Naura memilih kabur dan memalsukan kematiannya saat dirinya dipaksa melahirkan normal oleh mertuanya sedangkan dirinya diharuskan dokter melahirkan secara Caesar.
Mengetahui kematian Naura, suami dan mertuanya malah memanfaatkan harta dan aset Naura yang berstatus anak yatim piatu, sampai akhirnya sosok wanita bernama Laura datang dari identitas baru Naura, untuk menuntut balas dendam.
"Aku bukan boneka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Belas
Hari ini terasa lebih gelap daripada biasanya. Awan menggantung rendah di langit, menciptakan suasana melankolis yang menyelimuti kota kecil tempat Alex tinggal. Dia memandang peti mati di hadapannya, jantungnya berdebar kencang. Peti keranda kayu berwarna gelap itu dikelilingi oleh para pelayat yang berdiri tegak, terbungkus dalam balutan kesedihan dan duka. Di dalam terbaring Naura, istrinya.
Alex dan Weny berjalan beriringan. Dengan perasaan gugup keduanya menuju ke sudut ruang tamu, di mana peti yang menyimpan jenazah istrinya berada. Seorang pria suruhan Rasya berdiri di sampingnya. Keduanya lalu berjalan mendekati.
"Apa saya bisa bicara dengan Pak Alex?" tanya petugas itu.
"Saya sendiri ...," jawab Alex dengan sedikit gugup.
"Kami ingin menyerahkan jenazah Bu Naura. Silakan Bapak tanda tangan di sini!" seru petugas itu. Dia mengulurkan selembar surat pada pria itu.
Alex mengambil dan membacanya sekejap. Dia lalu menanda tangani surat penyerahan itu. Pria itu berjalan mendekati peti mati dan ingin membukanya. Namun, gerakannya di tahan oleh petugas.
“Pak Alex,” suara tegas seorang petugas menginterupsi lamunannya. “Maaf, tapi kami tidak bisa mengizinkan Anda membuka peti ini.”
Alex menatap petugas yang berdiri tegar dengan seragam biru navy itu. Rasa kesal mulai membara dalam dirinya. “Tidak bisa? Ini istri saya! Saya berhak melihatnya untuk terakhir kalinya!"
“Maaf, Pak. Prosedur mengatakan bahwa mayat sudah tidak dapat dikenali lagi wajahnya. Kami tidak bisa mengambil risiko,” Petugas itu menjawab sambil menggelengkan kepala. Sesuatu dalam nada suaranya membuat Alex curiga.
“Seharusnya hanya saya yang boleh membuka peti ini. Anda tidak mengerti betapa pentingnya ini bagi saya!” Alex merasa frustrasi.
Alex merasa sangat gugup takut jika semua hanya mimpi. Dia harus memastikan jika memang istrinya yang telah tiada itu.
“Percayalah, ini demi kebaikan Anda. Kami tidak ingin mengingatkan Anda pada sesuatu yang menyakitkan,” jawab Petugas itu berusaha meyakinkan Alex agar tak membuka peti matinya.
Mendengar kalimat itu, Alex menyadari ada sesuatu yang janggal dalam sikap petugas itu. “Kamu tahu siapa yang ada di dalam, kan? Mengapa kamu berbohong?”
Petugas itu terdiam sejenak, tatapannya melemah. “Pak Alex ... ini bukan tentang siapa yang ada di dalam. Ini ....” kata-katanya terbata. “Saya tidak bisa menjelaskan lebih jauh.”
“Lalu, apa yang bisa kamu lakukan? Ingat, Naura bukan orang lain bagiku, dia istriku. Aku berhak memastikan jika memang dia tiada!"
Suasana semakin tegang, dan semakin banyak perhatian tertuju padanya. Beberapa pelayat yang melihat percakapan itu mulai berbisik-bisik, penuh rasa penasaran.
“Tapi saya rasa petugas itu hanya mengikuti perintah. Bapak tidak bisa melihat wajahnya. Mungkin memang itu semua prosedur,” seorang pelayat lain, Yani, mencoba menengahi. “Saya juga merasakan kesedihanmu, tapi kita harus menghormati apa yang sudah terjadi.”
Alex tak menyadari jika wanita itu adalah suruhan Rasya juga. Dia akan berada di antara pelayat hingga acara penguburan jenazah selesai, untuk memastikan jika pria itu memang tak membuka peti matinya.
Hiruk-pikuk di sekitar mereka terasa samar saat Alex hanya fokus pada peti mati di depannya. Ia ingin berteriak, ingin mengobrak-abrik semua yang ada, tapi semua itu hanya akan menjadikannya lebih malu di depan orang-orang. Sedangkan Ibu Rini hanya terdiam menyaksikan semua. Sepertinya dia masih syok atas kepergian menantunya itu.
“Aku tidak percaya kau akan melakukan ini padaku,” Alex berkata, suaranya perlahan mengendur. Rasa penasaran yang mendalam memenuhi hatinya. “Aku tidak menginginkan semua ini.”
Alex tampak masih terpukul atas kepergian sang istri yang begitu mendadak. Walau tak cinta, dia juga merasakan sedih
“Pak Alex, dengarkan. Ini bukan akhir yang kau bayangkan. Mungkin Bu Naura ingi Bapak hanya mengenang hal indah bersamanya, dan tak ingin bersedih saat melihat wajahnya yang terkahir kalinya,' ucap . Namun, nada rasanya dingin, membuat Alex merasa semakin gelisah.
Dalam percakapan yang penuh ketegangan itu, ada satu hal yang tidak bisa ia abaikan: Pria itu tidak tampak seperti petugas biasa. Ada kesan lain di wajahnya. Sifatnya terasa misterius, seolah tersembunyi di balik alibi yang terlalu mudah dijelaskan.
“Tapi, Pak Alex ....” Petugas itu menjeda ucapannya. Sepertinya mencoba mencari alasan yang tepat agar Alex percaya.
“Jika Bapak memang ingin melihat jenazah Bu Naura, mungkin juga kita akan memvisum kembali. Kami juga mau periksa keadaan mobilnya. Hal aneh jika rem bisa blong padahal mobilnya masih sangat baru," ucap petugas sedikit berbisik pada Alex.
Petugas itu berdoa agar Alex memang setuju untuk tak membuka peti ini. Rasya tadi sudah berpesan agar dia bisa meyakinkan pria itu untuk mengubur nya segera.
Alex tampak menarik napas dalam. Weny menggelengkan kepalanya, sepertinya melarang pria itu melakukan tindakan lain.
"Ini ponsel dan tas milik Bu Naura. Saya ingin Bapak memastikan semua ini benar milik istri Anda!" seru petugas itu mencoba mengalihkan obrolan.
"Ya, ini miliknya." Alex memandangi gawai milik Naura. Hanya sebuah ponsel pengeluaran lama. Dia teringat saat istrinya itu minta belikan yang baru, tapi dia menolak dan justru membeli untuk ibunya.
Namun, Naura tak marah. Begitulah sabar dan baiknya sang istri. Tapi mengapa rasa cinta itu tak bisa sepenuhnya dia berikan pada wanita itu.
Setelah mencoba meyakinkan Alex jika tak perlu membuka peti mati itu akhirnya dia setuju. Dan saat ini sedang persiapan menuju ke tempat pemakaman umum. Ibu Rini mendekati putranya yang sedang menerima para pelayat yang mengucapkan bela sungkawa.
"Alex, apa kamu benar-benar tak ingin polisi melakukan visum, otopsi atau melakukan penyelidikan atas kecelakaan dan kematian istrimu ini?" tanya Ibu Rini. Wanita itu heran mendengar anaknya tak mau melakukan penyelidikan dan meminta polisi untuk menutup kasus ini dengan alasan dia ikhlas atas apa yang terjadi pada istrinya itu. Tak mau memperpanjang agar Naura tenang di alam sana.
untuk weni rasain kmu bkalan di buang oleh kluarga alex.....kmu tk ubahnya sperti sampah tahu gak wen.....bau busuknya sngat mnyengat dan mnjijikan /Puke//Puke//Puke//Puke//Puke/
Lina jodoh sdh ada yng mengatur jd tetap lah 💪💪
lanjut thor 🙏
karna memang cinta tak harus memiliki
Alex selamat terkejut ya semoga jantung aman aman saja