecil di depan Elio.
"Lo hebat kalau bisa nangkap Gue Kak?"tantangnya sambil berbalik dan menatap Elio dengan senyum jahil. Matanya berkilau, tertantang oleh kebebasan alam di sekitarnya.
Elio terkekeh, awalnya hanya berjalan cepat, tapi ketika Alexa terus mempercepat langkahnya, Ia tak bisa menahan diri lagi.
"Lo bakal kalah dari Gue"teriak Elio, dan ia mulai berlari mengejar Alexa yang kini tertawa lepas, rambutnya tergerai tertiup angin pantai.
Keduanya berlarian di sepanjang garis pantai, air laut sesekali menyentuh kaki mereka ketika ombak kecil datang. Alexa, meskipun berlari cepat, tak bisa menghindari Elio yang akhirnya berhasil menyusulnya. Dalam satu gerakan cepat, Elio meraih pergelangan tangan Alexa dan menariknya mendekat. Alexa tertawa terbahak-bahak, tubuhnya masih setengah tertekuk karena berlari. Napasnya terengah-engah, tapi senyumnya tak pernah hilang.
"Kan udah Gue bilang"Elio berkata sambil tersenyum, matanya tak pernah lepas dari Alexa.
Alexa menggeleng sambil tersenyum lebar.
"Cuman karena Gue males lari lagi"
"Oh ya?" Elio menatapnya dengan tatapan bercanda, tapi kemudian pandangannya beralih ke tas kecil yang mereka bawa.
"Kembang api yang kita beli tadi, mau dinyalain sekarang?"
Alexa mengangguk antusias, dan mereka pun berjalan ke titik yang sedikit lebih jauh dari garis air. Elio membuka tas plastik dan mengeluarkan beberapa batang kembang api, Alexa mengambil satu, memutar-mutar batang kembang api di tangannya sebelum Elio menyalakannya dengan korek. Cahaya kecil dari api mulai menyala, percikan-percikan pertama memancar dari kembang api itu, menciptakan kilatan berwarna-warni yang menerangi wajah Alexa.
Dengan tawa riang, Alexa mengayunkan kembang apinya di udara, membuat lingkaran-lingkaran bercahaya di langit senja yang mulai gelap. Elio mengikutinya, menyalakan kembang apinya sendiri. Mereka bermain-main, menciptakan pola cahaya sementara di udara seiring kembang api mereka meletup dengan bunyi lembut.
Setiap kali Alexa tertawa, suara itu serasa menyatu dengan debur ombak dan suara angin pantai. Kembang api yang mereka nyalakan menambah kilauan pada suasana malam, mengisi langit yang mulai berubah gelap dengan percikan cahaya. Alexa melompat-lompat dengan riang, mengayunkan kembang apinya lebih tinggi.
Elio tersenyum, menatap Alexa yang tampak begitu bebas. "Cantik" gumamnya pelan, meski hanya dirinya yang bisa mendengar kata itu.
Akhirnya, kembang api mereka habis, dan senja pun mulai benar-benar tenggelam. Langit berubah menjadi semburat ungu tua, dengan sedikit cahaya oranye terakhir di cakrawala. Elio dan Alexa duduk di atas pasir, melihat sisa-sisa cahaya matahari yang berangsur hilang, meninggalkan dunia dalam bayang-bayang malam. Laut di depan mereka tampak tenang, seolah ikut beristirahat setelah hari yang panjang.
"Gue suka pantai sore hari gini"kata Alexa, suaranya lembut, hampir seperti bisikan. "Pemandangannya indah bikin tenang"
Elio menatap Alexa, yang kini duduk dengan lutut ditarik ke dadanya, rambutnya yang diterpa angin lembut dan kulitnya yang tampak bercahaya dalam sisa-sisa sinar matahari terakhir.
"Iya..indah" jawab Elio, tapi kali ini, pandangannya tak lagi tertuju ke langit atau laut melainkan pada Alexa di sampingnya.
Dalam diam, mereka berdua menikmati keheningan dan kedamaian yang ditawarkan malam itu. Di kejauhan, suara ombak perlahan bergulung, dan cahaya kota mulai terlihat samar-samar dari jauh. Namun bagi mereka, dunia terasa begitu kecil dan sederhana, hanya terdiri dari laut, langit, dan satu sama lain.
Setelah matahari benar-benar tenggelam, hanya menyisakan semburat terakhir di cakrawala, Elio mengeluarkan kamera yang dibawanya dari dalam tas. Dia melihat Alexa yang masih duduk di tepi pantai, memandang ke laut dengan senyum lembut di wajahnya. Angin malam perlahan menerpa rambutnya, membuatnya tampak seperti dalam adegan film. Moment itu begitu sempurna, dan Elio tak ingin melewatkannya.
"Al, jangan gerak"panggil Elio lembut.
Alexa menoleh, matanya sedikit terkejut, tapi senyumnya tetap tak hilang. "Kenapa?"
Elio mengangkat kameranya, memfokuskan lensa pada Alexa. "Lo sama pemandangannya bagus harus Gue potret"
Alexa tertawa pelan, menundukkan kepala sesaat malu, tapi akhirnya mengangkat wajahnya lagi, membiarkan Elio mengambil fotonya.
"Boleh tapi cepetan Gue malu kalau diliatin" katanya sambil tersenyum.
Elio tertawa kecil, menekan tombol kamera dan mengambil beberapa foto, menangkap momen Alexa dengan latar belakang laut dan langit malam yang mulai gelap. Setiap kali dia menatap layar kameranya, Elio semakin terpesona dengan perempuan dihadapannya.
"Sudah, satu lagi ya" kata Elio, kali ini menangkap Alexa dengan wajah yang lebih natural, tertawa lepas tanpa pose. Saat dia melihat hasilnya, Elio tersenyum puas.
Setelah Elio menyimpan kameranya, ia kembali duduk di samping Alexa. Dari tas yang sama, Elio mengeluarkan sebuah gitar akustik kecil yang sejak awal ia bawa. Alexa menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu.
"Kak El bawa gitar?" tanyanya, tersenyum lebar. "
Kenapa nggak bilang dari tadi?"
Elio mengangkat bahu dengan ekspresi jahil.
"Soalnya Gue mau ngajak Lo nyanyi"
Elio mulai memetik senar gitarnya, suara lembut melodi terdengar selaras dengan debur ombak di kejauhan. Lagu yang ia mainkan sederhana, tapi nadanya manis dan hangat, menyatu dengan suasana malam di tepi pantai. Alexa menutup matanya sebentar, membiarkan dirinya larut dalam alunan musik dan suasana tenang di sekeliling mereka.
"Kak El sering main gitar?" tanya Alexa, menatap Elio yang tampak begitu menikmati setiap nada yang ia petik.
"Lumayan kalau lagi bosen" jawab Elio sambil terus memetik gitarnya.
"Dari dulu Gue udah suka sama musik, selain gitar Gue juga bisa main piano sama drum"
Alexa tersenyum. "Wah keren..Gue juga bisa, waktu kecil Gue belajar alat musik.. Gue bisa mainin biola sama piano"
Elio berhenti bermain sebentar, menatap Alexa dengan lembut.
"Mau nyanyi?"
Alexa tertawa kecil dan menggeleng.
"Kita?.. Gue malu" cicit Alexa.
"Tapi Gue pengen dengar suara Lo" desak Elio, senyumnya penuh harap.
Alexa akhirnya mengalah, meski malu-malu. Dengan Elio memetik gitar sebagai pengiring, keduanya mulai bernyanyi pelan, suaranya lembut dan sedikit goyah di awal, tapi kemudian mengalir dengan alami. Suaranya bergabung dengan melodi yang dimainkan Elio, menciptakan harmoni yang membuat malam itu terasa semakin sempurna.
Mereka terus bernyanyi dan bermain gitar bersama, menciptakan suasana hangat di antara angin malam yang sejuk. Alexa, yang awalnya malu, kini bernyanyi dengan bebas, merasa nyaman di samping Elio. Mereka tertawa, bercerita tentang hal-hal kecil, dan untuk sementara waktu, dunia luar terasa jauh, terpisah dari mereka.
Ketika lagu terakhir selesai, keduanya duduk diam, memandang langit yang mulai dihiasi bintang-bintang. Elio meletakkan gitarnya di pasir, kemudian menoleh ke Alexa, yang tampak damai dalam kesunyian itu.
"Malam ini semuanya sempurna" kata Elio pelan, hampir seperti bisikan.
Alexa menoleh, senyumnya lembut.
"Iya..sempurna"
Dan dalam keheningan malam di tepi pantai itu, mereka berdua duduk bersama, menikmati kebersamaan yang penuh kehangatan dan ketulusan dengan kembang api, laut, dan musik yang masih terngiang di hati mereka.