Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Takjub
Setelah menyelesaikan urusan mereka dikantor polisi, Wilona pun langsung mengajak Rangga untuk menemui Ferdinand yang tidak adalah papahnya.
" Pakaianku terlihat compang camping seperti ini, aku mau pulang dulu, untuk menganti pakaian. " Ucap Rangga yang kurang setuju dirinya langsung disuruh menemui papahnya Wilona.
" Soal itu tidak perlu khawatir, habis ini bagaimana kalau kita mampir ke butik? " Wilona bertanya, dia tidak ingin menunda nunda waktu lagi untuk memperkenalkan Rangga pada papahnya itu.
" Tapi apa tidak besok saja, kamu tega sekali aku habis kecelakaan, WIlona! " Rangga masih kurang setuju dengan ajakan Wilona itu.
" Harus sekarang Rangga, please... lagi pula kamu juga tidak kenapa kenapa ini. " Ucap Wilona sedikit memasang muka melas, Rangga memutar bola matanya.
" Baiklah. Sepertinya kamu tahu kelemahanku Wilona, aku paling tidak tega ketika seorang wanita memasang muka sedih didepanku. " Akhirnya Rangga pun menyetujui ajakan Wilona.
Keduanya langsung menuju butik mengunakan taksi online, karena Wilona menyuruh supir untuk langsung membawa mobilnya ke bengkel, termasuk mengurus motor Rangga yang sedikit ringsek itu.
" Rangga, kamu pilih saja pakaian mana yang kamu suka, aku tunggu disini. " Ucap Wilona ketika mereka sudah berada didalam butik. Rangga hanya mengangguk lalu segera memilih pakaian dan celana.
Banyak pasang mata yang mengarah ke Rangga, bukan karena wajahnya yang tampan, tapi kondisi pakaian yang dikenakan oleh Rangga terdapat banyak robekan, tentunya hal itu mengundang perhatian banyak orang.
Tidak memakan waktu lama Rangga langsung memilih kaos berwarna putih dan celana baggy pants, kemudian langsung menuju ruang ganti, tak lama kemudian dia pun sudah mengenakan pakaian barunya, kaos yang tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar, sangat pas ditubuhnya begitu juga celana yang dipilihnya. Lalu kembali menghampiri Wilona.
Saat Rangga sudah dihadapan Wilona, seketika itu juga dia mendongakan kepalanya yang tengah asyik memainkan telepon genggam miliknya. Wilona memandang dari bagian perut sampai kewajah Rangga, cetakan mirip roti sobek tergambar jelas dibalik kaos yang tertepa pendingin udara dari standing AC, membuat mata Wilona mengarah tak berkedip. begitu juga saat menatap dada kekar dan bidang milik pria yang baru dikenalnya.
Glup! Wilona menelan ludahnya
" Sangat sexy. " Tanpa sadar Wilona menggumam, pastinya Rangga mendengar hal itu.
" Heii, aku sudah beres, aku mau ke kasir dulu. " Rangga lambaikan tangannya di depan wajah Wilona.
" E-ee bentar bentar, ini semua aku yang bayar oke. " Ucapnya seraya bangkit dan ikut melangkah menuju kasir.
Mendengar hal itu Rangga sedikit menurunkan rahangnya. Mana ada sejarahnya seorang laki laki dibayarkan oleh seorang perempuan, pikir Agra.
" Kenapa harus kamu yang bayar? " Rangga sedikit protes
" Udah jangan protes, sekarang kamu itu body guard aku, jadi jangan bantah oke!. " Ujar Wilona seraya menarik tangan Rangga menuju kasir. Setelah didepan kasir Wilona mengeluarkan black card miliknya
Rangga sedikit terkejut, sepertinya gadis yang saat ini bersamaku, itu bukan gadis sembarangan, pastinya kekayaan orang tuanya 10 kali lipat dari yang dipunya oleh orang tuaku, bahkan bisa jadi lebih dari itu. pikir Rangga.
Disamping dia melihat mobil yang dikendarai oleh supir pribadinya itu berjenis mobil mewah, Bentley Bacalar dan itu produksinya hanya 12 unit saja.
" Hei! " Kali ini Wilona yang melambaikan tangannya didepan wajah Rangga.
" O-oh iya.. " Rangga sedikit terkejut.
" Kenapa sekarang jadi kamu yang bengong? "
" Nggak, nggak apa apa, jadi sekarang langsung nemuin papah kamu? " Rangga tiba tiba saja merasa kurang percaya diri. Dirinya menyadari telah merasa jatuh cinta pada gadis itu.
" Iya, kita jalan sekarang. " Wilona langsung menarik lengan Rangga, lalu menggandengnya, seperti layaknya sepasang kekasih, Rangga hanya membiarkan hal itu, tanpa mampu menepisnya.
Setelah sampai dilobby gedung FF sigaret mereka berdua turun dari taksi online, setelah tahu siapa yang turun dari taksi itu, semua security yang sedang berjaga diarea lobby langsung memberi hormat.
Rangga berusaha bersikap elegan, bagaimana pun Rangga sendiri bukan dari kalangan bawah, jadi tahu bagaimana harus bersikap. Kali ini Wilona tidak menggandeng tangan Rangga lagi, bukan karena dirinya malu atau tidak mau, Wilona hanya menjaga sikapnya saja, walau bagaimana pun dia harus terlihat biasa ketika pertama kali membawa seorang laki laki ke gedung papahnya, mungkin jika sudah resmi atau semua gedung tahu kalau Rangga adalah kekasihnya, itu lain hal lagi.
Setelah di depan sebuah ruangan, Wilona menekan knop pintu dan mendorongnya.
" Hei pah! " Wilona langsung menyapa papahnya yang saat itu menghadap kearah jendela, begitu mendengar suara putrinya, Ferdinand langsung memutar kursinya. Sedikit terkejut karena disamping Wilona sudah ada seorang pemuda, Ferdinand pria yang kini berada disamping Putrinya terlihat sangat tampan. tak lama kemudian menyambut putri kesayangannya itu dengan wajah senang.
" Hei anak papah, loh kamu tumben ke tempat papah lagi? " Tanya Ferdinand matanya sesekali melirik kearah Rangga, saat mengetahui papahnya Wilona melirik kearahnya, Rangga melemparkan senyum ramah. Tapi senyum itu masih tak direspon oleh Ferdinand.
" Nih pah, sesuai janji Wilona ke papah, Wilona bawa calon b-o-d-y guard. " Wilona berujar sedikit mengeja ucapannya itu.
" Oh iya! cepet sekali janjinya kan 5 hari, terus kamu yakin dia adalah laki laki kuat? " Mata Ferdinand sempat melirik kearah rangga, lalu kembali fokus menatap putri kesayanganya itu.
" Biarlah pah, lebih cepat bukan itu lebih baik? Yakin pah dia adalah seorang laki laki yang kuat, jadi begini ceritanya... "
Lalu Wilona pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi tadi sepulangnya dari tempat papahnya, sedikit terkejut saat mendengarkan cerita dari wilona, tapi tidak ada ekspresi marah terpancar diwajah Ferdinand, baginya mobil penyok itu bukan persoalan besar, yang terpenting adalah anaknya bisa selamat.
Saat dibagian Wilona menceritakan kalau Rangga tidak terluka sama sekali hanya sebagian pakaian yang dikenakannya robek akibat dari terpental lalu jatuh dan sempat terseret, alis Ferdinand terlihat mengangkat, seperti sedang berpikir secara logika menurutnya.
" Baiklah, tapi bagaimana pun papah belum percaya kalau papah belum lihat secara langsung. apa dia benar benar seorang pria yang kuat atau bisa diandalkan untuk melindungi putri kesayangan papah. " Kemudian setelah berkata seperti itu, Ferdinand mengangkat gagang telepon.
" Papah mau ngapain!? " Tanya Wilona, dirinya tahu apa yang akan papahnya lakukan.
Ferdinand hanya menempelkan jari telunjuk dimulutnya, kemudian kembali menekan dial telepon.
" Ajak samba dan anak buahnya ketempat saya. " Ucapan itu terdengar bukan hanya ditelinga Wilona yang jaraknya dekat dengan Ferdinand, tapi Rangga yang masih berdiri tegap mendengar ucapan itu.
Seperti ada yang mau mengujiku, batin Rangga, dia pun lalu memposisikan siap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi.
Tak lama kemudian pintu ruangan Ferdinand pun terbuka, dengan bergerak cepat 10 orang berbadan tegap dan besar sudah mengelilingi Rangga.
" Pah! " Wilona berusaha menghentikan aksi papahnya itu.
" Kamu tenang saja sayang, dia tidak akan papah buat patah tulang, hanya sedikit mengujinya apa dia seorang laki laki yang kuat seperti yang kamu ceritakan tadi, yang pantas mendampingi kamu kemana saja. " Ucap Ferdinand, setelah itu dia menepuk tangan satu kali, sebagai isyarat untuk menyerang Rangga.
Ruangan Ferdinand memang di design sangat luas, karena satu lantai gedung itu dikhususkan untuk dirinya, jadi sedikit cukup untuk sebuah perkelahian dengan jumlah 11 orang.
" Hiaaaa...!! " 10 orang berbadan besar itu mulai menyerang kearah Rangga.
" Anala menyibak sari atma, menyeruak masuk dengan lembut, namun mampu mencakar nadi. Bahkan tak jarang jiwa pun melayang, oh buana ini sangat kejam didiami makhluk berangkara, aku menangis darah ditepian kesombonganmu!! Namun engkau diam seperti tuli. Ampunin aku wahai duri, yang memaksa lepas dan menusuk, aku bukan membangunkan engkau yang tertidur, tapi ada dera yang tak hentinya mengungkung jiwaku.. "
Rangga pun dengan cepat melantunkan kidung syair, seiring syair dilantunkan saat itu juga semua yang ingin menyerang dirinya memegang telinga mereka masing masing, kidung syair yang terdengar oleh mereka seperti memiliki kekuatan 150 dB yang tak hanya satu kali berbunyi saja melainkan sepanjang syair itu dikidungkan, bisa dibayangkan bagaimana kondisi telinga mereka.
" Aarrgghhh..!! tolong hentikan, telingaku rasanya mau pecah... !! "
" Hentikan...!! Aaarggh sakit sekali ini! "
Semua yang berniat menyerang Rangga meraung kesakitan, hanya Ferdinand dan Wilona yang tidak merasakan sakit seperti mereka, Ferdinand yang menyaksikan itu tentu sangat terkejut sekali, sekaligus merasa takjub dengan kehebatan pria yang sempat dielu elu kan oleh putrinya tadi.
Sampai diantara mereka ada yang telinganya mengeluarkan darah yang cukup kental. Dan raungan terus saja terdengar dari mulut mereka.
" Sudah cukup, kamu sudah lulus dari ujian dariku. " Ucap Ferdinand menyuruh Rangga untuk berhenti menyuarakan kidungnya itu.
Rangga pun menghentikan menyuarakan kidung syairnya, sejurus dengan itu semua ke 10 orang berbadan tegap ambruk dilantai seketika.
Ferdinand lalu menghampiri Rangga, setelah berada dihadapan dirinya, Ferdinand mengulurkan tangannya mengajak Rangga bersalaman, ada raut sumringah terpancar diwajah Ferdinand, dirinya telah menemukan orang yang sangat kuat untuk menjaga putri kesayangannya itu.
" Nama kamu siapa? " Tanya Ferdinand, tangannya masih menempela ditangan Rangga.
," Aku Rangga pak! " Rangga pun menjabat tangan Ferdinand.
" Ooh, kamu jangan panggil saya pak lagi, mulai sekarang kamu panggil saya dengan sebutan papah, seperti Wilona memanggil papahnya. "
" Iya pak, eee pah! " Seperti mimpi saja Rangga bisa berada di situasi seperti ini.
" Nah, lalu bagaimana dengan orang orangku itu, apa mereka bisa disembuhkan? "
" Setiap racun pasti ada penawarannya, begitu juga dengan hal ini, saya sudah memiliki penawarannya untuk bisa memulihkan mereka seperti semula, sebelumnya saya mohon maaf pak, eee pah. Kalau saya terkesan sombong dan pamer. " Ucapan Rangga masih terlihat kaku saat memanggil Ferdinand dengan sebutan pah. Ucapan berusaha untuk merendah di hadapan Ferdinand, karena Rangga sama sekali tidak memiliki sifat sombong selain pada musuhnya.
" Oh tidak sama sekali Rangga, karena papah memang ingin mengetahui kehebatanmu, Kalau begitu tolong pulihkan mereka kembali. " Ferdinand mulai merasa tertarik pada Rangga, selain punya kekuatan Rangga punya rasa rendah hati alias tidak sombong. Dia sangat suka dengan pemuda seperti itu.
" Iya pah, sebelumnya papah bisa kembali ketempat papah ya. " Ucap Rangga bernada sopan. Tidak lepas dengan gesture tubuh sedikit membungkuk.
Setelah Ferdinand kembali ketempat duduknya, Rangga kembali menyerukan kidung syairnya, kali ini yang di serukan adalah kidung pemulihan. Semua ilmu yang kakek misterius itu berikan secara spontan Rangga sudah bisa menguasainya.
" Aku tarik kembali atma itu, tak ada lagi dera mau pun itu derita, semua rasa benawat menjadi candala, semua kembali pada nirmala, hijau daun adalah obat duka atau rasa perih itu adalah seni diantara luka. "
Seiring Rangga menyuarakan kidung syair , semua perlahan berangsur pulih, darah yang keluar dari telinga, seperti tersedot kembali, ke 10 orang berbadan besar kemudian berdiri dan merasakan kembali normal seperti tadi. Rangga sendiri terlihat terkejut dengan apa yang dia bisa lakukan, karena hal ini baru pertama kalinya.
Kemudian 10 orang itu langsung membungkuk dihadapan Rangga, memberi sebuah penghormatan yang luar biasa, merasa takjub akan kekuatan yang dimiliki oleh Rangga.
" Kalian sudah bisa kembali ke tempat masing masing!! " perintah Ferdinand ke 10 anak buahnya itu.
Setelah 10 orang itu keluar dari ruangan Ferdinand, wilona dengan cepat menghampiri Rangga. Setelah berada didekat Rangga, langsung meraih tangan Rangga. Lalu mengatakan sesuatu pada Rangga.
" Bisa kamu membuatkan aku syair? " Mata indah Wilona mengerjap ngerjap sedikit menengadah karena Rangga cukup tinggi darinya, seraya tangan masih memegang erat tangan Rangga, seperti tidak ada lagi rasa sungkan.
Rangga mendengar hal itu, kemudian menyipitkan matanya yang memang sudah terlihat sipit.