Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
"Aku sengaja pindah karena aku menghindarimu, kamu sudah berani² nya masuk dalam keluarga ku Diana. Aku kecewa sama kamu! Kamu tau, aku sebenarnya ingin dekat denganmu tapi ternyata ayah ku lebih dulu mendekatimu." ucap Zain dengan berkaca². "Kenapa kamu lakuin itu pada keluarga ku Diana? Kenapa? Segera lah menjauh Diana, jangan sampai ibu ku mengetahui mu." peringat Zain.
"Aku akan menjauh Zain, tunggu setelah aku lulus ya! Kamu tenang saja. Aku sudah mundur dari semua itu." ucap Diana kembali menangis.
"Sudah lah, berhenti lah menangis, hapus air mata mu. Semua sudah terjadi! Ayahku memang begitu, dia pencari mangsa baru dan ibuku memang terlalu sibuk dengan dunianya tapi ibuku setia." ujar Zain jujur. "Aku pergi dulu, aku akan melanjutkan sekolah di Makassar bersama kakakku, ibuku yang akan mengantarku. Aku percaya padamu, semua tidak akan kamu lanjutkan. Permisi." Zain pergi dengan wajah sedih, kecewa, dan kesal.
"Maafkan aku Zain, semua terjadi begitu saja." batin Diana ketika melihat kepergian Zain.
***
Tiba saatnya perpisahan.
"Diana, kamu tau kalau ada yang coret² dinding diluar dengan mengatakan bahwa kamu jal*ng!" ucap Asiah dengan nafas memburu.
"Ha? Iya kah? Aku harus gimana Asiah?" tanya Diana beruntun.
"Ayo kita hapus, sebelum kita tinggal pulang. Barang²mu sudah dikemas kah?" tanya Asiah dia juga khawatir padahal dia tidak begitu tau permasalahan.
"Hhmm sudah. Ayo bantu aku!" ajak Diana lalu mereka keluar melihat dinding yang dicoret².
"Siapa pelakunya ini?" ucap Asiah sambil membersihkan tulisannya, seperti spidol makanya masih bisa dihapus.
"Entah." jawab Diana singkat. "Apa Adi ya? Kan dia sudah aku tolak. Atau kak Rudi? Huh pusing." batin Diana. Usai membersihkan coretan yang ada Diana dan Asiah masuk, yang lain masih sibuk dengan barang²nya.
"Untung sudah selesai. Semoga cepat pulang!" batin Diana lagi. Dia merasa frustasi dan ingin segera memutar waktu supaya lebih cepat.
"Diana naik motor ki saja, saya bonceng ki nanti." ajak Edi.
"Aku naik mobil saja sama yang lain." jawab Diana merasa tidak enak.
"Naik motor saja Diana. Atau mau sama Adi?" tanya Asiah memberi penawaran. "Kamu tau siapa yang jemput?" bisik Asiah lagi.
"Gak." jawab Diana singkat.
"Sudah nebeng Edi saja." ujar Asiah.
"Mau aku antar Diana?" kak Rudi datang untuk salam perpisahan. Diana hanya menggeleng saja sebagai jawaban.
"Iya deh aku ikut kamu." ucap Diana pada Edi, dia hanya tersenyum karena Diana mau ikut dengannya.
"Cie... Gitu dong!" ledek Asiah menyenggol lengan Diana pelan sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Kamu kan yang saran kan?" ucap Diana kesal.
"Iya iya itu akan lebih baik." ucap Asiah Jujur. "Bagus lah Diana mau naik motor, kasihan dia kalau harus naik mobil! Jangan sampai ada gosip² lagi, apalagi yang menjemput kami adalah sopir keluarga pak Wijaya." batin Asiah bahagia. Sebenarnya Asiah tau gosip yang beredar tapi dia tidak mau ambil pusing karena bukan urusannya, dia akan ikut terlibat ketika Diana bercerita dengannya. "Terkadang aku iri dengan Diana karena banyak yang menyukainya, tapi karena gosip itu jadi banyak juga uang menghinanya. Entahlah." batin Asiah tidak mau terlibat terlalu jauh tanpa ada kode dari Diana yang bersangkutan.
"Ayo siapkan barangnya di luar, mobil akan segera tiba." ujar Jefri sebagai ketua tim. Mereka semua segera mengeluarkan barang ke teras.
***
Flashback On
"Kita buat acara bersama saja di kantor besar supaya satu kali acara." usul Anti.
"Tidak bisa Anti, kita akan tetap adakan acara di tempat tinggal kita. Masak tidak undang tetangga?" ujar Edi.
"Jadi bagaimana solusinya?" tanya Anti lagi.
"Begini saja, kita buat acara dikantor besar dengan para bos tapi kita juga akan buat acara di rumah. Ayo buat proposal pendanaan!" sahut Jefri memberi solusi.
"Ide bagus juga. Biar saya yang buat Proposalnya tapi kalian yang berangkat untuk mengajukan ke bos." ucap Diana.
"Baik lah." putus Anti. Mereka buat Proposal pengajuan dana bantuan untuk acara perpisahan di kantor juga di rumah. Mereka juga minta sumbangan pada tetangga dan Alhamdulillah semua antusias membantu.
"Alhamdulillah dapat banyak." gumam Diana yang menghitung uang bersama dengan Asiah dan Anti. Ya mereka memang yang aktif dalam mengurus hal demikian kalau yang lain lebih suka urus diri sendiri dan dapur.
"Iya. Lumayan ini Dian." jawab Asiah. "Anti, lalu siapa yang akan masak? Mau buat makanan atau kue saja?" tanyanya lagi.
"Bagus bikin barobbo saja, kan tidak sulit untuk mencari jagung disini. Nanti kita beli secukupnya." jawab Anti. "Tapi kalau kita buat dikantor gak mungkin, kalau dikantor acara makan kue saja gimana? Jadi saat perpisahan hidangannya kue supaya tidak terlalu rumit." Imbuh Anti.
"Aku setuju, dikantor kue nanti di rumah baru buat barobbo nya bersama tetangga." mereka setuju dengan ide tersebut tinggal dirapatkan kembali bersama yang lainnya. Usai rapat semua setuju dengan acara perpisahannya.
"Wah terima kasih semua sudah hadir ditengah² kami membantu pekerjaan kami di kantor dan dilapangan. Kalian hebat² semoga sukses kedepannya. aamiin." ucap Pimpinan Proyek bernama Louis. "Acaranya juga bagus sederhana tapi merakyat. Saya suka." imbuhnya dengan memberikan dua jempol untuk para siswa tersebut.
"Alhamdulillah." batin Diana.
Acara selesai, keesokan harinya mereka buat acara di rumah bersama para tetangga.
"Ya... Kalian akan kembali! Sepi nanti disini." ujar ibu Dinda tetangga sebelah kanan.
"Betul bu Dinda. Disini ramai ada mereka, kita juga sering kumpul karena ada mereka." sahut ibu Tari tetangga depan. Mereka asyik bercengkrama dan melepas atau salam perpisahan dari para siswa.
"Datang² lah kemari, atau setelah tamat kalian kerja disini!" usul ibu Dinda. Obrolan berlanjut hingga sore hari lalu bubar ke rumah masing².
"Akhirnya selesai juga. Capek." keluh Asiah lalu rebahan padahal belum dibereskan semua sisa makanan. Sebagian sudah dibereskan oleh ibu² tapi belum dicuci. Hahaha.
"Tenang Asiah nanti kami yang cuci." ucap Yuli melihat ke arah beberapa temannya yang hanya mengangguk saja.
Flashback Off
***
Mereka pulang langsung turun di sekolah supaya adil. Begitu juga Diana karena harus mengambil tasnya.
"Tas kamu dimobil ya?" tanya Edi saat mereka diperjalanan pulang.
"Iya. Nanti turun disekolah saja."
"Ok. Kamu gak apa² kan?" tanya Edi.
"Gak apa²." jawab Diana singkat.
"Kamu tau gosip itu Di? Emang itu benar gak sih?" tanya Edi hati² seraya menjalankan motornya cukup santai sambil berbincang.
"Maaf Di, aku gak bisa cerita."
"Gak apa². Kamu yang sabar ya! Semoga kamu kuat menghadapinya." ucap Edi bijaksana.
"Kamu gak malu punya teman sepertiku Di?" tanya Diana.
"Kalau aku malu gak mungkin aku mau bonceng kamu Di. Ada² saja!" jawabnya. "Setiap orang pasti punya masalah Di, tergantung kita menyikapinya bagaimana! Namanya manusia pasti pernah khilaf, semoga kamu bisa menjadi lebih baik Di." doa Edi tulus. "Aku sudah anggap kamu saudara Diana, karena aku ingin punya adik perempuan." imbuhnya jujur.
"Kan masih banyak teman kita yang lain?" tanya Diana.
"Mereka beda sama kamu. Kamu masih terlalu polos dan masih harus dilindungi, buktinya kamu sampai salah jalan." ucap Edi. Tanpa terasa butiran bening lolos dari mata indah Diana. "Sudah lah, masih ada Tuhan bersamamu." sambung Edi. Setelah beberapa saat Diana berhenti menangis meski tidak sesenggukan tapi terdengar dari suara ingus keluar.
"Maaf." hanya itu yang terucap dari mulut Diana. "Kenapa kamu baru muncul sekarang Edi?" batin Diana. "Kalau tau dari dulu kamu itu seperhatian ini mungkin semua itu tidak akan terjadi padaku." sesal Diana dalam hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Happy reading!