Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#14
Nico menatap Aga. "Masih belum ingin memberitahu kak Mahen?" Tanya Nico. "Ini sudah 2 hari Keyla belum sadarkan diri. Dan aku rasa kak Mahen berhak tahu kondisi Keyla.
Ponsel Keyla kembali berdering. Lama Aga bergulat dengan pikirannya sampai ponsel Keyla berhenti berdering.
Aga menghela nafasnya. "Aku tidak bisa mengingkari janjiku. Kita tunggu sampai Keyla siuman." Ucap Aga lirih.
.
.
Keyla mengerjapkan mata berulang untuk menyamankan cahaya yang masuk ke matanya.
"Ga." Panggil Keyla lirih.
"Kenapa Key? Ada yang sakit?" Keyla menggelengkan kepalanya pelan. "Apa kamu ingin sesuatu?" Tanya Aga lagi.
"Mi- num." Jawab Keyla lirih. Feli yang lebih dekat dengan meja bergegas mengambil air minum yang memang sudah di sediakan.
Feli menyodorkan sedotan ke bibir Keyla. Keyla yang terlalu lemas bahkan tidak bisa untuk menyedot air minumnya. Aga meraih gelas yang berada di tangan Feli lalu meraih sendok di samping tempat tidur Feli.
"Pelan- pelan Key." Ucap Aga sambil menyendokkan air putih ke mulut Keyla.
"Terima kasih."Ucap Keyla. Ia membuka matanya perlahan lalu menatap sekelilingnya. Pandangan matanya nya terhenti saat melihat Feli dan Nico yang berada tepat di sampingnya. Keyla tersenyum tipis menatap kedua sahabatnya.
"Kenapa kamu merahasiakan ini semua Key?" Tanya Feli dengan mata berkaca- kaca.
"Maaf."
Nico menghela nafasnya. Ia menatap Keyla sendu. "Kami sedikit merasa kecewa saat kamu memilih untuk merahasiakannya dari kami. Apa kamu sudah tidak menganggap kami sebagai sahabatmu lagi?"
"Maaf." Lagi- lagi hanya kata maaf yang keluar dari mulut Keyla.
Nico menganggukkan kepalanya. Ingin marah pun percuma karena hanya akan memperburuk keadaan. Yang Keyla butuhkan sekarang hanya semangat dan dukungan dari mereka.
"Berhenti untuk meminta maaf. Berjanjilah kamu akan sembuh. Berjanjilah bahwa kamu tidak akan menyerah." Ucap Feli sambil menggenggam tangan Keyla.
Keyla hanya tersenyum enggan untuk mengiyakan.
Keyla melirik ke arah jendela. "Kamu mencari siapa?" Tanya Aga.
"Kamu tidak memberitahu kak Mahen kan?" Tanya Keyla memastikan.
"Belum. tapi aku hampir memberitahunya jika kamu masih belum sadarkan diri. Key apa tidak sebaiknya kamu memberitahu kak Mahen tentang kondisi kamu. Kak Mahen juga berhak tahu Key."
Keyla menggelengkan kepalanya. "Kamu sudah berjanji dengan ku Ga. Kamu sudah berjanji tidak akan memberitahu kakakku."
"Tapi kenapa Key?" kali ini Nico yang bertanya.
"Aku tidak ingin kak Mahen bersedih. Aku tidak ingin membuat kak Mahen merasa Khawatir. Kak Mahen sudah terlalu banyak masalah dan aku tidak ingin menambah masalah itu dengan menjadi beban kak Mahen." Ia menatap Nico dan Feli bergantian. "Kalian berdua berjanjilah bahwa kalian juga tidak akan memberitahu kakakku." Mohon Keyla.
.
.
Dokter Ferdi berjalan memasuki ruang rawat Keyla. "Bagaimana keadaanmu?" Tanya dokter Ferdi.
Keyla hanya tersenyum lemah. Entah kenapa ia seperti merasa tak memiliki tenaga.
"Apa kamu merasa kedinginan?" Tanya dokter Ferdi saat menyentuh tangan Keyla.
Keyla menggeleng pelan. "Tidak dok."
Dokter Ferdi beralih ke arah kaki Keyla. Ia menyikap selimut Keyla sampai batas lutut lalu memberikan sedikit tekanan pada telapak kaki Keyla. "Apa yang kamu rasakan?"
Keyla lagi- lagi menggelengkan kepalanya. "Tidak ada." Jawab Keyla pelan.
"Kami akan segera melakukan Ct- scan ulang." Dokter Ferdi menatap Keyla. " Hasil dari Ct- Scan ini nanti yang menentukan penanganan lebih lanjut dari penyakit yang kamu derita." Jelas dokter Ferdi.
"Apa kondisi saya semakin memburuk dok?" Tanya Keyla yang langsung mendapatkan tatapan dari sahabat- sahabatnya.
"Setelah hasil dari Ct- Scan itu keluar kita baru bisa mengetahui sampai mana penyebaran dari penyakit ini." Jawab dokter Ferdi
Keyla memilih untuk memejamkan matanya setelah kepergian dokter Ferdi.
"Key." Panggil Aga.
"Kalian bertiga pulanglah. Aku lelah ingin beristirahat." Ucap Keyla.
"Tapi Key kita tidak mungkin meninggalkanmu sendiri." Ucap Feli.
"Aku mohon. Aku ingin sendirian." Pinta Keyla.
"Kami tunggu di luar ya. Jika kamu membutuhkan sesuatu panggil saja." Ucap Aga lalu menggenggam tangan Keyla sebentar.
Selepas kepergian teman- temannya tangis Keyla kembali pecah. Ia meringkuk sambil menggigit bibirnya untuk menahan agar isakkannya tak terdengar.
Aga hanya bisa menatap Keyla dari balik jendela ruang rawat Keyla. Ia memejamkan matanya. Ingin rasanya ia peluk tubuh ringkih sahabatnya untuk memberikan kekuatan. Sedangkan Feli sudah menangis terisak di dalam pelukkan Nico.
.
.
Pagi ini Aga sedikit berdebat dengan Keyla karena sahabatnya itu memaksa dirinya untuk pergi ke sekolah. Ia tentu saja menolah, tidak mungkin juga dirinya meninggalkan Keyla seorang diri dengan kondisinya yang seperti ini.
"Lebih baik kamu berangkat ke sekolah sekarang." Keyla kembali memaksa Aga.
"Tapi Key aku tidak mungkin meninggalkan kamu disini sendirian."
"Ga, apa kamu lupa disini rumah sakit. Banyak perawat yang akan menjaga dan membantuku jika aku membutuhkan bantuan." Keyla menatap Aga. "Baiklah, jika kamu memang ingin tetap disini maka aku tidak akan melakukan pengobatan apapun." Ancam Keyla.
"Key , untuk hari ini saja biarkan aku disini menemanimu. Aku janji besok aku akan pergi ke sekolah." Bujuk Aga.
Keyla menatap serius Aga. "Aku atau kamu yang akan pergi."
"Key."
"Baiklah, aku yang akan pergi." Putus Keyla.
Aga menatap Keyla lalu menghela nafasnya. "Aku yang akan pergi. Tapi berjanjilah bagaimanapun nanti hasilnya kamu harus melakukan pengobatan apapun yang di anjurkan oleh dokter Ferdi."
Keyla ragu, sesaat ia memandang wajah Aga yang terlihat mengkhawatirkannya. Keylapun menganggukkan kepala. "Aku janji."
Aga berjalan mendekat, ia mengusap kepala Keyla lalu memberikan kecupan singkat pada kening Keyla yang membuat Keyla terkejut. "Nanti pulang sekolah aku akan kesini lagi."
Selepas kepergian Aga ponsel Keyla kembali berdering.
"Halo kak."
"Akhirnya. Kamu kemana saja dek? Ini sudah 3 hari kamu tidak memberi kabar sama sekali. Pesan tidak di balas. Telefon kakak juga tidak di jawab. Kamu baik- baik sajakan? Tidak terjadi sesuatu padamu kan.."
"Kak satu- satu. Kalau kakak bertanya terus lalu kapan Key akan menjawabnya." potong Keyla.
"Maaf dek. Kakak khawatir."
"Keyla baik- baik saja kak. Maaf tidak memberi kabar. Keyla sibuk belajar. Kakak tidak lupakan sebentar lagi Keyla ujian kenaikan kelas." Bohong Keyla.
"Ah. Maaf kakak lupa." Mahen terdiam.
"Apa ada yang ingin kakak katakan?" Tanya Keyla.
"Key maaf sepertinya kakak disini sedikit lebih lama. Ternyata permasalahannya lebih serius dari yang kakak perkirakan. Kamu tidak papakan jika sendirian di apartemen?"
Keyla rasanya ingin menangis saat mendengar ucapan Mahen. Ia kembali teringat perkataan Mahesa waktu berkunjung ke apartemen kemarin.
"Key."
"Tidak papa kak. Kak Mahen jangan lupa jaga kesehatan jangan terlalu lelah. Jangan lupa makan juga. Awas nanti kalau sampai kak Mahen sakit." Ancam Keyla yang membuat Mahen terkekeh.
"Iya. Kamu juga jaga pola makan. Sesekali pergi dengan teman- temanmu untuk menghilangkan strees."
Saat perawat memasuki ruangannya, Keyla meletakkan jari telunjuknya di depan bibir memberi kode untuk jangan bicara dulu. "Kak sudah dulu ya, Key mau berangkat sekolah dulu." Ucap Keyla. "Maaf jika nanti Key jarang memberikan kabar."
"Ingat pesan kakak." Ucap Mahen sebelum menutup panggilannya.