NovelToon NovelToon
Menjadi Pelunas Hutang Suami

Menjadi Pelunas Hutang Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Jumli

Luna terpaksa menjadi istri ke-3 dari seorang Tuan yang bernama Daru. Suami Luna sebelumnya di nyatakan telah meninggal dunia dan rupanya memiliki banyak hutang.

Mereka harus Menjadi Pelunas Hutang Suami nya yang katanya berjumlah puluhan Triliun. Luna hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri.
Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa suami yang sangat di cintai nya meninggalkan penderitaan untuk nya dan anak-anak.

Ibu dari tiga orang anak itu harus membayar semua hutang suaminya dengan menikah dan menjadi budak. Luna hanya bisa pasrah menerima namun kesedihan selalu melanda kala anak-anaknya harus ikut mendapatkan siksaan.

Mampukah mereka menjadi takdir yang mengejutkan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Album

Nisa berjalan perlahan, merasa tubuhnya yang lemah dipenuhi rasa kantuk, namun udara segar pagi itu membangkitkan sedikit semangat dalam dirinya. Langkahnya yang teratur seolah menyentuh tanah dengan lembut, seolah taman yang hijau dan rindang ini memeluknya dalam keheningan. Sakit yang menderanya, baik fisik maupun emosional, terasa lebih ringan saat ia di sini.

"Nyonya Nisa, mau saya ambilkan minuman hangat?" tanya Ayu mendekati Nisa yang terlihat sedang menikmati angin pagi di luar.

"Bikinkan saya teh dengan sedikit gula," ujar Nisa menyetujui saran Ayu.

Ayu patuh dan langsung segera pergi ke dalam, Nisa adalah istri kesayangan Daru, jadi harus melayaninya dengan baik agar sang Tuan tidak marah.

Di bawah pohon besar yang hampir menutupi seluruh langit dengan dedaunan lebat, Nisa melihat seorang anak kecil bermain sendirian. Nisa tersenyum, mengetahui siapa anak itu. Anak bungsu dari istri ketiga suaminya—Luna.

Bayu sedang duduk di sebuah bangku taman di sekitar rumah besar itu, memegang sebuah album foto besar yang hampir tidak proporsional dengan tubuhnya yang kecil. Setiap kali Nisa mengamatinya, Bayu tampak terhanyut dalam dunia fotonya sendiri, seolah album itu adalah harta karun, begitu lah anak-anak. Tapi kenapa Bayu duduk sendirian, biasanya selalu di temani oleh Putri?

Nisa mendekati Bayu, Ia duduk di sebelahnya, memandangi album yang sedang dibuka oleh Bayu.

"Bayu, sedang apa Nak?" tanya Nisa dengan suara lembut, berusaha menyapa dengan senyum meskipun hatinya masih penuh tanda tanya.

Bayu mengangkat kepala, menatap Nisa dengan mata yang cerah, sedikit bingung, dan kemudian ia mengangguk pelan, menyadari kedatangan Nisa.

"Ibu Nisa, lihat, ini foto Ibu Bayu, ada juga foto Ayah," jawab Bayu dengan riang, sambil menunjuk ke arah gambar yang ada di halaman pertama album, Bayu tidak takut sama sekali dengan Nisa karena wanita itu sangat berbeda dengan Marni yang selalu marah-marah.

Nisa mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang ganjil dalam pernyataan Bayu. Mungkin kah anak itu sedang rindu dengan sosok Ayahnya Hendra?

"Ibu Bayu?" tanya Nisa, sedikit terkejut. "Maksudmu, Ibu Luna?" tambahnya, mengonfirmasi. Mata Nisa terfokus pada foto masa kecil Luna

Bayu mengangguk sambil tersenyum lebar. "Iya, Ibu Luna. Ini foto Ibu Luna waktu masih kecil."

Nisa menatap album itu lebih dekat. Di sana, sebuah gambar menunjukkan seorang gadis kecil dengan wajah polos dan rambut panjang yang tergerai. Ia tampak sedang berdiri di halaman rumah yang tidak sederhana, dengan senyum yang tampak ceria. Gadis itu mengenakan baju mewah dan latar belakang rumah itu tampak tidak asing bagi Nisa.

“Ini foto Ibu Luna waktu kecil? Sepertinya… tidak banyak orang yang tahu tentang ini,” gumam Nisa pelan, sambil memperhatikan wajah gadis kecil itu dengan seksama. Ada sesuatu yang membuat hatinya berdebar, sebuah perasaan yang sulit dijelaskan.

“Kenapa Ibu Luna terlihat berbeda ya, Bayu?” tanya Nisa lagi, mencoba menggali lebih dalam. Namun seperti lupa, Nisa tidak sadar jika sedang bertanya pada anak kecil.

Bayu tidak menjawab karena tidak mengerti dengan maksud pertanyaan Nisa. Anak itu malah kembali membuka halaman berikutnya dari album tersebut. Kali ini, foto yang Nisa lihat, di sana Luna sudah lebih dewasa.

Terlihat Luna yang memakai seragam SMP menunjukkan Luna dalam usia yang sedikit lebih tua dari sebelumnya, mungkin sekitar empat belas sampai lima belas tahun.

Nisa melanjutkan memandangi foto itu, merasakan ada suatu perasaan aneh yang menggelitik di dadanya. "Ini… Ibu Luna memang berbeda, Bayu. Aku merasa ada yang aneh dengan foto ini." Suaranya hampir berbisik, seolah takut jika suara kerasnya bisa mengungkapkan sesuatu yang lebih besar dari sekadar gambar di dalam album.

Tapi Bayu tidak mengerti mengapa Nisa menyebut foto Ibu nya itu berbeda.

"Bayu, dari mana kamu mendapatkan album ini?" tanya Nisa, kali ini dengan nada yang lebih hati-hati.

Bayu menoleh ke arah Nisa dan sedikit mengangkat bahu.

"Bayu ambil di kamar Ibu," jawab Bayu dengan suara cadelnya. Mungkin anak itu memang suka melihat isi album tersebut. Apalagi di dalam sana juga ada banyak gambar Ayah mereka, Hendra.

Nisa memandangi foto-foto itu lagi, merasa masa lalu Luna semakin mendekat padanya. Dan dalam hati Nisa, sebuah perasaan ingin tahu mulai tumbuh, semakin kuat tentang siapa Luna sebenarnya.

"Bayu, bisa Ibu Nisa pinjam sebentar album nya?" pinta Nisa lembut.

Tanpa ragu Bayu menyerahkan album tersebut pada Nisa. Diam-diam wanita dewasa itu mengambil dua foto Luna. Foto saat Luna kecil dan juga foto Luna memakai seragam SMP.

"Bayu, kakaknya di mana, kok tidak temani Bayu main?"

Nisa mengalihkan perhatian Bayu saat salah satu tangannya mengantongi apa yang tadi Nisa ambil agar tidak terlihat oleh anak itu.

"Kakak Putri bersama Ibu. Kakak Putri masih minum obat," balas Bayu.

Nisa memberikan kembali album yang tadi di ambilnya dan anak kecil itu meraihnya dengan riang gembira.

"Nyonya Nisa, ini teh anda."

Ayu datang membawakan apa yang Nisa butuhkan. Kepala pelayan itu melirik pada Bayu yang duduk di samping sang Nyonya Daru pertama.

"Ayu, bawakan juga cemilan untuk Bayu," perintah Nisa.

"Baik Nya."

"Bayu, kamu temani Ibu Nisa di sini ya. Nanti Ayu ambilkan cemilan untuk Bayu," kata Nisa dan Bayu mengangguk senang. Pastilah anak-anak akan bahagia jika di temani dengan cemilan.

Ayu pun tiba dan menyajikan cemilan untuk Bayu di atas meja dan di depan anak itu duduk. Nisa mengangkat tangan nya mengisyaratkan untuk Ayu segera pergi. Ayu mengerti dan segera berlalu dari sana di ikuti para maid yang mengikuti nya.

"Ayo sayang, makan cemilan nya," perintah Nisa.

Bayu yang malu-malu dengan senang hati meraih beberapa makanan menggiurkan tersebut lalu melahapnya, bibirnya sampai bernoda coklat toping dari cemilan tersebut.

"Enak?" tanya Nisa setelah Ia juga menyeruput teh nya sendiri.

"Manis," jawab Bayu tampak Lucu.

Nisa tersenyum dan Ia diam termenung karena dirinya tidak bisa memiliki seorang anak kandung. Dokter sudah memvonis jika Ia tidak bisa di buahi dan sangat sedikit kemungkinan untuk memiliki keturunan bahkan tidak mungkin. Wajah nya yang sedikit pucat membuat raut sedihnya semakin terlihat.

"Bayu!"

Nisa dan Bayu menoleh ke asal suara, dari kejauhan terlihat Luna nampak berjalan cepat menghampiri mereka dan seperti terlihat cemas.

"Nak, Ibu cari di mana-mana. Rupanya Bayu ada di sini," kata Luna sambil memeluk sang anak dengan perasaan lega.

"Luna, Bayu baik-baik saja. Lagipula, jika masih dalam lindungan rumah, kamu tidak perlu cemas. Kecuali penjaga gerbang mengatakan melihat Bayu ataupun kakak-kakaknya keluar dari gerbang," kata Nisa menenangkan Luna.

"Terimakasih Mbak. Bayu jadi repotin Mbak Nisa," ujar Luna tidak enak karena melihat sisa makanan Bayu.

Mungkin anak itu meminta yang tidak-tidak pada Nisa.

"Ah tidak kok. Bayu anaknya sangat baik dan penurut," ucap Nisa sambil tersenyum dan mengelus kepala Bayu.

"Ibu, Bayu melihat foto."

Luna melihat album yang ada di tangan Bayu lalu tersenyum serta berjongkok di hadapan Bayu.

"Bayu rindu Ayah, ya?" tanya Luna dan di angguki oleh Bayu kecil.

"Luna, kamu bawalah Bayu kedalam. Aku juga akan masuk untuk istirahat," tutur Nisa seperti perintah.

"Iya Mbak, kami duluan."

Luna dan Bayu pun pergi tanpa menyadari jika isi album itu telah berkurang.

1
Kura Ganjar
penasaran
Jumli: terimakasih atas dukungannya 🙏
total 1 replies
Ripah Ajha
lanjut Thor🥰
Jumli: siapppp
total 1 replies
Ripah Ajha
sama2 Thor, karyamu keren, semangat lanjut ya🥰
Jumli: iya, ini masih semangat 💪
doain lolos bab terbaik 😭😌
total 1 replies
Ripah Ajha
semangat ya Thor, makin keren cerita nya👍
Jumli: makasih banyak untuk dukungan nya kak.
minta Doanya supaya cerita ini tidak mengecewakan 🙏😁
total 1 replies
Jumli
makasih banyak untuk 5 bintang nya🙏🙏😭
Ripah Ajha
keren👍
Jumli: makasih banyak untuk 5 bintang nya 🙏😭
total 1 replies
Ripah Ajha
hayoo siapakah Luna sebenarnya?
Jumli: masih rahasia. author juga masih mikir mau jadiin Luna kayak gimana😅

besok baru update cerita Monika ya. jangan lupa mampir di sana
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!