“Ah. Jangan tuan. Lepaskan saya. Ahhh.”
“Aku akan membuatmu mendesah semalaman.”
Jasmine Putri gadis kampung yang berkerja di rumah milyarder untuk membiayai kuliahnya.
Naas, ia ternoda, terjebak satu malam panas bersama anak majikannya. Hingga berakhir dengan pernikahan bersama Devan anak majikan tampannya.
Ini gila. Niat kuliah di kota malah terikat dengan milyarder tampan. Apakah Jasmine harus bahagia?
“Aku tidak akan pernah menerima pernikahan ini,” tekan Devan frustasi menikah dengan pelayan.
“Aku harus menemukan dia.” Kenang Devan tentang gadis misterius yang menyelamatkan tiga tahun lalu membuatnya merasa berhutang nyawa.
Bagaimana pernikahan Jasmine dengan Devan anak majikannya yang dingin dan jutek namun super tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Wawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada apa dengannya?
Di depan sebuah rumah sederhana ditumbuhi pepohonan rindang seorang gadis cantik berdiri menatap bangunan dengan senyuman penuh rindu. Angin sepoi mengayun-ayun rambut panjangnya. Inilah suasana yang ia rindukan. Asri dan terasa damai.
Ya, Jasmine telah sampai di kampung kelahirannya menggiring langkah cepat berjalan ke dalam rumah bersama dengan barang bawaannya.
“Nenek! Nenek!” teriak Jasmine heboh mengetuk pintu rumah keras.
Tak beberapa lama pintu kayu itu terbuka menampakkan nenek tua dengan rambut memutih. Berdiri di ambang pintu. netranya meneliti perempuan cantik yang ada di hadapannya. Merasa tak mengenal perempuan yang ada di hadapannya.
“Nenek!” seru Jasmine dengan senyum lebar masih bertahan di depan pintu.
Mendengar suara itu. Nenek pun tersadar.
“Jasmine ini kau Nak, ini benaran Jasmine cucu nenek,” ucap nenek Jasmine. Penampilan cucunya begitu berubah sudah tak terlihat seperti gadis desa. Modis serta mengulas make up.
“Iya nenek. Ini benaran cucu nenek,” jelas Jasmine.
“Jasmine kau sudah pulang nak, nenek kangen nak,” perempuan tua itu berhambur memeluk Jasmine dengan penuh tangis haru.
“Jasmine kangen banget sama nenek,” ucap Jasmine bulir air mata membasahi pipinya mempererat pelukannya.
Keduanya terisak. Meluapkan perasaan rindu setelah sekian lama tak bertemu.
“Cucu nenek kenapa jadi berubah begini,” ucap nenek di sela isakan. Nenek Jasmine mengurai pelukannya Menatap Jasmine lekat. “Jadi cantik sekali,” ujar nenek bernama panggilan nenek Minah ini.
“Jasmine hidup baik di kota nenek,” ujar Jasmine sesuai rencana. Ya inilah tujuan Nathan mendandaninya agar ia terlihat hidupnya baik dan neneknya tidak cemas.
“Syukurlah. Kalau selama ini kau baik-baik saja di kota,” ucap nenek Minah dengan senyum penuh kelegaan.
“Ayo masuk. Kau pasti lelah dan lapar. Nenek akan masak masakan ke sukaanmu,” Nenek merangkul pundak Jasmine menggiring cucu kesayangannya itu masuk.
“Iya nenek Jasmine lapar. Jasmine kangen masakan nenek,” Jasmine melebarkan senyumannya. Inilah yang ia rindukan rasa bermanja dengan nenek. Tidak seperti di kota ia hidup mandiri.
“Iya nanti makan yang banyak. Kau terlihat kurus,” ujar nenek Minah.
“Oh, iya Nenek Jasmine bawa oleh-oleh,” seru Jasmine penuh dengan keceriaan rasanya ia tak berhenti mengoceh. Oh dia tidak pernah selepas ini. Benar pulang dan berkumpul bersama orang tersayang adalah kebahagiaan tiada tara tak ternilai harganya.
****
Sementara Jasmine bahagia bersama neneknya di kampung. Di ruangan perkantoran Devan masih berkutat dengan layar komputer. Malam telah larut namun pemuda itu masih betah bergelut dengan banyak map laporan.
Rey masuk ke dalam ruangan, berdiri menatap Devan ia berdecak sembari menggelengkan kepala pelan melihat Devan yang begitu sibuk bak menggila seakan pekerjaannya tiada habis. Sudah Devan seperti itu datang pagi-pagi dan pulang malam hari. Rey pun tak mengerti mengapa Devan berubah.
Rey mendekat ke meja, duduk di kursi yang berseberangan dengan sang bos.
“Kau lembur lagi!” ucap Rey.
“Emm,” balas Devan dengan deheman tak mengidahkan matanya dari layar komputer.
“Van! Ada apa denganmu!” ujar Rey akhirnya tak tahan, dia sudah tidak bisa melihat tingkah bosnya itu.
Devan mengalihkan perhatiannya menatap Rey dingin.
“Aku tidak apa-apa. Kau Pulanglah, aku akan menyelesaikan laporan ini,” usir Devan.
Rey menghela napas percuma bicara dengan Devan jika dalam keadaan seperti ini. bisa-bisa dia hanya akan kena semburan amarah.
“Baiklah aku pulang!” ujar Rey kemudian bangkit dari duduknya keluar dari ruangan meninggalkan Devan.
Malam semakin larut arah jarum jam telah menunjukkan pukul sembilan malam. Devan menghentikan kegiatannya, waktunya pulang, meluruskan tangannya serta memiring-miringkan kepala ke kiri dan ke kanan agar semua saraf-saraf tegang menjadi rileks.
Setelah melakukan peregangan Devan meluruskan punggunggnya di sandaran kursi. Tubuhnya terasa lelah bagaimana tidak ia begitu sibuk pergi pagi-pagi sekali dan pulang larut malam, itu semua sengaja dia lakukan untuk menghindari bertemu dengan seorang yang terus mencuri di pikirannya. Dia ingin menghapus perasaannya.
Devan meraih ponsel yang ada di samping komputer, pesan yang ia abaikan saat bekerja namun merasa ada yang aneh.
Alis bertaut Devan. Ia melihat di jajaran pesan tidak ada notifikasi dari akun media sosial. Devan pun mengecek dengan teliti. Membuka akun.
“Sudah dua hari dia tidak aktif,” gumam Devan mengscroll layar ponselnya.
“Dia tidak melakukan live streaming, ini aneh. Dia tidak pernah libur, ” ujar Devan yang selalu mendapatkan notifikasi dan mengikuti live Jasmine.
“Ada apa dengannya?”
Rasa resah seketika melumuri jiwa. Di ujung hati Devan tergelitik ingin tahu mengapa perempuan itu tidak melakukan hal yang selalu ia lakukan setiap malam.
Like, coment,
pelabuhan terakhir cinta Nathan Wang