NovelToon NovelToon
Mantan Prajurit

Mantan Prajurit

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:125.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: Eka Magisna

“Gun ... namamu memang berarti senjata, tapi kau adalah seni.”

Jonas Lee, anggota pasukan khusus di negara J. Dia adalah prajurit emas yang memiliki segudang prestasi dan apresiasi di kesatuan---dulunya.
Kariernya hancur setelah dijebak dan dituduh membunuh rekan satu profesi.
Melarikan diri ke negara K dan memulai kehidupan baru sebagai Lee Gun. Dia menjadi seorang pelukis karena bakat alami yang dimiliki, namun sisi lainnya, dia juga seorang kurir malam yang menerima pekerjaan gelap.
Dia memiliki kekasih, Hyena. Namun wanita itu terbunuh saat bekerja sebagai wartawan berita. Perjalanan balas dendam Lee Gun untuk kematian Hyena mempertemukannya dengan Kim Suzi, putri penguasa negara sekaligus pendiri Phantom Security.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fragmen 4

Keadaan sudah sangat berantakan saat Suho Kim tiba di rumah. Suguhan keadaan kacau membuatnya terkejut dan cemas di waktu sama.

Saat mendapat kabar dari orang kepercayaannya, Suho takut keluarga dan orang-orangnya akan habis karena serangan mendadak itu, tapi yang didapati justru kebalikannya. Semua dalam keadaan baik, kecuali satu pengawal dan seorang pelayan wanita, mereka mati dengan beberapa tusukan. Sisanya mendapat luka-luka yang masih bisa diselamatkan oleh medis.

Para penyerang telah ditangkap dan ditangani oleh anak buah Suho dari kesatuan pengamanan yang dia bentuk secara pribadi, sebut saja Phantom.

Saat ini di ruang kerja pribadinya.

"Mereka dari Klan Bulan Sabit."

Suho Kim melengak pada wajah pria yang berdiri di seberang mejanya. "Bulan Sabit?" ulangnya dengan kernyitan.

"Benar, Tuan Presiden." Pria itu--Jae Won, menganggukkan kepalanya. "Tindakan penyerangan itu dipicu oleh masalah jatuhan hukuman mati atas Dong Chan, wakil ketua klan mereka. Mereka marah karena berkas pengajuan banding ditolak pengadilan, dan Anda bahkan menandatangi berkas persetujuan hukuman itu dipercepat. Karena itu, Anda menjadi subjek utama yang mereka incar," jelasnya.

Wajah Suho Kim menegang sesaat karena terkejut, lalu merunduk seraya mengembuskan napas kasar dari mulutnya. "Aku sudah menduga ini akan terjadi," katanya dengan suara pelan, kemudian kembali mengangkat wajah, menatap pria di hadapannya. "Won."

"Iya, Tuan Presiden." Jae Won bersiap dengan perintah.

Tapi Suho Kim malah terdiam. Iris matanya menunjukkan ketakutan yang tak sederhana, Won bisa menilai itu.

Adalah keputusan besar saat Suho menandatangi berkas percepatan hukuman mati atas Dong Chan si penjahat kelas kakap.

Dong Chan sendiri adalah wakil ketua dari klan Bulan Sabit, sebuah klan yang terkenal dengan kekuatan dan kesadisannya. Tak banyak yang berani menentang mereka. Tapi hukum tetap harus menonjolkan eksistensi keadilannya.

Dan sebagai presiden, Suho tak diperkenankan untuk takut, dia harus bersikap bijak dan profesional dalam setiap keputusan. Yang dilakukannya adalah demi kebaikan semua orang agar tak lagi berlaku kejadian serupa.

Dong Chan menghabisi anak seorang pegawai pemerintah dengan siksa dan pelecehan. Selain itu, dia juga terlibat dalam aksi pengeboman di dermaga kapal bertahun silam, itu baru terungkap belum lama belakangan ini.

Cukup dengan perdebatan di pikirannya, Suho mendorong mulutnya untuk bersuara, "Tolong rahasiakan penyerangan ini dari publik, senyapkan dari media. Aku tak ingin masalahnya semakin lebar dan memicu hal yang lebih besar."

Dengan penuh hormat Won menyahut, "Baik, Tuan."

"Aku percaya padamu. Kau boleh pergi."

Jae Won mengangguk, dia akan berbalik untuk pergi, tapi ... "Umm, maaf, Tuan Presiden. Ada satu hal lagi yang sepertinya perlu Anda ketahui," katanya seraya kembali meluruskan hadap pada presiden.

Suho Kim mengerut kening, memberi tatapan ingin tahu. "Katakan."

Sejenak Won terdiam, ada keraguan yang mengganjal di hati pria itu sebenarnya. Sebentuk perasaan gagal sebagai pemimpin pasukan. Tapi tak akan baik akhirnya jika tidak dia ungkapkan sekarang. Suho pasti akan kecewa jika kelak mengetahui dari orang lain.

Akhirnya Won beranikan diri untuk mengungkap, "Hampir enam puluh persen dari para penyerang itu ... diselesaikan oleh tangan pemuda yang Anda panggil untuk melukis dinding di lantai empat."

"APA?!"

*

*

*

Waktu menunjuk angka dua dini hari saat sepasang kaki Gun tiba di apartemen kekasihnya--Hyena. Sebuah apartemen tua yang masih mempertahankan gaya dan arsitektur lama.

Puluhan detik Gun habiskan hanya berdiri diam di depan pintu, ragu memutuskan untuk mengetuk atau tidak.

Ini bukan waktu yang baik untuk bertamu, Gun tahu itu. Tapi ia merasa ini adalah tempat yang tepat untuk dituju selain kediaman Archie Less yang jaraknya jelas tidak bisa dicapai dalam waktu cepat oleh motornya.

Habis untuk berpikir, akhirnya ia memaksakan diri untuk menekan bell. Tak peduli lagi akan mengganggu pemiliknya yang mungkin sudah terlelap dibuai mimpi.

Tiga kali banyaknya, barulah Hyena membukakan pintu. "Gun!"

Teguran bernada terkejut itu disikapi Gun dengan cengiran kuda. "Hi, Sayang." Satu tangan dilambaikannya kaku.

Hyena menyapu penampilan kekasihnya dari ujung rambut hingga ujung kaki, terlihat ... lumayan berantakan.

"Apa yang--"

"Aku ingin menginap untuk malam ini!" Gun memotong cepat seraya melangkah masuk melewati Hyena tanpa dipersilakan. "Dan pinjamkan aku kaosmu yang sedikit besar."

Hyena menatap bingung, terdiam di tempat belum beranjak selain kepalanya yang mengikuti pergerakan pria itu. "Ada apa dengannya?" Bertanya pada diri sendiri lalu menggeleng. Namun akhirnya dia memutuskan untuk bertanya nanti. Kelelahan di wajah Gun juga lumayan membuatnya iba. Pria itu perlu tidur.

*

*

*

Lantai tiga kediaman presiden, adalah lantai yang tak sembarang orang bisa menginjaknya, termasuk para pelayan dan petugas kebersihan yang dasarnya memang bekerja di sana. Mereka harus mendapat perintah dulu, baru diperkenankan.

Lantai itu adalah hunian pribadi milik istri presiden--Hwayoung. Dia meminta demikian karena banyak alasan, Suho mengabulkannya.

Untuk sampai di lantai empat milik Suzi Kim, semua orang harus menggunakan elevator, tak boleh sedikit pun menginjak ranah pribadi Hwayoung di lantai tiga, kecuali Suho sendiri. Jika membutuhkan pelayanan istrinya, pria itu akan datang dengan waktu yang sudah terjadwal dengan sangat apik.

Tapi malam tadi, seorang lelaki tak dikenal tiba-tiba memasuki hunian tersebut tak tahu aturan, membuat seorang Hwayoung kelabakan seperti melihat hantu.

"Temukan pemuda itu, lalu habisi!" Pasang mata Hwayoung memerah geram.

Perintah segera disahuti oleh lawan bicaranya. "Baik, Nyonya."

Dia adalah Chulmoo, salah satu yang paling dipercaya Hwayoung. Dia bukan dari Phantom yang dikendalikan Jae Won di bawah naungan Suho Kim, Hwayoung membawanya entah dari mana.

Seorang pria lain datang menggantikan Chulmoo yang baru saja berlalu. Dia mendekat pada Hwayoung kemudian duduk di sebelahnya.

"Kau harus, Tenang, Sayang. Jangan sampai menunjukkan kecemasanmu pada semua orang. Itu akan sangat merugikanmu. Aku dan Chulmoo akan berusaha mencari dan mendapatkan orang itu, hidup atau mati." Pipi Hwayoung dibelainya mesra tanpa ada canggung seperti mana harusnya pada majikan.

Ragoon, pria yang semalam bersenang-senang dengan Hwayoung. Dia adalah salah seorang kepercayaan Suho untuk menjadi pengawal istrinya. Tapi siapa sangka, kepercayaan itu justru berubah tema menjadi hal yang menjijikkan, 'selingkuhan'.

Hwayoung menatapnya tak yakin. "Lakukan dulu tugasmu dengan baik dan bersih. Aku tidak mau kejadian semalam tersebar ke masyarakat dan menghancurkanku, hanya karena dilihat oleh satu orang cecunguk yang tak berarti."

Ragoon tersenyum seraya mengelus punggung tangan Hwayoung, mentransfer ketenangan.

"Aku sudah mencari tahu. Dia adalah pelukis yang ditemui Tuan Presiden dua hari lalu, dan semalam dia memenuhi panggilan suamimu. Kau tenang saja, Sayang, dia akan sangat mudah ditemukan tanpa bersusah payah. Kau akan mendapatkan kabar baik dariku tak lama lagi."

Kalimat itu sepertinya sedikit berhasil memberi ketenangan pada Hwayoung. "Baiklah, Ragoon, aku percaya padamu. Setidaknya untuk sementara. Tapi untuk menguatkan keberhasilan pekerjaanmu nanti ... bawa sepotong telapak tangannya padaku."

1
Adri Pratama
lanjutkan thor, update yg banyak ya
Ahmad Abid
bener2 kejutan yang luar biasa...
ahhh ... karyamu thor bener2 seru dah/Determined//Determined//Determined/
AbhiAgam Al Kautsar
ketahuan kan
Khairul Imran
Luar biasa
ⱮαLєƒι¢єηт: Makasih ulasan dan lima bintangnya, Kakak.😊
sehat selalu❤️
total 1 replies
Neng Saripah
jangan jampe gun ada main sama tuh perempuan
ⱮαLєƒι¢єηт: 𝙷𝚎𝚑𝚎.. 𝙴𝚗𝚝𝚊𝚑, 𝙺𝚊𝚔
total 1 replies
Ahmad Abid
surprise lagi/Shhh/
ⱮαLєƒι¢єηт: 𝙺𝚎 𝚍𝚎𝚙𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚞𝚙𝚛𝚎𝚜2 𝚕𝚊𝚒𝚗, 𝙺𝚊𝚔/Hey/
total 1 replies
AbhiAgam Al Kautsar
owh ya
ⱮαLєƒι¢єηт: 𝙸𝚢𝚊, 𝙺𝚊𝚔/Grin/
total 1 replies
Anonymous
Lanjut
ⱮαLєƒι¢єηт: 𝚂𝚒𝚊𝚙, 𝙺𝚊𝚔.
𝚜𝚝𝚊𝚢𝚝𝚞𝚗𝚎𝚍/Smile/
total 1 replies
Sutikno 23
Suzi kangen ama Gun
Sutikno 23
berbuat jinah orang lain yang kena putri presiden
Sutikno 23
tetua mujong didatangi oleh Gun
Sutikno 23
siapa yang diintip ya gan
Sutikno 23
Gun kaget masalahnya Suzi tahu
Sutikno 23
mentri masih disiksa ama Gun
Sutikno 23
cerita bagus lanjut ya Thor semangat lagi untuk menulis lebih bagus lagi
ⱮαLєƒι¢єηт: Terima kasih ulasan dan bintangnya, Kakak😊
Semoga tidak ada kendala dan aku tetap konsisten.❤️
total 1 replies
Sutikno 23
mau siksa musuh besarnya
Sutikno 23
Suzi diajak kemarkas ama Gun
Sutikno 23
ayo berjuang untuk lepas dari masalah
Sutikno 23
semua pengawal lagi telusuri kejadian
Sutikno 23
wah akan dituduh yang tidak-tidak repot lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!