Mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya membuat Violetta Margareth seorang anak kecil berumur 4 tahun mengalami traums berat.
Beam selaku ayah daei Violetta membawanya ke sebuah mall, sampai di mall Violetta histeris saat melihat sebuah ikat pinggang karena ia memiliki trauma dengan ikat pinggang. Renata yang saat itu berada di mall yang sama ia menghampiri Violetta dan menenangkannya, ketika Violetta sudah tenang ia tak mau melepaskan tangan Renata.
Penasaran kan apa yang terjadi dengan Violetta? yuk ikuti terus ceritanya jangan lupa dukungannya ya. klik tombol like, komen, subscribe dan vote 🥰💝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tempat persembunyian
Sebelum Renata menelpon Nurul ia memasak terlebih dahulu untuk Violetta sebelum bangundari tidurnya, dengan cekatan Renata memasak makanan favorit Violetta. Setelah dirasa beres semuanya Renata mencuci piring dan juga teflon bekas memasaknya, dia naik ke lantai atas memeriksa apakah Violetta sudah bangun atau tidaknya.
Ceklek.
"Sepertinya dia kelelahan setelah lama menangis." gumam Renata.
Dilihatnya Violetta masih tertidur pulas, akhirnya Renata kembali menutup pintunya ia merogoh saku celananya mengambil hp lalu menghubungi Nurul.
Tuutt..Tutt..Tutt..
"Hallo." ucap Renata.
"Hallo Ren, loe kemana aja sih semenjak pindah gak ngabarin lagi." prites Nurul.
"Nur dengerin gue, gue mau ngomong sama bokap loe tolong kasih telonnya ke dia." ucap Renata.
"Ada apa emangnya? Apa loe ada masalah?" tanya Nurul.
"Nanti gue jelasin, sekarang loe kasih telponnya sama bokap loe soalnya ini penting." ucap Renata.
"Oh Oke, oke." ucap Nurul.
"Hallo Ren, ada apa? Tadi kata Nurul kamu mau ngomong sama om, mau ngomong apa?" tanya Rizal.
"Om majikanku memintaku menyembunyikan anaknya dari beberapa orang yang berniat jahat pada mereka, dia percayakan anaknya padaku. Aku minta bantuan om untuk mencarikan aku tempat tinggal yang jauh dari kota, untuk sementara waktu aku harus membantu anak yang aku asuh sembuh dari mentalnya terlebih dahulu setelah situasi kondusif katanya majikanku bakal jemput kami." jelas Renata.
"Sepertinya kalian akan aman kalau sembunyi di kampung yang terletak di desa terpencil yang pernah om kunjungi, disana ada orangtua temen om dan untuk pergi kesana harus jalan kaki gak bisa dilalui oleh kendaraan." ucap Rizal.
"Baik om, kalau begitu aku coba bicarain sama majikanku, nanti untuk lebih jelasnya aku akan hubungi om lagi." ucap Renata.
"Oke, om tunggu kabar selanjutnya ya Ren." ucap Rizal.
"Oke, aku tutup telponnya ya om." ucap Renata.
Tuut..
Renata menutup teleponnya, dia segera turun ke bawah mencari Bram. Renata mengedarkan pandangannya mencari sosok Bram, sebuah kebetulan Bram baru saja keluar dari ruang kerjanya dan langsung saja Renata menghampirinya.
"Tuan." panggil Renata.
"Ada apa Renata? Apa kau sudah menemukan tempatnya?" tanya Bram.
"Om Rizal bilang ada satu kampung di desa terpencil dan untuk lebih jelasnya lebih baik kita bicara secara langsung dengannya," jawab Renata.
"Baiklah, bilang padanya kalau aku akan menemuinya malam ini." ucap Bram.
"Baik tuan." ucap Renata.
Bram melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Renata, sedangkan Renata ia pergi ke kamarnya membersihkan tubuhnya sebelum Violetta terbangun dari tidurnya.
Euungghh..
Violetta melenguh kemudian menguap sambil menggarukkan kepalanya, ia membuka matanya dan mendudukkan tubuhnya mencari Renata.
"Tatak mana yah?" gumam Violetta.
Violetta turun dari kasurnya hendak mencari Renata, namun Bram masuk kedalam kamarnya mambuat Violetta mengurungkan niatnya.
"Ehh, anak daddy sudah bangun," ucap Bram.
"Tatak mana dad?" tanya Violetta.
"Kamu ini, sejak ada Renata yang ditanyain kakaaaakk terus sampai daddy nya gak pernah ditanyain." ucap Bram pura-pura ngambek.
"Hihihi.. Solly daddy, habisnya daddy kan suka kelja jadi Vio nyalinya tatak." ucap Violetta cengengesan.
"Gatau ah, pokoknya daddy nganmbek sama Vio." ucap Bram melipat kedua tangannya sambil menggembungkan pipinya.
"Olang tua kok ngambek, pipinya tuh sampe kaya ikan nyonya puff hihi." ucap Violetta.
"Hah? Kok nyonya puff sih? awas kamu ya." ucap Bram.
Bram mengangkat tubuh Violetta sampai melayang diatas, dia berputar sampai Violetta tertawa dengan riangnya.
"Daddy..Setop hahahhaa." ucap Violetta terbahak.
Bram menghentikan aksinya, tak sampai disitu dia menurunkan Violetta diatas tempat tidurnya kemudian ia menggelitiki perut Violetta sampai tertawa cekikikan.
"Hihihihi...Daddy geli, pppfffttt hahhahaha." tawa Violetta lepas.
'Daddy pasti merindukanmu Vio, tidak ada jalan lain lagi semoga saja kau mengerti sayang' batin Bram.
Violetta terlihat sudah kelelahan tertawa, Bram menghentikan aksi menggelitiki Vio. Violetta mengusap sudut matanya yang mengeluarkan airmata akibat terus tertawa, Bram memeluknya dari samping dan mengecupi rambutnya dengan sayangnya.
Tok..Tok..Tok..
"Masuk." sahut Bram dari dalam.
Ceklek.
Renata masuk kedalam kamar Violetta, dilihatnya Violetta sudah terbangun dari tidurnya.
"Vio sayang, ayo mandi dulu nak." ucap Renata.
"Ayo tatak, disini bahaya ada daddy." ucap Violetta.
"Emangnya daddy ngapain Vio hem?" tanya Renata.
"Vio dibawa melayang, terus Vio digelitil cama daddy." jawab Violetta.
"Ngadu aja nih anak daddy, Mau di geliti lagi hem?" ucap Bram.
"Cetop! Ndak mau geli." ucap Violetta.
"Yaudah, yuk mandi." ajak Renata.
Renata menggendong tubuh Violetta, Bram memperhatikan semua yang dilakukan oleh Renata.
"Bapaknya gak dimandiin juga? Biar sekalian gitu." goda Bram.
"Enggak, saya digaji buat ngurusin anaknya bukan bapaknya." jawab Renata.
"gapapa nanti tinggal jadi double aja gajinya, gampang itu mah." ucap Bram.
"Ngarep!" sewot Renata.
Bram terkekeh melihat reaksi Renata, ia sangat suka sekali menggoda Renata yang menurutnya sangat lucu. Renata membawa Violetta ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, Violetta anaknya mudah diatur dan penurut jadi tidak membuat repot Renata.
"Sudah selesai." ucap Renata.
Renata melilitkan handuk ditubuh Violetta, dia membawanya keluar dari kamar mandi yang ternyata masih ada Bram di kamar Violetta sedang duduk di tepi ranjang. Dia mendudukkan Violetta di atas kasur yang tak jauh dari Bram, sedangkan Renata mengambil pakaian untuk Violetta.
"Daddy kelual dulu, Vio mau ganti baju nanti malu." ucap Violetta.
"Kenapa malu sih kan Vio masih kecil? Lagian kan waktu Vio masih bayi sampai Vio bisa jalan daddy yang suka pakein baju?" heran Bram.
"Vio sudah besal daddy." jawab Violetta.
"Ohh daddy lupa, Vio udah besar ya sekarang?" ucap Bram.
Violetta menganggukkan kepalanya, Bram menyunggingkan senyumnya melihat perubahan Violetta yang terbilang sangat signifikan.
"Oke, daddy tunggu dibawah ya biar kita makan bareng." ucap Bram.
"Iya daddy." ucap Violetta.
Bram melangkahkan kakinya keluar dari kamar Violetta, setelah dipastikan ayahnya euar dari kamarnya Violetta membuka handuknya.
"Vio." panggil Bram melongokkan kepalanya.
"Aaarrghh.. DADDY." teriak Violetta menutupi kembali tubuhnya.
"Upss, sorry." ucap Bram langsung menutup kembali pintunya.
Violetta menggembungkan pipinya, alisnya saling bertaut membuat Renata terkekeh melihatnya. Violetta turun dari kasurnya kearah pintu, ia mengunci pintunya agar Bram tidak bisa masuk lagi ke kamarnya.
"Haha, kamu lucu sekali Vio." gemas Renata.
"Daddy jail tatak, masa daddy mau ingtip Vio?" gerutu Violetta.
"Eitts, jangan cemberut gitu dong daddy Vio gak bermaksud ngintip Vio kok, tadi dia cuman mau manggil Vio aja." bujuk Renata.
"Vio tuh udah besal tatak, malu kalau ganti baju di depan daddy." ucap Violetta.
"Aduhh pinter sekali, anak siapa sih ini? Boleh cubit pipinya gak sih? Gemes banget." ucap Renata gemas sendiri.
"Vio anaknya Blamasta." ucap Violetta.
Renata terkekeh mendengar jawaban Violetta, tak bisa dipungkiri kalau Violetta benar-benar anak yang pintar. Renata tak habis pikir anak sebaik dan juga sepintar Violetta di sia-siakan oleh ibunya sendiri, padahal Violetta anaknya penurut meskipun dalam kondisi mental yang masih harus mendapat penanganan Violetta tetap menuruti apapun yang Renata perintahkan selagi ia bicara dengan lembut.
Dilantai bawah Bram menelpon Yandi, dia meminta Yandi untuk datang ke rumahnya membawa laporan kantor dan juga membicarakan rencana yang akan dibuatnya.
"Aku ingin tahu, sejauh mana kalian melangkah melawanku." gumam Bram.
Bram mendengar celotehan Violetta dari arah tangga, dia segera mematikan ponselnya dan menyimpannya diatas meja. Violetta masih kesal kepada ayahnya, dia memalingkan wajahnya dari Bram.
"Kok gak mau lihat dadsy sih Vio?" tanya Bram.
"Vio kesal sama daddy, habisnya tadi daddy ngingtip Vio." jawab Violetta.
"Yaudah, maafin daddy ya Vio sayang yang manis imu, cantik dan baik hati." ucap Bram meminta maaf pada Vio.
"Awas jangan diulangi ya?" ancam Violetta.
"Iya sayangku, my princess." jawab Bram.
Renata mendudukkan tubuh Violetta diatas kursi, ia mengambil nasi beserta lauknya yang sudah ia masak sebelum Violetta bangun. Bik Marni juga ikut meletakkan lauk pauk untuk Bram, setelah semuanya siap Renat menyendokkan nasi dan juga lauknya untuk Violetta.
"Kalian makanlah disini, temani aku makan lagian ini masakannya juga banyak." ucap Bram pada Renata dan juga bik Marni.
"Gak usah den, bibik di belakang aja." ucap bik Marni.
"Aku juga mau di belakang aja bareng bibik." tambah Renata.
"Gapapa, ajak juga pelayan lainnya untuk bergabung disini karena sudah lama aku selalu makan sendirian akdang Vio juga udah lebih dulu makannya, aku ingin merasakan ramainya makan bersama." ucap Bram.
Selama ini Bram selalu merasa kesepian karena memang orangtuanya sudah tiada, ia pun sudah bercerai dengan istrinya jadi meskipun ia bergelimang harta bahkan tinggal di rumah mewah tetap saja hidupnya terasa sepi karena ia hanya berdua saja dengan Violetta. Bik Marni langsung memanggil pelayan lainnya untuk bergabung di meja makan bersama Bram, akhirnya meja makan ramai dengan dentingan sendok dan garpu yang saling beradu ditambah celotehan yang terlontar dari mulut kecil Violetta.
Renata melihat kearah Bram, disana terlihat raut wajah sedih yang terpancar di dalam senyum samarnya. Rasa iba pun muncul dihati Renata, ia bisa merasakan bagaimana sedihnya Bram dan hancurnya Bram saat itu. Renata mendengar sepenggal cerita dari bik Marni yang ternyata selain menyiksa Violetta mantan istrinya juga berselingkuh, dia jadi teringat bagaimana tersiksanya ibunya saat mengetahui perselingkuhan ayahnya sampai ia melakukan hal yang diluar nalar dengan membunuh dirinya sendiri.