TAMAT 02 NOVEMBER 2023
Ning Aisha menangis setelah King tak sengaja menciumnya. "Jangan dekati aku lagi!"
"Terus, gimana cara Gue jagain Lo, Cengeng?"
"Nggak perlu, aku bisa jaga diri baik-baik! Kita bukan mahram, jangan deket-deket! Setan pasti suka godain Kita, terutama kamu yang nggak kuat iman! Nggak mau shalat. Pasti jadi temen setan!"
"Lo mau dihalalin sama temen setan ini? Bilang! Besok Daddy sama Mom biar ngelamar Lo buat Gue!"
"Sinting..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA-ENAM
Adzan subuh berkumandang, Aisha bukan terbangun melainkan belum tertidur. Rasa tidak enak di area inti membuatnya malas untuk bergerak.
Mungkin kemarin Aisha bisa langsung terbangun dan menunaikan ibadah shalat, tapi hanya untuk sekedar menyentuh air saja Aisha enggan kali ini.
Aisha arahkan tatapan memelas pada pemuda tampan yang masih lelap tertidur di sisinya.
Jangankan bangun di pagi yang cukup melelahkan setelah semalaman suntuk menggempur dirinya, kemarin saja King selalu bangun lebih siang.
Aisha sedikit tersenyum tanpa sadar. Jika ingat malam panas tadi, Aisha yakin King begitu lelah karena energinya habis terkuras.
Walau sakit di bagian intinya masih begitu terasa, Aisha akui nikmat yang King berikan lebih dari cukup membayar semua rasa sakit itu sendiri.
Mata Aisha beralih kembali menatapi pintu kamar mandinya sambil memberi semangat padanya sendiri.
Ayolah Aisha, bangun dan mandi, lanjut shalat subuh dan hari ini akan ada banyak acara karena weekend.
"Sayang..."
"Jauh-jauh Kiiiiing!" Aisha menggeser tubuhnya menjauh. Namun, semudah itu King beringsut menangkap perutnya lagi.
"Kenapa? Takut mau lagi?"
Oh suara seksi King, Aisha jadi teringat kembali bagaimana King yang parau saat berdesah di akhir kegiatan.
Aisha menggeleng geleng kepalanya, berusaha tak memintanya lagi. Aisha harus bangkit dan mengakhiri drama malas pagi ini.
"Aish mau shalat, King. Tapi..."
"Masih sakit?" King menurunkan tangan menuju bagian inti Aisha sebelum ditepis dengan kasar.
"Udah tahu sakit! Jangan sentuh dulu!"
King terkikik geli, lantas berusaha memijat kening, memejam kuat mata lengket yang sudah ingin melek, dan menatap lekat wajah pucat Aisha. King yakin pucat ini karena sakit di bagian yang dia terobos dengan kesulitan level dewa.
"Makasih ya, semalem tadi, kado termahal yang pernah aku terima."
"Kado maksa!" jutek Aisha.
King hanya tergelak renyah, siapa yang merayunya siapa yang dicap memaksa, Aisha bahkan sampai duduk di pangkuan King dengan mengenakan lingerie seksi.
Siapa yang tidak on saat digempur godaan bertubi-tubi. Aisha terus menawarkan rasa yang berbeda di setiap sentuhan, memaksa dirinya meremas buah padat kesukaannya.
Akhirnya malam tadi, gengsi King kalah oleh rayuan Aisha. Keduanya memutuskan untuk mengakhiri masa bujang dan perawan di usia ke 17 tahun.
Aisha terlihat agresif saat di awal. Walau nyatanya, gadis itu menangis kencang di bukaan pertamanya. Padahal cukup lama King jebol gawang demi tak membuat Aisha sakit.
Tetap saja, Aisha menjerit hingga jerit itu berubah menjadi lenguh keenakan. Lebih tak masuk akalnya lagi, Aisha meminta dua jam saat King menawarkan mau berapa lama.
And then, pagi ini Aisha bilang King yang memaksa kado darinya? Luar biasa, benar kata-kata yang sering Om Rega cetuskan, Women are never wrong!
"Sekarang mau aku gendong?" King berusaha berbaik hati. "Nanti sakitnya sembuh kok. Lama-lama juga terbiasa, Ning."
Menatap King, Aisha terpaku tanpa sadar. Dari senyuman tulus King, Aisha yakin King orang yang baik, hanya saja, pemuda itu masih asyik dengan dunia jalanan.
Memiliki kuasa karena dilahirkan sebagai crazy rich. Tentu saja tidak mudah menolak untuk tidak memanfaatkan keadaan.
Sejenak, Aisha menjadi maklum atas apa yang King lalui selama ini. Bergelimang kasih sayang, harta dan kuasa membuat pemuda itu menjadi pribadi yang brutal.
Harapan yang Aisha bumbung tinggi masih sama, yaitu bisa melihat wajah tampan King di setiap paginya. Mendengar King terancam masuk penjara, sore tadi Aisha tak beranjak dari sajadahnya hanya untuk keselamatan suaminya.
"Ning..."
Aisha terjaga oleh jentikan jari suaminya. Dia lalu mengangguk saat King menawarkan kembali bantuan.
Selimut tebal dililitkan pada tubuh polosnya, sedang King memilih meraih celana berbahan lembutnya. Aisha lalu melingkarkan kedua tangan di dada tak berbaju suaminya sembari meletakkan tubuhnya di atas punggung pemuda itu.
Sambil berjalan, King mengulum senyum manisnya, telinganya jelas mendengar keluh kecil Aisha yang mungkin masih merasakan sakit karena ulah Jojo semalaman suntuk.
Aisha di turunkan di sisi toilet, gadis tak perawan itu duduk di sana setelah membuka penutupnya. "Hiks! Huaa..." Saat ingin mengeluarkan pipis, Aisha kembali menangis.
Seketika ia memukuli pundak suaminya yang berjongkok di depannya. "Ini gara-gara kamu, King! Pokoknya Ning nggak mau lagi!"
"Yakin?" King tertawa-tawa seperti tak tertahankan. "Semalem kamu suka loh, Ning!"
King cengengesan membuat Aisha menangis lebih kencang dari sebelumnya. Sudah sakit diledek, sungguh sakit di atas sakit hingga berlapis-lapis sakit.
"Iya, Ok, nggak lagi-lagi kalo masih sakit." King mengelus paha Aisha. "Tapi kalo udah nggak sakit lagi ya?" tanyanya.
"Udah sana pergi, kamu ngeselin!" Aisha dorong pemuda itu kesal. King pasrah terduduk di lantai marmernya.
"Kamu bisa sendiri?"
Mendadak, Aisha mencebik bibirnya yang semula hanya sibuk menangis. "Nggak tahu... Hiks..."
"Mau aku mandiin?" King kembali menyentuh dada sintal Aisha yang lekas diteriaki.
"Kiiiiing!"
King tertawa sambil berlari keluar dari kamar mandinya. Membiarkan istri bawelnya mandi tanpa halangan.
"Ning, Ning...," gumam King.
Pemuda itu lantas mendekat pada ruang lemari, ada sehelai lingerie yang sobek akibat ulahnya.
Di sini adegan mereka dimulai, King mengingat kembali, dia ingin melihat Aisha dengan gaun itu, tapi dia pula yang merobeknya.
King meraih ponsel Respatih yang ia geletakkan di salah satu laci nakas-nya.
Dalam sekejap mata, raut King berubah. Dari yang hangat menjadi sedingin Antartika.
Ada lima pesan teks yang dikirim oleh nomor kontak bertuliskan klien, dan lima limanya sama-sama mengajaknya bertemu pagi ini.
King meraih jaket, celana, dan sepatu yang akan dia gunakan setelah mandi. Pagi ini, dia akan pergi lagi tanpa mengajak Aisha.
Mungkin pagi ini juga, Daddy Axel dan Mommy Lily kembali. Berita tentang institusi Millers corpora yang di demo mungkin sudah terdengar sampai Singapura.
Sebelum Daddy Axel bertindak dengan cara yang tidak King suka. Masalah ini harus segera dia selesaikan.