Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Bumil punya proyek.
"Saya ada kejutan buat kamu." Kata Bang Ribas.
Tak lama ada suara ketukan pintu. Bang Ribas pun segera berdiri dan membuka pintu tersebut. Niken yang penasaran segera mengikutinya di belakang.
"Daraaaaa....!!!!!!!!"
"Nikeeeenn....!!!!!!!!"
Pekik Niken dan Dara secara bersamaan, mereka pun saling melompat dan berpelukan berputar-putar. Terang saja Bang Ribas dan Bang Arre kalang kabut di buatnya.
"Gustiiiiiii.. Jangan lompat, dek..!!!!" Bang Arre segera menarik Dara ke dalam pelukannya.
Bang Ribas pun ikut menarik lengan Niken. "Eling ndhuk, eling..!!! Ada Si Raden di perut..!!!!!!"
:
Bang Arre merokok untuk menenangkan diri sedangkan Bang Ribas sedari tadi hanya gelisah memegang kuat kotak rokoknya sambil memperhatikan Niken dan Dara yang sedang asyik di dapur rumah Bang Ribas.
"Kalian mau buat apa?? Kenapa panci satu lemari turun semua???" Tegur Bang Ribas melihat Niken menurunkan banyak perabotan dari kitchen set.
"Mau buat telur orak arik, Mas." Jawab Niken namun tangannya masih sibuk
"Mau buat satu telur saja repotnya seperti mau buat hajatan satu kecamatan." Kata Bang Ribas.
Niken berhenti mencari kemudian diam dan mengalihkan pandangan menatap Bang Ribas.
Seketika Bang Ribas dan Bang Arre salah tingkah. Secepatnya Bang Ribas menyulut rokoknya sedangkan Bang Arre mengambil ponsel seakan memantau info ponselnya.
Melihat semuanya aman, Niken kembali sibuk dengan perabotannya.
"Nyalimu besar juga ganggu bumil." Bisik Bang Arre.
"Saya nggak ganggu, Bang. Hanya cemas saja dengan tingkah mereka. Entah apa yang akan mereka kerjakan." Jawab Bang Ribas tak kalah lirih.
"Apapun yang mereka kerjakan, lebih baik kau diam dan melihat saja. Jika di rasa akan ada bahaya, baru kita turun tangan." Kata Bang Arre memberikan arahannya.
"Apalagi yang dirasa-rasa, Bang. Baru di lihat saja sudah terlihat kalau apa yang mereka pegang selalu jadi malapetaka. Saya akui Dara lebih diam, tapi istriku Bang.. Saya juga bukan kenal Niken satu atau dua hari." Gerutu Bang Ribas tapi matanya masih terus mengawasi Niken dan Dara.
"Amaan.. amaaann. Mereka sedang hamil, tenaga mereka tipis, Baasss..!!!" Ujar Bang Arre menenangkan adiknya. "Slow man.. sloowww..!!!!"
Bang Ribas pun membuang nafas berusaha berpikiran positif mengikuti arahan Abang kandungnya.
Baru saja berkedip tapi Dara dan Niken sudah raib dari depan mata. Refleks Bang Ribas beranjak dari duduknya tapi Bang Arre melarangnya.
Belum juga Bang Ribas sempat duduk, terdengar suara ledakan dari arah belakang rumah.
duuuaaarrr...
"Ndhuuuukk..!!!!!" Bang Ribas kaget sampai melompati meja ruang tamu dan berlari ke arah belakang rumah.
"Daraaaaaaa..!!!!" Bang Arre yang tak kalah panik segera menyusul.
Betapa kagetnya Bang Ribas dan Bang Arre melihat para istri sudah terpelanting jauh dan memercing kesakitan.
"Astaghfirullah..!! Ya Allah..!!!!" Bang Arre memeluk Dara yang masih membawa tumpukan daun singkong.
"Lailaha illallah.. Ndhuuuukk..!!!!!" Bang Ribas mengangkat dan menepikan Niken yang sudah terjungkal masuk ke semak-semak dan tertimpa buah semangka.
Bang Ribas dan Bang Arre sungguh kelabakan melihat keadaan Niken dan Dara.
"Inilah Bang, Inilah kenapa saya selalu cemas. Mereka ini sudah seperti kabel korslet, nggak bisa di satukan." Ucap Bang Ribas penuh emosi melihat luka gores disana sini.
"Sebenarnya kalian berdua ini mau apa???? Kalau begini caranya, sebelum kalian berulah.. bojo-bojomu iki sudah jantungan." Suara Bang Arre mendadak meninggi. Kepalanya tiba-tiba ikut memanas.
"Mau buat apa???" Bentak Bang Ribas. Denyut nadinya terasa berdesir kencang seakan pembuluh darahnya bocor.
Nada suara Bang Ribas memang meninggi tapi perhatiannya tetap sabar dan telaten dalam mengurus Niken bahkan dengan lembut Bang Ribas membersihkan pakaian Niken yang kotor.
"Mau masak di kebun, Dara sama Niken nggak enak makan jadi kami mau masak dan makan di luar." Niken mulai menangis sesenggukan karena bentakan suaminya.
"Makanya kalau di tanya tuh bilang. Jangan bingkai matanya aja yang melirik. Coba tadi bilang, nggak mungkin kompor portable nya meledak. Kamu pasti salah pasang." Kata Bang Ribas.
"Entahlah. Apa kalian berdua langsung bisulan kalau sehari saja tidak merangkai perkara?????" Tegur Bang Arre dan akhirnya Dara ikut menangis.
Melihat Niken dan Dara menangis jelas seketika perasaan para suami ikut melemah. Jika di medan pertempuran mereka sanggup menghadapi segala tantangan dan rintangan namun soal istri, mereka sungguh angkat tangan.
"Wes.. uweess..!! Jangan nangis lagi. Tadi mau masak apa?? Biar saya yang masak." Kata Bang Ribas.
"Kamu duduk saja, Abang yang bereskan..!!" Bang Arre pun ikut melemah.
"Niken pengen masak sendiri." Ujar Niken pelan.
"Tapiii.. kompornya sudah meledak." Dara tak kalah sedihnya.
Niken dan Dara duduk karena mungkin bagi mereka kini semuanya sudah berakhir. Inginnya untuk makan bersama akhirnya tidak tersampaikan.
"Ini lagi. Ngidam model apa lagii????" Bang Ribas mengusap wajahnya namun kemudian mengedarkan pandangan matanya menyisir keadaan sekitar.
Sesaat kemudian Bang Ribas mengecup puncak kepala Niken dan segera bergerak. "Ayo Bang..!!" Ajak Bang Ribas.
.
.
.
.
petinggi ma anak buah jg tenang
😂😂