Malika Anggraini 19 th yang di paksa menikah oleh keluarga angkatnya dengan laki laki cacat yang duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan.
Demi membalas budi keluarga angkatnya dan juga ingin keluar dari rumah yang seperti neraka bagi Malika, dia menyetujui permintaan Ibu angkatnya, berharap setelah keluar dari rumah Keluarga angkatnya Malika bisa mendapatkan kehidupan bahagia.
Bagaimana kisah Malika, yukkk.... ikuti cerita selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Malika mengikuti pelajaran hari dengan lancar tidak banyak drama atau apa pun, sampai mata kuliah habis Malika gegas untuk pulang.
"Loh... Kok buru buru bangat Ka, ngak main dulu?" tanya Fani yang duduk di belakang Malika.
"Ngak Fan, gw mau ke suatu tempat dulu" ujar Malika sambil merapikan buku bukunya.
"Yah... Padahal mau ajak nongkrong tau" ujar Fani sedikit kecewa.
"Hehehe... Gw ngak bisa, ada yang nunggu gw di rumah" ujar Malika nyengir, walau dia punya teman baru tidak mungkin juga dia melupakan sang suami yang berada di rumah seorang diri, dia takut suaminya itu butuh apa apa tidak bisa melakukannya sendiri.
"Iya... Lain mah, sama yang sudah menikah, jadi pulang kuliah lansung pulang" kekeh Intan.
"Mau bagaiman lagi, sudah resiko nya, ya udah nikmatin aja" kekeh Malika.
"Duluan ya..." ujar Malika meninggalkan kelasnya.
"Mang, anter ke pasar dulu ya?!" ujar Malika Ke mang Karyo.
"Siap Nya..." ucap Mang Karyo melajukan mobilnya ke pasar tradisional yang tidak jauh dari kampus tersebut.
Sementara di apartemen Refandi ke dagangan ke dua temannya Sandi dan Riko.
"Gimana...?" tanya Refandi.
"Males gw klau ngak lu yang atasannya, abang lu itu ngak cocok memimpin perusahaan, gw takutnya bangkrut itu perusahaan sama abang lu, mana bini nya songong lagi, minta uang melulu" keluh Sandi.
"Biarin aja, apa maunya, tapi tetap lu pantau, sampai perusahaan kolep ambil alih semua atas nama gw, gw akan mengambil perusahaan itu, ngak rela gw perusahaan peninggalan kakek itu jatuh ketabahan orang lain" ujar Refandi sendu.
"Sabar bro, kami akan berusaha semampu kami, dan akan pantau semuanya" Ucap Tomi menepuk bahu Refandi dan di anggukin oleh Sandi.
"Sworoom mobil sama bengkel jangan sampai kalian cek ya, sementara waktu gw akan pantau dari sini aja" ujar Refandi.
"Siap..." kompak ke dua sahabatnya itu.
"Ngomong ngomong giman istri lu?" tanya Sandi.
"Dia baik banget, tulus, dia merawat gw dengan baik, tapi polos banget" kekeh Refandi dan juga terharu.
"Maksudnya?" ujar Tomi.
"Dia merawat gw, dari hal kecil sampai besar dan dia yang masak makanan, dan ngak mau di kasih pembantu, tadi gw ganti hpnya yang sudah tak layak pakai aja....." mengalir lah cerita Refandi tentang sang istri kepada ke dua temannya itu.
"Semoga hubungan lu sama dia langgeng, jangan ada kata orang ke tiga" ujar Sandi dengan tulus.
"Aamiin... Gw juga mau nya begitu, gw ingin sembuh biar dia bahagia" ujar Refandi yang terlihat lebih bersemangat.
"Harus dong, takutnya lu lama di dalam rumah, bisa di gondol kucing garong istri cantik lu" canda Tomi.
"Amit amit, jangan sampai gw kehilangan dia, ngak ada yang tulus se tulus dia mencintai gw, terlepas dari pernikahan yang di paksa oleh orang gua gw dan orang tua angkat dia, tapi dia menjalankan dengan sebagaimana perannya seorang istri" ujar Refandi.
"Hmmm.... Benar itu, bisa saja kan dia minta lu di urus perawat dan bilang dia sibuk kuliah atau ini itu lah, tapi dia memilih mengurus lu seorang diri, dan mijitin kaki lu tanpa paksaan" ujar Tomi.
"Apa masih ada perasaan lu buat mantan lu itu bro?" tanya Sandi penasaran.
Refandi menggelengkan kepalanya.
"Ngak ada, sudah gw buang jauh jauh rasa itu, sebelum istri gw ada, buat apa mengingat yng sudah pergi, tau gw cacat bukan memberi semangat malah pergi kesana kemari, banyak alasan di suruh nungguin gw, sampai dia nolak gw, ngak mau punya suami lumpuh, ya sudah buat apa gw harus meraung nyatanayankan gw emang cacat mau apa lagi" ujar Refandi.
"Tapi lu sekarang dapat istri yang jauh lebih cantik dan lebih muda dari dia, dan lebih tulus tanpa memandang fisik dan harta lu" ujar Tomi.
"Hm... Benar" ujar Refandi dengan senyum mengembang membayangkan istri kecilnya.
"Ngak usah senyum senyum gitu, geli gw" ujar Sandi bergidik ngeri.
"Kangen gw sama bini gw, udah pulang belum ya dia" ujar Refandi sumringah
"BUCIN...!!" Seru ke dua temanya dengan kompak.
Bersambung....