Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
#LapakBucin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
...****************...
“Sakit juga ya,” Anthea bergumam mengalihkan wajah dari pemandangan di depannya.
Anthea pikir, ia dan Altair masih bisa menghabiskan waktu bersama-sama seperti kegiatan mereka di taman kemarin.
Anthea kira, hubungan dekatnya dengan Altair masih baik-baik saja. Anthea hampir lupa kalau dunia yang ia tempati saat ini adalah dunia fana. Semuanya sudah tertulis dan menjadi takdir.
Di salah satu lorong buku perpustakaan akademi, Anthea melihat laki-laki yang paling ia kenal dengan posisi ambigu bersama seorang gadis, Ressa. Pemeran utama di dunia ini.
Altair terlihat seperti memojokkan gadis kecil di depannya, jika ada yang melihat sekilas posisinya seperti tengah berciuman.
Anthea berlalu pergi, tak peduli walau sudah berjanji akan bertemu dengan Altair di sini.
“Dia hanya teman mu, Anthea. Hanya teman!” gumam Anthea meyakinkan dirinya, ia berjalan tanpa arah.
Anthea tak seharusnya merasakan perasaan ini.
Tidak mungkin juga Altair menyukai Ressa tapi tak ada tindakan sedikitpun. Batin Anthea, ia terkekeh kecil. Mengingat dalam narasi novel Altair mulai bertindak saat Ressa mulai dekat dengan Dante.
“Tak apa, masih ada banyak bangsawan tampan di kerajaan ini, Anthea!!” Ujarnya meracau sendiri. Anthea duduk di salah satu kursi kayu yang ada di pekarangan akademi, di sini benar-benar sepi.
Srek
Suara daun kering yang dipijak membuat Anthea menoleh ke sebelahnya. Tiga orang gadis sebayanya terlihat mendekat pada Anthea.
“Wah, siapa yang kita temui sekarang ini,” Ujar salah seorang gadis dengan sinis, menatap kedua temannya.
Haish, kenapa juga harus bertemu antagonis ini, Batin Anthea.
Para gadis itu adalah Clarissa dan kedua kacungnya.
Merasa muak meladeni mereka saat mood nya tengah buruk, Anthea beranjak dari duduknya hendak pergi. Namun, Clarissa dengan segera menyuruh teman-temannya menahan Anthea.
“Ren, Cessie tahan dia!” perintah Clarissa.
Kedua temannya, Ren dan Cessie langsung saja menahan masing-masing tangan Anthea.
“Lepas! Apa-apaan kalian ini!” Anthea memberontak menatap ketiganya kesal, namun cengkraman mereka pada lengan Anthea malah semakin erat.
Clarissa tersenyum miring, tangannya mengelus lembut rambut coklat Anthea, “Sudah sejak lama aku ingin membuat perhitungan dengan gadis sok berkuasa sepertimu,” ujarnya.
“Awhh..” Anthea memekik kecil kala elusan itu berubah menjadi jambakan.
“Dasar bodoh! Kau yang bersikap seolah-olah berkuasa dengan mengganggu siswa-siswa di sini!” Ujar Anthea, ia meringis merasakan sakit di kulit kepalanya.
Clarissa menarik rambut Anthea semakin kuat, lalu menghempaskannya keras hingga gadis itu tersungkur ke tanah.
“Karenamu, Dexter memberiku hukuman! Padahal selama ini dia diam saja atas apa yang aku lakukan!” Sentak Clarissa.
Uang bulanan Clarissa di potong oleh orangtuanya karena ia membuat masalah di akademi, karena Dexter yang memberi tahu dan memintanya untuk dihukum.
Keluarganya sudah mewanti-wanti Clarissa agar tak membuat masalah pada Anthea yang notabennya adalah putri mahkota. Tapi, Clarissa sama sekali tak mempedulikan.
“Si bodoh ini, harusnya kau sadar diri jika kau itu salah!” Anthea bangkit menepuk-nepuk gaunnya yang kotor.
Anthea tau kondisinya saat ini cukup berbahaya, entah apa lagi yang akan dilakukan ketiga gadis ini padanya. Tapi, ia tak bisa tahan mendengar ujaran tak jelas dari Clarissa begitu saja.
Plak
Anthea memegangi pipinya yang baru saja di tampar keras, sudut bibirnya berdarah. Tangan Clarissa bergerak begitu cepat sehingga ia tak bisa menghindar.
“Diam kau! Jangan Berani-beraninya melawanku!” Saat Clarissa hendak menampar Anthea lagi, Anthea segera menghindar.
Sayangnya Ren dan Cessie kembali menahan tubuh gadis itu.
Plak
Anjing! Anthea menahan umpatan ketika kembali mendapat tamparan. Ia tak bisa mengelak, dua kacung Clarissa menahannya keras, lengannya sampai terasa sakit.
“Kau akan benar-benar menyesal, Clarissa!” Anthea menatap gadis itu tajam.
Clarissa terbahak, “Kau kira aku takut?” ia kembali menjambak rambut Anthea.
“Kau hanya beruntung karena terlahir di keluarga Duke!” Teriak Clarissa tepat dihadapan wajah Anthea.
“Harusnya posisi Putri Mahkota adalah milikku! Tapi keberadaan mu malah menjadi penghalang, Anthea!”
Clarissa adalah Putri Marquess dengan wilayah pemerintahan terbesar, Ayahnya adalah tokoh kerajaaan yang aktif. Seandainya tak ada Anthea, Clarissa akan menjadi kandidat terkuat sebagai Putri Mahkota.
Sedikit banyak Anthea mengerti sekarang, gadis ini tak hanya kesal karena Anthea menegurnya saat mengganggu Ressa tempo lalu. Tapi, Clarissa juga menyimpan dendam karena posisi Anthea sekarang.
Anthea tersenyum miring di sela rasa sakitnya, “Nyatanya keberuntunganku itu membuatmu jauh berada di bawahku, Clarissa.”
Clarissa tertawa keras mendengarnya, “Sekarang kau bisa senang, Anthea! Tapi lihat saja, aku pasti akan merebut Pangeran Altair dan membuatmu bersujud di bawah kakiku!” Ujarnya.
Anthea menginjak kaki Ren dan Cessie keras, keduanya melepaskan pegangan pada Anthea. Kemudian, Anthea mendorong tubuh Clarissa menjauh hingga mundur beberapa langkah.
“Kau ini benar-benar bodoh! Dengarkan baik-baik, sekalipun aku bukan lagi Putri Mahkota, tak ada alasan aku harus bersujud di bawah kaki busukmu! Kau itu hanya bangsawan rendahan!” Jawab Anthea tajam.
Bugh
“AKHH!”
Anthea dengan segera memukul gadis itu keras sebelum Clarissa kembali mengangkat tangan hendak menamparnya, hanya tamparan memang yang bisa gadis gila itu lakukan.
Ren dan Cessie dengan segera membantu Clarissa yang sampai tersungkur karena gamparan Anthea.
“Aku akan membuat perhitungan pada kalian semua!” Ujar Anthea sebelum berlalu pergi. Tiga lawan satu bukanlah pilihan baik, ia bisa babak belur jika terus meladeni orang-orang itu.
“Clarissa, bagaimana jika dia mengadukan kita pada Pangeran Altair?!” Tanya Ren panik. Ia dan Cessie sebenarnya tak seberani itu untuk membully Anthea, tapi Clarissa memaksa mereka melakukannya.
“Tidak akan terjadi apa-apa. Ssh.. gadis itu tak akan begitu dipedulikan Altair.” Ujar Clarissa sembari meringis pipinya yang lebam karena Anthea.
Menurut pemikiran Clarissa, Altair selama ini hanya terpaksa saja bertunangan dengan Anthea yang tidak semenarik itu. Keduanya pasti dijodohkan, pikir Clarissa.
Ia tak peduli rumor-rumor yang beredar jika Altair begitu mengasihi tunangannya.
Disisi Anthea sendiri, ia menghentak-hentakan kaki menuju kamar asramanya.
Ayolah, dia baru saja dibully? Selama melewati dua kehidupan ini Anthea tak pernah merasakan di posisi ini.
“Hari ini aku benar-benar sial!” Gumam Anthea.
Sudahlah melihat tunangannya berduaan dengan gadis lain, di tambah ia diganggu gadis tak waras seperti Clarissa.
***
tbc.