Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Astrid Merasa Bersalah
Astrid kaget dan bertanya - tanya kenapa Arina menanyakan hal itu, disaat tadi siang memang dia sempat cerita sama kakaknya akibat dia keceplosan.
"Apakah kak Farid tadi menanyakan hal itu ya ke Arin sewaktu mereka berbicara ditelepon" monolog Astrid dengan kebingungan.
"Wah ini tidak bisa di biarkan, aku akan buat perhitungan dengan kak Farid kalo memang benar dia yang bilang ke Arin, kalo aku cerita sama dia" kesal Astrid kepada kakaknya, namun sebelum keluar dari kamarnya astrid membalas chat arina dulu.
[Lho kok kamu tanya begitu ke aku Rin? Kamu tidak percaya ya sama aku?] jawab Astrid seolah olah membela diri.
Sesampai diluar kamarnya Astrid memanggil manggil kakaknya, namun tidak ada juga jawaban dan sampai ke dapur pun Astrid mencari namun tidak ketemu, akhirnya Astrid ke kamar kakaknya dan mencarinya disana kebetulan kamar kakaknya sedang terbuka, sayang yang dicari tidak ada dikamarnya.
"Mungkin kak Farid lagi ke masjid ya?" monolog Astrid sendiri didepan kamar Farid.
Akhirnya Astrid putuskan menunggu kakaknya diruang keluarga sambil nonton tv.
Selang beberapa menit Astrid menonton datanglah papa dan kakaknya dari masjid, setelah memberi salam saat masuk rumah dan dijawab oleh Astrid, papa nya terus ke kamarnya dan kakaknya langsung duduk disamping Astrid, namun sedari tadi Astrid sudah melihat Farid dengan tatapan horor seakan mau menelan Farid bulat - bulat.
Bakso kali di telan bulat - bulat...komentar author hehehe
Farid yang merasa di lihat seperti itu jadi bingung, dan berpikir dia sudah berbuat salah apa sehingga ditatap sebegitu tajamnya oleh adiknya.
"Kamu kenapa dek melihat kakak seperti melihat hantu" tanya Farid
"kakak bicara apa sama Arin tadi sewaktu menelpon, dan disaat aku sudah tidak dikamar?"sahut Astrid ketus
"Tidak bicara apa-apa dek cuma tanya kabarnya saja, trus tanya keadaannya apakah benar baik-baik saja" jelas Farid bingung karena Astrid seolah - olah tidak percaya, dan masih memasang muka yang sudah seperti orang yang mau menelanku saat ini juga.
"Kak Farid tidak bohong kan sama aku? Trus kenapa Arin chat ke aku menanyakan apakah aku ada cerita ke orang tentang masalah dia, dan masalah visum hari ini dirumah sakit?" nyerocos Astrid yang masih sewot ke Farid.
" Sumpah Demi Allah dek kakak tidak bohong, dan kamu bisa tanya Arina apa saja yang kakak tadi tanyakan ke dia" sahut Farid sampe bersumpah ke Astrid karena memang dia merasa tidak pernah memberitahu Arina tentang apa yang Astrid ceritakan kepadanya.
"Lah terus ini Arin chat aku begini maksudnya apa dong kak, secara yang tau ceritanya hanya kakak dan yang tau masalah visum aku, Kakak, dan Bang Fai" jelas Astrid yang masih bingung dengan semuanya.
"Siapa yang kamu bilang tadi dek Bang Fai? Faizal maksud kamu? mantan Arina?" tanya Farid penasaran.
"Iya kak kebetulan tadi dirumah sakit ketemu sama dia, dan bertepatan hasil visum Arin keluar dan diantar sama perawat, nah disitu Bang Fai dengar kalo hasil visum itu milik Arin, mana lagi aku sempat bertengkar juga sama dia, pokoknya hari ini tuh aku ketiban sialnya 2 kali ketemu sama suami istri yang katanya berdarah biru ditempat yang berbeda" cerita Astrid panjang kali lebar, dan tanpa mereka berdua sadari kalo papa sama mama mereka sudah dari tadi mendengar percakapan tentang arina itu.
"Siapa yang Visum dan yang lagi sial neh hari ini nak?" tanya Papa mereka dengan suara bariton nya.
Sontak Farid dan Astrid jadi kaget mendengar suara papanya dan bertanya tentang visum segala.
"Oh my God....kak ini bagaimana menjawab" tanya Astrid lirih sekali hanya Farid bisa dengar itu pun samar - samar.
"Farid...Astrid...kenapa kalian diam nak, itu papa tanya lho ke kalian" sahut mama nya
"Eh anu ma...Pa itu tadi Farid sama Astrid bahas teman Farid si Faizal, yang ketemu dirumah sakit sama Astrid dan dia sempat bertengkar" jawab Farid tapi tidak menjelaskan masalah visum.
"Kalian jangan bohongi papa ya...memang kalian pikir papa sama mama tidak dengar semua pembicaraan kalian tadi hmm?" jawab papa tegas
"Mampus deh kita " jawab Farid dan astrid bersamaan
"Ihhh papa ndak asyik deh sudah tau ceritanya, tapi masih nanya mana seperti memeriksa penjahat lagi cara tanyanya...uhhhh kan akunya jadi takut hiks...hiks " cicit Astrid sambil cemberut dengan gaya pura -pura menangis
Pletakkk....
Tiba - tiba mulut Astrid disentil sama Farid yang ada disampingnya sedangkan kedua orang tuanya duduk di sofa depan mereka.
"Aduuhh sakit tau kak....ini sudah KDRT sama adiknya ceritanya, nanti bibir aku sudah ndak seksi lagi gara- gara suka disentil sama kamu kak" gerutu Astrid sambil memegang bibirnya.
Papa dan mama mereka hanya tertawa melihat tingkah anak gadis mereka, yang sudah dewasa tapi kelakuan kadang masih seperti anak kecil.
"Lagian itu mulut kamu kalo bicara kenapa lemes begitu....itu papa lho, orang tua yang kamu temani bicara Astrid Wulandari" sahut Farid
"Loh memang papa sudah tua kok kak, aku juga tau" jawab Astrid sekenanya, dan alhasil jawaban dia membuat mama tertawa, Farid mau tertawa tetapi takut jadinya dia hanya menarik bibirnya kedalam, agar tawanya tak lepas sedangkan papa yang dibilangi tua jadinya misuh -misuh sendiri.
"Ohh papa sudah tua ya....mmmhh baiklah nanti jatah bulanannya papa kasih ke ajudan papa saja deh" jawab papa dengan memasang muka pura - pura marah...
"Astagfirullah ....maafkan anakmu ini papa, apalah dayaku tanpa uang jatah bulanan itu bisa - bisa aku jadi gembel" jawab Astrid sambil memasang muka memelasnya.
Hahahaha....meledaklah tawa mereka semua kecuali Astrid yg lagi misuh - misuh sendiri
"Takut jadi gembel tapi beraninya mengejek sama yang kasih jatah bulanan....wleee" ejek Farid ke Astrid
"Kalo papa ndak mau kasih lagi jatah bulanan ku, aku pergi merantau aja kali ya jadi TKW kan lebih seru tuh kak" jawab Astrid sekenanya.
"Sudah - sudah kok makin ngelantur kemana mana neh pembicaraan kalian" ucap mama
"Sekarang mama tanya serius sama kalian itu Arina kenapa sampe melakukan visum nak"
Farid dan Astrid saling melirik seolah-olah saling menunjuk, untuk siapa yang akan menjelaskan apa yang ditanyakan oleh mama mereka.
Akhirnya Astrid lah yang berbicara karena dia yang tau persis kejadiannya, maka mengalir lah cerita Astrid ke mama dan papa nya.
Setelah bercerita Astrid jadi merasa bersalah kepada sahabatnya itu, karena sudah menceritakan tentang masalah rumah tangga nya, namun Astrid tahu kalau pun dia tidak cerita mama sama papanya akan mencari tau sendiri, secara Arina sudah mereka anggap anak perempuan mereka.
"Berarti Arina KDRT "
terutama suamimu biar tahu diri