Hampir separuh dari hidupnya Gisell habiskan hanya untuk mengejar cinta Rega. Namun, pria itu tak pernah membalas perasaan cintanya tersebut.
Gisell tak peduli dengan penolakan Rega, ia kekeh untuk terus dan terus mengejar pria itu.
Hingga sampai pada titik dimana Rega benar-benar membuatnya patah hati dan kecewa.
Sejak saat itu, Gisel menyerah pada cintanya dan memilih untuk membencinya.
Setelah rasa benci itu tercipta, takdir justru berkata lain, mereka di pertemukan kembali dalam sebuah ikatan suci.
"Jangan sok jadi pahlawan dengan menawarkan diri menjadi suamiku, karena aku nggak butuh!" ucap Gisel sengit
"Kalau kamu nggak suka, anggap aku melakukan ini untuk orang tua kita,"
Dugh! Gisel menendang tulang kering Rega hingga pria itu mengaduh, "Jangan harap dapat ucapan terima kasih dariku!" sentak Gisel.
"Sebegitu bencinya kamu sama abang?"
"Sangat!"
"Oke, sekarang giliran abang yang buat kamu cinta abang,"
"Dih, siang-siang mimpi!" Gisel mencebik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
"O ya, sebelumnya perkenalkan, ini adik saya Dzalfa," Kendra memperkenalkan adik sekaligus satu-satunya keluarga yang ia miliki karena ia dan Dzalfa adalah yatim piatu. Dan selama ini Dzalfa kuliah dan bekerja di Jogjakarta. Karena ini acara penting buat Kendra, makanya sang adik mau ke Jakarta demi menemani kakaknya malam ini.
Semua orang menyambut Dzalfa dengan sangat baik dan ramah. Mereka memperkenalkan diri satu persatu yang di lanjutkan makan malam.
Rega sedikit heran kenapa Kendra bisa berada diantara mereka saat makan malam tersebut berlangsung, tumben pikirnya. Bahkan ia membawa adiknya ke sana.
Rega semakin heran karena ternyata tamu spesial yang sejak tadi di tunggu adalah Kendra. Namun, ia tak mepertanyakan keheranannya tersebut secara langsung. Hingga, terjawab sudah rasa penasarannya saat Alex mulai membicarakan hal penting yang memang menjadi tujuan utama diadakannya makan malam tersebut.
"Baiklah, aku rasa sekarang waktunya untuk membicarakan ini kepada kalian. Aku sengaja mengadakan makan malam ini selain untuk menyambut kedatangan Gisel kembali, juga untuk membicarakan perihal pernikahan Gisel dan Kendra. Kalian adalah keluargaku jadi aku merasa kalian juga harus ikut terlibat dalam pembicaraan ini, Dave, Mel!" Alex mulai membuka pembicaraan.
Deg!
Diantara mereka yang ada, Rega dan Amel menjadi orang yang paling terkejut dengan hal itu. Berbeda dengan David yang memang sudah tahu sebelumnya.
" Maksudnya?" tanya Amel.
Sementara Rega, pria itu hanya diam sembari menatap ke arah Gisel. Namun, terlihat sekali jika wanita itu acuh terhadapnya.
"Iya, Mel. Sebelumnya aku minta maaf karena kasih tahu kamu mendadak. Sebetulnya, mas Alex sudah merencanakan hal ini sudah cukup lama, dari beberapa bulan yang lalu. Tapi, karena Gisel baru bisa Pulang sekarang , makanya kita baru bahas hal ini sekarang," kali ini Anes yang bicara.
Tentu saja Amel shock mendengarnya," Maksud kamu, Gisel dan Kendra di jodohkan?" tanyanya, terlihat sekali wajahnya kecewa.
" Em, sebenarnya tidak murni di jodohkan. Aku hanya menyarankan untuk Gisel menikah karena aku rasa sudah waktunya dia berumah tangga. Aku hanya meminta Gisel untuk mempertimbangkan Kendra sebagai calon suami," jelas Alex.
"Dan aku sendiri yang memutuskan untuk menikah dengan mas Kend, tidak ada paksaan dari siapapun. Bagaimana dengan mas Kend? Apa mas Kend terpaksa menikah denganku?" Gisell menatap pria itu.
Sebenarnya Kendra tidak enak dengan keluarga David, tapi ia lebih tak enak lagi menolak permintaan Alex yang secara khusus memintanya untuk menijah dengan Gisel," Saya tidak terpaksa sama sekali. Saya rasa semua juga tahu sejak dulu saya sudah menyukai Gisell," ucapnya kemudian.
Amel melirik putra dan suaminya, "Kamu udah tahu hak ini, Dave?" tanyanya pada sang suami.
David mengangguk, "Biarkan Gisel menentukan pilihannya sendiri, kita tidak bisa memaksanya," ucapnya.
Amel mendengus kesal.
Rega tak ikut bicara, ia tak tahu harus berkata apa.
"Maaf, aku angkat telepon dulu sebentar!" ucap Rega sembari berdiri. Ia menyingkir dari meja makan yang suasananya masih tegang tersebut.
Tak lama kemudian, Rega kembali ke meja makan, dari yang ia dengar saat berjalan mendekat, pernikahan Gisel dan Kendra akan diadakan dua bulan lagi. Hal itu sempat menghentikan langkahnya, tangannya lemas, bahkan ponsel di tangannya hampir jatuh tadi.
"Maaf semuanya, aku harus pergi sekarang. Ada operasi mendadak, aku harus ke rumah sakit sekarang," pamit Rega.
"Baiklah, hati-hati, Ga!" sahut Alex.
Rega mengangguk, ia beralih menatap Gisel, wanita itu tetap acuh. Membuat hatinya sakit. Kenapa sekarang mereka terasa sangat jauh, tidak bisakah seperti dulu lagi.
.
.
.
Belum juga selesai sol pembahasan pernikahan yang akan di lakukan dua lagi tersebut, Amel memilih untuk menyingkir. Ia tak bisa menahan kekecewaannya atas apa yang terjadi. Namun, ia juga tak bisa memaksa, semua hak Gisel untuk memilih. Putranya memang salah dulu.
Amel sama sekali tak menyangka kalau Gisel benar-benar telah melupakan Rega. Bahkan ia juga bisa melihat jika Gisel begitu tak peduli pada putranya sama sekali.
David berdiri, ia ingin menyusul Amel. Namun, Gisel mencegahnya, "Biar aku aja, pa. Kalian bisa melanjutkan mengobrolnya," ucapnya.
Dan David kembali duduk, memang lebih baik Gisel yang memberi pengertian Amel.
Amel terlihat duduk di taman, merenung, sedih.
"Ma..." Gisel duduk di samping Amel. Wanita yang sudah ia anggap ibu kedua itu menoleh. Amel langsung mengusap wajahnya yang basah.
"Maafin Gisell, ma," ucap Gisell.
"Semarah itu kamu sama mama? Sampai tidak pernah mau kasih kabar sama mama. Kalau mama tidak tanya kabarmu sama mommimu, mama tidak akan pernah tahu kabar kamu," ungkap Amel sedih.
Gisel meraih tangan Amel lalu menggenggamnya.
"Gisel nggak pernah marah sama mama. Sama sekali enggak. Gisell hanya tidak ingin usaha Gisell pergi untuk mengobati luka Gisel sia-sia. Hanya itu, ma,"
"Dan sekarang kamu benar-benar melakukannya? Kamu benar-benar tidak ingin menjadi menantu mama?"
Gisel mengangguk, "Maafin Gisell, ma,"
Rasanya Amel masih belum bisa menerima, "Mama yakin, perasaan kamu tidak akan hilang semudah itu, sayang. Kamu pasti terpaksa kan mau menikah dengan Kendra. Mama akan bicara dengan Rega. Kamu tahu, selama kamu pergi dia yang sebenarnya paling kehilangan. Mama akan bicara sama dia, mama yakin Rega sebenarnya... "
Gisel menggeleng, tangannya semakin kuat menggenggam tangan Amel, matanya sudah berkaca-kaca. Ia tak sanggup menyakiti hayi Amel, namun ia tetap harus melakukannya.
"Mama tidak perlu melakukannya. Aku benar-benar sudah merelakan dan melupakan semuanya. Gisel sadar, terlalu banyak waktu yang Gisel buang sia-sia dulu hanya untuk hal-hal konyol.
Sekarang, Gisel hanya perlu keikhlasan mama untuk merelakan Gisel menikah dengan pria lain. Gisel akan tetap menjadi anak mama sama papa David, sekalipun Gisel tidak menjadi menantu kalian. Gisel harap mama bisa mengerti," ucap Gisel penuh kehati-hatian.
" Kamu benar-benar sudah melupakan abang?"
Gisel mengangguk," Gisel sudah tidak memiliki perasaan apa-apa sama abang," ucapnya.
" Bahkan sekarang aku sama sekali tidak ada respect sama dia," lanjutnya dalam hati.
" Tapi, mama tidak rela kalau Rega nantinya menikah dengan Dira," ujar Amel.
Gisel mengernyit, apa Rega masih menjalin hubungan dengan kakak kelasnya waktu SMA itu? Pantas, tadi sikap pria itu terlihat biasa saja saat mendengar berita kalau dia akan menikah dengan Kendra, pikir Gisel.
Dan pemikiran Gisel tersebut salah besar, karena nyatanya kini Rega sedang mengemudi mobilnya dengan pikiran kalut dan kacau.
Adanya operasi mendadak yang Rega katakan tadi hanya sehuah alasan supaya ia bisa pergi dari pembahasan yang menyesakkan itu. Hal yang paling Rega sedihkan adalah sikap Gisel yang kini benar-benar berubah terhadapnya. Bahkan wanita itu seolah sudah tak sudi lagi untuk menatapnya.
"Kau benar-benar membenci abang, dek? Sedalam itukah luka yang abang berikan hingga kamu memutuskan untuk berbalik membenci abang?" gumam Rega sembari menyetir mobilnya.
"Apa abang benar-benar telah kehilangan adik abang?" lirihnya lagi.
...****************...