Hanya karena Fadila berasal dari panti asuhan, sang suami yang awalnya sangat mencintai istrinya lama kelamaan jadi bosan.
Rasa bosan sang suami di sebabkan dari ulah sang ibu sendiri yang tak pernah setuju dengan istri anaknya. Hingga akhirnya menjodohkan seseorang untuk anaknya yang masih beristri.
Perselingkuhan yang di tutupi suami dan ibu mertua Fadila akhirnya terungkap.
Fadila pun di ceraikan oleh suaminya karena hasutan sang ibu. Tapi Fadila cukup cerdik untuk mengatasi masalahnya.
Setelah perceraian Fadila membuktikan dirinya mampu dan menjadi sukses. Hingga kesuksesan itu membawanya bertemu dengan cinta yang baru.
Bagaimana dengan kehidupan Fadila setelah bercerai?
Mampukah Fadila mengatasi semua konflik dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29.
Menyadari keterkejutan sang istri dengan kehadiran desainer utama sekaligus pengurus di butik itu. Arnan menatap tajam pria setengah wanita yang menghampirinya dan duduk di sofa depannya.
"Jangan menakuti istri dan anakku," ucapnya tampak tak bersahabat menatap pria lekong di depannya.
Gantian pria lekong itu terkejut mendengar ucapan bosnya. "Apose, Bos? Istri? Anak?" shoknya.
"Pelankan suaramu, Mike" Arnan memelototi sang Desainer karena suara melengkingnya membuat Anan tersentak kaget.
Bocah kecil itu baru merasa ngantuk saat masuk ke dalam butik tadi. Itu sebabnyak Arnan membawa istri dan anaknya ke ruangan khusus ini.
Mike langsung menutupi mulutnya dengan gaya centilnya. "Sorry, Bos. Habisnya Bos buat orang kaget saja."
Arnan mengabaikan Mike dan menatap Asisten Desainer itu yang berdiri di belakang kursi yang di duduki oleh Mike.
"Ambilkan air," ucap Arnan yang membuat Mike baru sadar akan hal itu.
"Ah iya, cepat ambilkan Bos minuman. Kenapa gak ada yang melayani Bos dengan baik sih?" Marah Desainer itu pada Asistennya menggunakan bahasa Inggris.
Wanita di belakang Mike segera berlalu keluar ruangan.
Arnan menatap anak dan istrinya sembari mengusap kepala keduanya dengan lembut.
"Bos, siapa mereka?" Tanya Mike penasaran dengan wanita serta anak kecil yang begitu lembut di perlakukan bosnya.
"Istri dan anakku," sahut Arnan singkat.
"Ap ..."
Bugk
Arnan lebih dulu melempar wajah Mike dengan bantal sofa yang ada di belakang tubuhnya. Jika Arnan tidak melakukan hal itu, bisa di pastikan suara menggelegar Mike akan kembali mengejutkan Anan yang tertidur.
Kepala Anan berada di pangkuan Fadila, sedangkan kakinya di pangkuan Arnan, bokong bocah itu di sofa.
"Kejam," ucap Mike cemberut lalu memangku bantal sofa itu.
Tak lama masuklah Asisten Mike membawa baki berisi tiga gelas jus berwarna orange. Setelah meletakkan jus di meja, wanita itu mundur dan berdiri lagi di belakang Mike.
Arnan tidak perduli dengan ucapan Mike dan memilih untuk menepuk lembut kaki Anan yang di pangkuannya.
"Ada apa, Bos? Tumben banget sore-sore ke sininya?" Tanya Mike heran juga dengan kedatangan bosnya yang tak seperti biasanya.
Arnan biasa datang di jam kerja setelah makan siang atau sebelumnya. Bahkan kini kedatangan pria itu tanpa Jack di sisinya.
"Saya mau kamu merancang gaun pernikahan yang spesial untuk istri saya ini." Arnan melihat Fadila yang juga menatapnya.
"Gaun pernikahan? Kalau Bos baru akan merancang gaun pernikahan, trus siapa perempuan itu?" Shok Mike yang belum paham.
Fadila memundurkan sedikit tubuhnya saat Mike menatapnya penuh selidik.
"Singkirkan pandanganmu sebelum ku keluarkan dari tempatnya," ucap Arnan tajam pada Mike.
Mike mengalihkan pandangannya ke arah lain karena takut dengan tatapan Arnan.
"Ambilkan peralatanku." Asisten Mike pergi untuk melakukan apa yang di perintahkan.
Arnan menggenggam lembut tangan Fadila yang berada di perut Anan. "Jangan takut padanya, Mas akan habisi siapa saja yang berani sakiti atau macam-macam sama kamu."
Fadila tersenyum tipis menatap suaminya sembari mengangguk pelan.
"Bos! Aku masih di sini loh, ya. Jangan jadikan aku obat nyamuk, karena aku sebenarnya gak suka sama nyamuk," ucap Mike yang tak di perdulikan Arnan.
Pria setengah wanita itu begitu penasaran dengan hubungan bosnya dengan wanita dan anak kecil itu. Meski Arnan sudah mengatakan anak dan istrinya, tapi kenapa masih meminta gaun pernikahan? Begitulah kira-kira isi pikiran Mike.
Setelah Asisten Mike datang dan menyerahkan peralatannya. Mike mulai bertanya tentang gaun seperti apa yang di inginkan.
"Bos, maunya gaun pernikahan yang bagaimana?" Tanya Mike bersikap profesional saat akan bekerja.
"Saya mau gaun yang hanya di miliki istri saya saja. Kamu tidak boleh merancang gaun seperti itu untuk orang lain. Gaun yang mewah dan luar biasa, seperti gaun seorang Ratu yang sangat berkuasa."
Mike menatap Arnan serius, bahkan mulutnya sedikit terbuka mendengar keinginan Arnan yang sungguh di luar pikirannya.
"Bos, serius mau gaun pernikahan yang seperti itu? Gaun yang begitu sangat luar biasa itu Bos, membutuhkan banyak permata dan berlian mahal." Mike melotot tak percaya.
"Kamu meragukan ku?" Tanya Arnan menatap dingin Mike.
Mike menelan ludah kasar melihat bosnya yang nampak marah. "Bu-bukan begitu, Bos. Saya cuma kaget saja kok tadi, hehehe ..." Mike menggusap tengkuknya takut.
"Saya akan membayar berapapun harga yang di keluarkan butik secara pribadi. Jadi, pastikan gaun itu sempurna dan selesai dalam waktu 2 minggu."
"Apa? 2 minggu, Bo ..." Mike kembali menutup mulutnya rapat-rapat mendapatkan intimidasi dari Arnan.
Karena lagi-lagi mulut ember Mike berteriak hingga membuat Anan tersentak kaget dan terbangun.
"Mami ... Hiks hiks ..." Anan menangis karena tidurnya terganggu dan bangun tiba-tiba. "Iya, sayang. Cup cup cup anak, Mami." Fadila memangku tubuh Anan dan mengusap lembut punggung Anan.
Arnan nampak marah mendapati anaknya menangis karena suara Mike yang mengagetkan. Pria itu berdecak sangat kesal dan semakin menatap Mike seperti singa akan menerkam.
"Ampun, Bos. Aku mengaku salah, tadi cuma kelepasan. Gak lagi deh, janji." Mike mengangkat kedua tangannya dengan pose huruf V.
Pandangan Arnan beralih ke anaknya yang masih menangis di pelukan Fadila. Meski tak lagi merengek, tapi tubuhnya masih bergetar menandakan masih menangis.
"Anan!" Panggilnya.
Anan yang mendengar suara daddy nya langsung menoleh dan mengulurkan tangan ingin di peluk.
Arnan menerima pelukan anaknya dan mendekap tubuh montok Anan.
"Mau minum jus?" Tanyanya di angguki Anan yang sudah diam di pelukan daddy nya dalam sekejab.
Fadila mengambil segelas yang ada di hadapannya dan mengulurkan ke arah Anan. "Ini minum dulu," ucapnya.
Anan minum sedikit dan kembali memeluk tubuh tegap daddy nya. Menenggelamkan wajahnya di dada kekar sang daddy dengan manja.
Setelah Anan tenang dan kembali tidur lagi di pelukan Arnan. Pria mengajak istrinya untuk segera pulang saja, agar tidur Anan lebih nyaman.
"Sebentar, Bos. Di ukur dulu calon istrinya, supaya nanti saya bisa jahit sesuai ukuran." Mike mencegah.
"Istri, bukan calon." Tegas Arnan di angguki Mike.
Arnan berdiri sembari mengoyang-goyangkan tubuhnya agar Anan tidur semakin nyenyak.
"Maaf, bisa kah yang mengukur dia saja." Fadila menunjuk Asisten Mike.
"Baiklah." Mike memberi tahu Asistennya untuk mengukur tubub Fadila.
Tubuh Fadila di ukur oleh Asisten Mike.
"Tubuh anda sangat proforsional, Nyonya." Asisten Mike memuji tubuh ideal Fadila menggunakan bahasa Inggris.
"Terimakasih," sahut Fadila dengan senyuman tipis.
Arnan menatap Mike yang berdiri tak jauh darinya. "Sebelum akhir pekan nanti, kirimkan satu gaun malam terbaik ke apartemen. Lengkap dengan segala aksesorisnya."
Mike mengangkat jempolnya pada Arnan pertanda beres.
"Jangan lupa pakaian couple keluarga siapkan juga. 2 bulan lagi akan di gunakan, warnanya ungu muda."
"Siap, Bos. Nanti aku siap kan khusus semuanya cuma untuk keluarga Bos, deh. Eh, tapi warna ungu muda itu, warna gaun bridesmaid untuk pernikahan Tuan Devan. Saya juga di undang loh, Bos."
Wajah Mike nampak bahagia mengatakan hal itu.
"Kalau negitu, kamu yang bawa pakaian kami ke Indo. Jangan lupa 2 minggu lagi gaun perniakahn itu saya ambil," ucap Arnan.
"Kok cepat banget, Bos? Memangnya kapan mau di pakai? Buat gaun yang super wow itu gak mudah dan gak sebentar loh, Bos."
"Itu urusan kamu."
Mike cemberut sembari menghela napasnya panjang. Bosnya kalau sudah memberi perintah memang tidak bisa di rubah apa lagi di bantah.
Arnan membawa anak dan istrinya pergi meninggalkan butik mewah itu.