Ricard Dirgantara, pelayan bar yang terpaksa menjadi suami pengganti seorang putri konglomerat, Evelyn Narendra.
Hinaan, cacian dan cemooh terus terlontar untuk Richard, termasuk dari istrinya sendiri. Gara-gara Richard, rencana pernikahan Velyn dengan kekasihnya harus kandas.
Tetapi siapa sangka, menantu yang dihina dan terus diremehkan itu ternyata seorang milyader yang juga memiliki kemampuan khusus. Hingga keadaan berbalik, semua bertekuk lutut di kakinya termasuk mertua yang selalu mencacinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 : SEKALIAN BELAJAR
Tubuh Velyn membeku mendengar tawaran Richard. Hatinya bak dihujani ribuan bunga. Bibir yang semula menganga, kini mulai merapat disambung dengan sebuah senyuman penuh kelegaan.
Dengan sabar Richard menunggunya, sampai wanita itu bergerak memutar tubuh hingga kini saling berhadapan. Sepasang manik Velyn yang tergenang cairan bening, menatapnya begitu dalam. Tangan kurus itu meraih jemari Richard lalu menggenggamnya. Wanita itu membungkuk, mencium punggung tangan Richard dengan air mata yang berjatuhan.
“Sudah, cukup nangisnya. Enggak capek apa?” gumam Richard membelai puncak kepala Velyn.
Richard menaikkan dagu Velyn, membenamkan bibir pada kening wanita itu, lalu turun ke hidung mancung Velyn dan berakhir di bibir mungilnya.
Satu kecupan, dua kecupan, tidak mendapat penolakan, Richard melanjutkannya, semakin memperdalam pagutan bibirnya. Tangannya menekan tengkuk Velyn, semangatnya membumbung tinggi. Karena pada akhirnya bibir itu sudah tidak menganggur lagi. Bak padang sahara yang telah diairi, seDan ia yakin setelah ini akan selalu sibuk setiap harinya, jika berdekatan dengan sang istri.
Masih dalam suasana ciuman yang memanas, tiba-tiba pintu diketuk beberapa kali. Bahkan langsung terbuka sebelum Richard mempersilahkan. Mau tidak mau, memaksa Richard melepas pagutan lembut semanis madu itu.
Tanpa sadar, rambut Velyn berantakan akibat gerakan brutal tangan Richard. Wanita itu sibuk menyeka bibirnya yang basah. Dadanya naik turun dengan cepat, meraup oksigen sebanyak-banyaknya sembari merapikan rambutnya.
“Di mana sopan santunmu, Delon?!” decak Rihard memicingkan matanya.
“Maaf, Tuan!” Delon membungkuk, tidak tahu jika terjadi penyatuan bibir tuannya siang itu. Ia kembali menutup pintu ruangan Richard, takut memancing kemarahan sang bos. Delon sendiri lupa jika ada kunjungan dari nyonya-nya.
“A ... aku membawakan makan siang untukmu,” ujar Velyn memecah kecanggungan di ruang kerja Richard usai pintu kembali tertutup rapat.
Velyn menyusun beberapa bupperware di atas meja. Berisi beraneka ragam makanan yang sudah disiapkan pelayan di kediaman Richard.
Sedari tadi, Richard memperhatikan wanitanya. Wajah yang putih, bersih, seketika berubah merah bak kepiting rebus. “Terima kasih,” ujarnya tersenyum tipis.
Richard langsung mengambil alih, mengambil nasi, menumpukan beberapa lauk pauk di atasnya. Memulai menyuap makanan itu dengan nikmat.
“Enak banget, kamu pinter masak ternyata,” ujar Richard setelah menelan suapan pertama.
Velyn tersenyum kaku, “Sayangnya bukan aku yang masak. Kamu tahu sendiri aku enggak bisa, sejak kecil dituntut rajin belajar keras agar bisa mengelola perusahaan. Maaf ya, aku banyak kekurangan,” akunya jujur.
Richard menghentikan gerakannya. Sadar telah salah bicara. Ia lalu menyuapkan makanan pada mulut Velyn, “Tidak masalah. Ada Bibi yang mengerjakannya. Kalau Bibi cuti bisa delivery. Tidak usah dipikirkan,” ucapnya tersenyum tanpa menurunkan lengannya. “Ayo. Kamu juga harus makan. Harusnya masih istirahat di rumah,” tambahnya mengangguk.
Perlahan, Velyn menerima suapan dengan sendok yang sama. Bergantian dengan sang suami, hingga tanpa terasa makanan pun tandas. Termasuk salad buah dan juga cupcake spesial sebagai makanan penutup. Makan siang yang biasanya hambar, kini terasa begitu manis bagi pasangan itu. Bahkan lambung Velyn mampu menampung banyak makanan, tidak seperti biasanya yang hanya satu dua suap saja.
“Aku ada meeting nanti jam satu di luar. Ikut ya? Enggak mungkin kamu aku tinggalkan di sini sendiri,” ujar Richard merebahkan kepala di pangkuan istrinya. Menggerakkan jari telunjuk di wajah cantik wanita itu.
“Emmm ... boleh?” Velyn menautkan kedua alisnya.
“Tentu saja!” sahut Richard dengan serius.
“Baiklah, aku jadi bisa sekalian belajar banyak hal dari CEO hebat kayak kamu. Maaf, dulu selalu meremehkanmu,” tutur Velyn membelai pipi suaminya.
Ketukan pelan disertai panggilan sopan mulai terdengar, memecah kemesraan pasangan itu. Richard berdecak kesal, rasanya baru sebentar melewati waktu istirahat bersama istrinya.
“Maaf, Tuan. Kita harus berangkat sekarang,” ucap Delon berdiri di ambang pintu. Tidak berani semakin masuk, mengingat ada sang nyonya di sana.
Richard beranjak duduk, menggenggam tangan Velyn lalu segera melangkah serentak. Delon hanya mengangguk tanpa berani menyapa saat berpapasan dengan istri sang bos.
Perjalanan tidak begitu memakan waktu, jarak meeting lumayan dekat. Yakni, di perusahaan tetangga. Velyn dikenalkan pada para kolega Richard, dengan bangga memperkenalkan sebagai istri. Sepanjang pertemuan, Velyn mengamati mereka. Menyerap ilmu-ilmu yang sekiranya bisa ia praktikkan di perusahaannya nanti. Rasa kagum semakin menumpuk di hatinya, suaminya terlihat sangat berwibawa, cerdas dan tegas.
Hingga sore hari mereka baru kembali, Richard langsung meminta pulang saja. Takut jika Velyn kelelahan. Apalagi masih dalam pemulihan. Sesampainya di depan gerbang rumahnya, ia melihat keributan antara penjaga rumah dengan saudara tirinya, Claudya.
“Siapa itu, Cad?” tanya Velyn mengerutkan keningnya.
“Sebentar ya.” Richard bergegas turun dari mobil dan menghampiri keributan itu.
Bersambung~
Jadii... waktu aku di RS, barengan nenekku meninggal. kemarin lusa ada acara 7 harian sibuk banget. terus aku juga ada jadwal kontrol ke RS, Best... Maapkeun, 🙏 aku juga mudah tidur sekarang 😁
semoga sehat selalu 🤗🤗🤗
ck.. ck.. ck..
Malunya gak akan abis tujuh turunan..
Sulit buat Velyn.. makin cinta dech.. /Heart//Heart/
aq kasih bunga sama Vote
Mana panas pula lihat Stevy dah masuk mobil Delon