Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Apa kau tuli? Cepat masuk!" ucap Dewa tanpa menghiraukan perkataan Vivian.
Ia tidak akan membiarkan Ara duduk di samping Edward. Karena walau bagaimana pun wanita itu berstatus sebagai istri keduanya.
Ara pun mau tidak mau duduk di kursi belakang, dengan posisi Dewa yang berada di tengah antara Vivian dan dirinya.
Selama di perjalanan Ara memilih diam begitu pun Dewa. Hanya ada suara Vivian yang terus bercerita meskipun tidak ditanggapi oleh Dewa sama sekali. Sampai akhirnya mobil yang mereka tumpangi sampai di sebuah restoran.
"Sayang, bagaimana rencana bulan madu kita?" tanya Vivian di sela menikmati makan siangnya.
Dewa hanya diam tak menjawab pertanyaan Vivian, karena fokusnya kini ada pada Ara yang tengah makan di meja lain bersama Edward.
Ya, meja mereka terpisah. Karena sejak dulu jika Ara menemani Vivian makan bersama dengannya, maka wanita itu akan duduk di meja yang sama dengan assisten pribadinya. Jika dulu hal itu tampak bisa saja, tapi sekarang kenapa terasa berbeda melihat Ara duduk makan bersama dengan Edward.
'Sayang, kau dengar tidak?" Vivian mengulang pertanyaannya sembari menatap pada arah tatapan sang suami.
Betapa terkejut dan emosinya Vivian saat mengetahui Dewa tengah menatap Ara. Karena sudah dua kali suaminya itu menatap adik angkatnya tersebut, suatu hal yang tidak pernah dilakukan Dewa sebelumnya.
Jangankan menatap Ara, dekat-dekat dengan wanita itu saja Dewa tak sudi. Tapi sekarang. Selain menatap Ara, Dewa bahkan menyuruh adik angkatnya itu untuk duduk di kursi belakang yang sama dengan mereka. Membuat hatinya merasa cemburu dan merasa curiga dengan perubahan sikap Dewa.
"Sayang..." Vivian menyentuh lengan Dewa untuk menarik perhatian suaminya. Karena dua kali pertanyaannya tidak dipedulikan sama sekali.
"Kenapa?" tanya Dewa dengan raut datarnya.
"Kapan kita akan pergi honeymoon?"
"Tidak akan ada Honeymoon!'
"Apa?" pekik Vivian dengan menahan kekesalannya. "Tapi kenapa?"
"Kau lupa sebelum pernikahan kita sudah sepakat tidak akan ada honeymoon."
"Iya, tapi aku pikir kau akan berubah pikiran," ucap Vivian dengan kecewa.
Karena tadinya ia pikir Dewa akan berubah pikiran setelah menikahinya, terlebih setelah suaminya itu melihat tubuh polosnya tanpa sehelai benangpun meskipun mereka belum melanjutkan dengan hubungan badan.
"Aku tidak akan pernah berubah pikiran sampai kapanpun!" ucap Dewa dengan tegas.
Vivian pun hanya diam tak lagi protes, karena Dewa sudah menolak keinginannya tersebut dengan tegas. Makan siang itu pun dilalui Vivian dengan penuh kekecewaan dan kecurigaan. Karena lagi-lagi ia melihat Dewa tengah menatap Ara, bahkan tak mempedulikan keberadaannya sama sekali.
"Ada apa sebenarnya dengan Dewa? Tidak mungkin bukan dia tertarik pada Ara?" gumam Vivian dalam hati dengan penuh tanya.
Sementara itu Dewa yang sejak tadi menatap Ara, tengah menahan kekesalannya saat melihat wanita yang berstatus sebagai istri keduanya itu sedang tertawa bersama Edward. Karena untuk kedua kalinya Ara tertawa dan tersenyum saat bersama pria lain. Yang pertama tersenyum saat bersama Ryu dan kedua tertawa bersama Edward. Sementara jika saat bersamanya Ara lebih banyak diam juga terlihat takut.
"Awas kau!" gumam Dewa dalam hati dengan mengepalkan kedua tangannya.
Setelah makan siang mereka selesai. Keempatnya berjalan keluar dari restoran, dengan posisi mereka yang berpasangan. Dewa bersama Vivian, dan Ara bersama Edward.
"Duduk di depan!" perintah Dewa saat Ara hendak masuk ke kursi penumpang di bagian belakang.
Tentu saja apa yang dilakukan Dewa membuat Vivian merasa senang, karena untuk kali ini Ara tidak diijinkan duduk bersama mereka. Otomatis rasa kecewa dan curiga pada suami dan adik angkatnya tadi sirna begitu saja.
"Baik Tuan."
Tanpa banyak kata Ara membuka pintu depan mobil, meskipun hatinya merasa kesal dengan kelakuan Dewa yang seenaknya menyuruh ia duduk di belakang dan di depan sesuka hati.
Setelah melihat Ara masuk di kursi penumpang depan. Vivian pun hendak masuk ke dalam mobil, namun dihalangi oleh tangan suaminya.
"Sayang kenapa?" tanya Vivian dengan terkejut dan bingung.
"Pulanglah bersama Edward!" ucap Dewa sembari menatap asisten pribadinya.
"Apa?" pekik Vivian dengan tak percaya. "Tapi sayang..."
Belum sempat ia protes, Dewa sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil di mana Ara berada di dalamnya.
ntar Ara mati rasa baru tau