"Tak harus ada alasan untuk berselingkuh!"
Rumah tangga yang tenang tanpa badai, ternyata menyembunyikan satu pengkhianatan. Suami yang sempurna belum tentu setia dan tidak ada perempuan yang rela di duakan, apalagi itu di lakukan oleh lelaki yang di cintainya.
Anin membalas perselingkuhan suami dan sahabatnya dengan manis sampai keduanya bertekuk lutut dalam derita dan penyesalan. Istri sah, tak harus merendahkan dirinya dengan mengamuk dan menangis untuk sebuah ketidak setiaan.
Anin hanya membuktikan siapa yang memanggil Topan dialah yang harus menuai badai.
Seperti apa kisahnya, ikuti cerita ini ya☺️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19. Menunggu Waktu
" Sayang, apa maksudmu?" Ratna menatap Galih yang baru saja tiba di apartemen yang di sewa khusus oleh Galih untuk mereka berdua melepaskan rindu karena tak mungkin mereka melakukan kemaksiatan di rumah Ratna yang nota bene adalah warisan Suami Ratna, Bowo. Di sana pun ada bi Inah dan Suaminya mang Pardi, orang kepercayaan keluarga Bowo yang telah mengurus rumah itu sejak keduanya belum menikah.
Jika mereka menuntaskan hasrat di sana, pastilah jadi masalah
"Anin mencurigai kita?" Ratna melonggarkan pelukannya, matanya membulat setelah mendengar kalimat pertama yang keluar dari bibir Galih, "Anin mencurigai hubungan kita."
"Ya, dia bahkan menyebut namamu tadi pagi." Ucap Galih dengan gusar.
Anin tergugu sesaat, dia terlihat panik kemudian.
"Dia...dia bilang apa?" Tanya Ratna dengan gugup seperti baru di ciduk.
"Anin menanyakan hubungan kita berdua, dia terlihat begitu cemburu. Aku belum pernah melihat sikapnya seperti itu." Galih memalingkan wajahnya yang terlihat gelisah.
"Dia mengamuk padamu?" Tanya Ratna dengan gugup.
Galih menggeleng, wajahnya terlihat masam.
"Kelihatannya dia hanya sekedar menebak saja tidak terlihat yakin sama sekali. Mungkin ada seseorang yang mempengaruhi fikirannya. Aku kenal sekali bagaimana Anin, dia orang yang seribu persen percaya padaku. Dia memujaku, tak mungkin dia mencurigaiku jika tak ada orang yang membuatnya berfikir..."
"Siapa? siapa yang memberitahunya? Rasanya tak ada orang yang tahu..."
"Itu yang sedang ku cari tahu. Siapa yang telah berani ikut campur dengan urusanku ini." Galih membalikkan badannya melepaskan jas yang di kenakannya, pakaian itu membuatnya merasa gerah.
Dia meninggalkam pesan WA kepada Anin setelah kejadian pagi tadi bahwa dia harus melakukan meeting sebentar karena Anin sama sekali tak berbicara lagi padanya. Moment ini di pergunakannya menemui Ratna yang telah menunggunya untuk dinner berdua di dalam apartemen privat mereka sejak setahun terakhir, tempat mereka membuat janji temu karena jika melakukannya di hotel sangat beresiko.
"Hampir dua tahun kita melakukannya, Anin tak pernah mencurigaiku sedikitpun, aku sudah cukup berhati-hati." Galih terlihat berpikir keras.
"Aduh, bagaimana ini?" Ratna menggigit bibirnya, dia tampak salah tingkah dan bingung.
"Kita harus mengakhiri semuanya sekarang, Anin sepertinya mencium hubungan kita."
"Mengakhirinya?" Ratna terlihat begitu terguncang mendengar kalimat itu.
Galih menatapnya dengan tajam,
"Kita tak mungkin sering bertemu lagi, aku yakin Anin sedang mengawasiku sekarang."
"Tapi..." Raut wajah Ratna sekeruh kolam di musim penghujan. Matanya tak berkedip menatap Galih.
"Semudah itu, kita berakhir?" Ratna menelan ludahnya dalam bimbang.
"Kamu kira ini keputusan yang mudah? Aku tak mungkin memperkeruh suasana dengan mempertaruhkan rumah tanggaku. Anin dan Gita..."
"Setelah satu setengah tahun kamu baru berfikir begitu?" Ratna menggelengkan kepalanya dengan tatapan putus asa.
"Ratna---"
"Apakah semuanya tak berarti apa-apa bagimu? Bagaimana kita bisa berakhir begitu saja seperti ini?" Wajah Ratna tiba-tiba terlihat memelas.
"Ratna, aku mempunyai istri dan kamu juga mempunyai suami, sekarang Anin mulai curiga, paling tidak kita jangan bertemu dulu..." Kalimat itu di ucapkan Galih dengan bimbang.
"Aku tahu!" Mata Ratna menjadi nyalang.
"Aku tahu itu tak perlu kamu beri tahu lagi. Tapi ini sudah terlanjur..." Ratna memeluk lengan Galih.
"Terlanjur?"
"Aku terlanjur mencintaimu, aku bahkan tak bisa berfikir hidup tanpa kamu lagi." Ratna mulai terisak.
"Aku mengerti." Galih merengkuh bahu Ratna dengan enggan. Tatapannya benar-benar bingung.
"Jangan meninggalkan aku, sayang..Sungguh, aku bisa mati jika kamu meninggalkan aku." Ratna mulai terisak.
"Dulu aku meminta kamu berhenti, saat pertama kali kita terperosok, tapi kamu menolaknya. Lalu, bagaimana bisa kamu mengakhiri semuanya sekarang begitu saja, bahkan aku mungkin sudah mati rasa pada suamiku sendiri." Ratna mencengkeram pergelangan tangan Galih seraya mendonggak.
"Kamu mengatakan kamu mencintaiku melebihi Anin, bukankah itu benar?"
Galih menatap mata Ratna yang berkaca-kaca, wajah cantiknya menjadi sembab. Perlahan kepalanya terangguk, dia dilanda bimbang tetapi tak bisa menampik rasa puas dan bahagia setelah mereguk semua pelayanan Ratna padanya selama ini. Bahkan dia tak sungkan mengakui pada sahabat istrinya itu, dia begitu c4ndu pada tubuh Ratna.
"Kita boleh tak bertemu sementara waktu tapi jangan pernah mengakhiri hubungan kita ini..." Mohon Ratna, sungguh tak ada kiblat sesal di wajahnya meski dia sadar hubungan mereka sangat tak wajar.
"Sayang, kita harus bisa melenyapkan kecurigaan Anin, aku tak mau rumah tangga kami hancur karena perselingkuhan kita. Apa kata orang-orang nanti, keluargaku pasti menghakimiku."
"Aku akan menjelaskan pada Anin dan meyakinkannya, dia pasti percaya padaku. Aku akan datang di hari anniv pernikahan kalian supaya dia percaya, kecurigaannya tidak beralasan." Ratna memeluk tubuh Galih dengan sikap manja dan mengiba.
Galih tak bergeming, dia masih terpekur memikirkan apa yang harus dilakukannya, baru kali ini dia bimbang. Tapi, pesona Ratna seolah memasung otaknya bahwa dia tak ingin berakhir, karena jika berakhir maka dia akan kehilangan Ratna. Tubuh dan pelayanan sahabat istrinya ini benar-benar telah memabukkan dirinya.
"Aku harus pulang sekarang..." Galih berusaha tak merespon ketika Ratna mulai memeluknya.
"Nanti Anin mencariku, aku takut dia mengawasiku." Galih memeluk Ratna seadanya tetapi Ratna sama sekali tak melonggarkan pelukannya.
"Jangan pergi..." Bisik Ratna manja.
"Hari ini ulang tahunku, berikan aku itu..." rengeknya sambil mengalungkan tangannya di pinggang Galih.
Sejurus kemudian Galih tak berdaya, saat Ratna membuatnya lupa diri.
Bahkan telpon dari suami Ratna, tak di indahkan perempuan ini, dia sibuk menuntaskan hasratnya.
...***...
Anin menatap nanar ke arah gedung Apartemen yang menjulang di seberang jalan. Helaan nafasnya terdengar tenang. Dia tahu di dalam kamar itu di antaranya ada suaminya yang sedang berasyik masyuk dengan sahabatnya sendiri.
"Kita ke bandara..." Ucapnya kemudian, menepuk bahu Reno, sopir sang suami yang terlihat polos dan gugup mengikuti perintah majikannya itu.
"Aku harus menjemput mertuaku, hari ini mereka datang." Kalimat itu seakan di ucapkannya pada dirinya sendiri.
Ini adalah malam hari ke empat setelah pertengkaran di Cafe itu dan Anin tahu suaminya itu tak pernah bisa meninggalkan selingkuhannya itu. Aniverssary ke -9 tahun pernikahan mereka hanya tiga hari lagi, Anin hanya ingin membuat Galih dan Ratna tak akan melupakan hari itu seperti halnya dirinya yang tak akan memaafkan lagi kecurangan dua orang itu.
Anin hanya menunggu waktu!
...***...
SAKIT HATI TERBESAR SEORANG ISTRI ADALAH:
Ketika dia rela mengabdikan hidupnya hanya untuk suaminya, dia bahkan bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan suaminya, dia pula bisa menerima semua keadaan hidup apa adanya bahkan kekurangan sekalipun.
Dia mengadikan dirinya hidup kesusahan dan menemani suaminya dalam keadaan sakit atau sehat, tapi pada akhirnya perjuangan dan kesetiaannya terbalaskan dengan sebuah Penghianatan.
Perempuan seperti ini, adakah yang melebihi sakit hatinya?
andai d alam nyata, tak bejek2 tu suami .bikin dendam aja
sukses dalam berkarya.
ku suport dngan kirim setangkai mawar.