Dibesarkan dari bayi, oleh seorang pemulung yang menemukannya di tumpukan sampah, dan dia dihina dengan tetangganya karena hidup miskin bersama orang yang menemukannya. dan dia juga di anggap anak haram karena mereka menganggap orang tuanya malu saat melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
" nanti biar aku yang selidiki sendiri mengenai hal itu, terima kasih banyak karna kamu sudah bantu aku menemukan tikus diperusahaan ku."
pak perabu tidak mau jika terus merepotkan pak yoga, sedangkan pak yoga yang di seberang panggilan hanya mengangguk, walaupun tidak bisa dilihat oleh pak perabu.
" ya sudah aku tunggu kedatangan orang mu."
mereka mengakhiri panggilan karna dirasa apa yang akan disampaikan sudah selsai.
Hp pak perabu kembali berdering saat panggilan dari pak yoga baru berakhir, dia tersenyum melihat nama yang tertara di layar Hp miliknya.
" Maaf tuan jika mengganggu waktu anda, tapi tes DNA sudah menunjukan hasilnya, apa perlu saya antar kerumah, atau saya antar ke perusahaan.?" ucap sang dokter yang menangani tes DNA kiran dan bu anggun.
" terima kasih dok, nanti bisa anda kirimkan langsung ke rumah." jawab pak perabu dengan nada yang terdengar sangat senang ditelinga dokter itu.
" baik tuan, saya akan mengantarkanya sekarang juga tuan." pak perabu pun mengakhiri panggilan terlebuh dahulu.
" Ya Allah, jika benar kiran anak kandung kita, pasti anggun sangat senang sekali, dan aku ku pun, tidak akan pernah membiarkan orang mencelakainya seperti dulu lagi." gumam pak perabu saat panggilan sudah berakhir. dan menatap kelangit langit ruangannya, dengan kepala yang bersandar di kursi kebesarannya.
" lebih baik aku pulang sekarang, biar bisa melihat hasil tes DNA itu bersama kiran dan anggun nanti." gumamnya lagi setelah melihat jam mahal yang ada ditangannya.
pak perabu bergegas meninggalkan ruangannya, dengan wajah yang kembali menjadi dingin dan datar, dia melangkah dengan gagahnya. melangkah dengan terus mengangguk kan kepala, saat beberapa karyawannya menyapanya.
2 jam kemudian, pak perabu sudah sampai dirumah mewah peninggalan orang tuanya. saat baru saja menuruni mobil ternyata kiran, bu anggun, dan sifa juga baru sampai.
kiran, bu anggun, dan sifa tersenyum melihat pak perabu, dan melangkah kan kaki bersama menuju pak perabu.
" papah. tumben papah sudah pulang jam segini.?" ucap bu anggun, sambil mencium takzim tangan pak perabu, di ikuti dengan kiran dan sifa.
" kata dokter romi, dia akan kesini mah mau kasih hasil tes DNA." kiran yang mendengar jawaban dari pak perabu menjadi berubah sedih, karna mengingat jika hasil tes DNA tidak memiliki kecocokan dengan bu anggun, berarti dia bukan anak kandung mereka.
sedangkan sifa yang juga mendengar jawaban pak perabu, dia kaget, ternyata kiran dan bu anggun belum melakukan tes DNA, karna setahu sifa kiran dan bu anggun sudah melakukan tes DNA dari lama,
sifa melirik ke kiran, benar saja kiran terlihat sedih. sifa pun mencoba menenangkan kiran dengan cara mengelus punggung kiran. kiran sendiri tersenyum setelah menyadari jika sifa mengelus punggungnya.
" ayok kita masuk, kita tunggu DR.romi didalam jangan disini." ucap pak perabu mengajak mereka. mereka hanya mengangguk dan mengekor pak perabu dan bu anggun yang sudah berjalan didepannya.
" aku kira, kamu dan mamah sudah melakukan tes DNA dari lama ran, tapi ternyata belum." ucap sifa sedikit lirih, karna tidak enak jika didengar oleh pak perabu dan bu anggun. kiran tersenyum sebelum menjawab.
" aku juga belum genap seminggu ketemu mamah fa." jawab kiran dengan terus menampilkan senyumnya, karna tidak mau melihat sifa juga ikut bersedih.
" hemm.. terus kalau tes DNA itu tidak menunjukan kecocokan gimana, apa kamu akan pergi dari sini.?" tanya sifa, kiran menggeleng saat mendengar pertanyaan dari sifa.
" nggak. mamah dan papah, akan mengangkat aku sebagai anak mereka, jika hasil tes DNA kita tidak menunjuk kan kecocokan." jawab kiran, sedangkan sifa mengangguk mengerti.
" semoga aja ya ran mereka beneran orang tua kandung kamu." sifa kembali mengelus punggung kiran, sedangkan kiran hanya mengangguk dengan senyumannya.
" mbok, buatin teh hangat, buat kita." ucap bu anggun, saat mereka semua sudah ada disofa ruang tamu, mbok surti sendiri langsung menyambut kedatangan mereka saat pintu baru terbuka.
" mbok, melisa mana.?" tanya kiran, entah apa yang sedang kiran pikirkan, membuat bu anggun dan pak perabu menyerngit heran, sedangkan sifa hanya diam karna tidak tahu siapa melisa, karna sifa belum bertemu dengan sosok orang yang bernama melisa.
" kayanya dia lagi bersih bersih lantai atas non, apa perlu mbok panggil.?." jawab mbok surti dan kiran menggeleng kan kepala.
" terima kasih mbok udah kasih tau, nanti aku temui dia sendiri aja." jawab kiran.
" ya sudah kalau begitu, saya permisi dulu non." setelah mendapat anggukan dari kiran mbok surti langsung melangkah kedapur untuk membuatkan mereka teh hangat.
" kamu mau ngapain cari melisa sayang.?" tanya bu anggun yang penasaran sedari tadi.
" cuma mau ajak dia tukeran Hp aja mah, aku lupa tadi di kampus angkat telpon didepan temen ku, dia jadi curiga sama aku karna melihat Hp yang mamah beliin." jawab kiran sambil mengambil Hp yang bu anggun berikan.
" kamu beliin aja meli Hp baru, terus Hp meli yang dulu kamu pakek." pak perabu ikut menimbrung obrolan mereka, namun bu anggun setuju dengan saran pak perabu. sedangkan sifa hanya bingung tidak mau ikut campur.
" emang boleh pah.?" tanya kiran, sedangkan pak perabu dan bu anggun mengangguk mantap.
" ya udah nanti malam sehabis makan malam, aku mau keluar sama meli. kamu ikut ya fa." jawab kiran, dan mengajak sifa ikut.
" iya nanti aku ikut." jawab sifa yang hanya menurut dengan kiran.
" nanti kalian dianter supir aja, biar kalian aman." bu anggun khawatir jika kiran pergi tanpa pengawasan dari orang pak perabu.
" iya mah, aku juga mau beli Hp aja terus pulang." jawab kiran, bu anggun tersenyum mendengarnya.
" ya sudah aku mau temuin melisa dulu mah, pah di atas." lanjut kiran berpamit untuk menemui melisa yang sedang dilantai atas.
" aku ikut ran, aku juga mau berkenalan dengan dia." sifa menyusul langkah kiran yang sudah berjalan, kiran menghentikan langkahnya, tersenyum menggandeng lengan sifa. bu anggun dan pak perabu tersenyum melihat mereka.
kiran dan sifa melihat melisa yang sedang bersenandung sambil mengepel lantai dengan alat pell ditangannya.
" mel aku mau bicara sama kamu.!" ucap kiran sambil menyentuh bahu melisa dari belakang, membuat melisa terlonjak kaget. karna melisa memakai headset ditelinganya.
" Ya Allah ran, kamu bikin aku kaget aja sih." melisa mengeluas dadanya sambil mengatur nafas, kiran terbahak melihat melisa yang kaget terlihat lucu. sedangkan sifa menyerngit mendengar ART yang bernama melisa itu hanya memanggil nama kiran, tanpa embel embel nona.
" makanya kalau kerja jangan kamu sumpal terus tuh telinga, biar tahu ada orang yang datang."
Bersambung...