NovelToon NovelToon
Peak Of Martial Art : Mortal World

Peak Of Martial Art : Mortal World

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Iblis / Mengubah Takdir / Ahli Bela Diri Kuno / Pusaka Ajaib
Popularitas:202k
Nilai: 4.6
Nama Author: YanYan.

Di dunia di mana kekuatan adalah segalanya, Liu Han hanyalah remaja 14 tahun yang dianggap aib keluarganya. Terlahir dengan bakat yang biasa-biasa saja, dia hidup dalam bayang-bayang kesuksesan para sepupunya di kediaman megah keluarga Liu. Tanpa ayah yang telah terbunuh dan ibu yang terbaring koma, Liu Han harus bertahan dari cacian dan hinaan setiap hari.

Namun takdir berkata lain ketika dia terjebak di dalam gua misterius. Di sana, sebuah buku emas kuno menjanjikan kekuatan yang bahkan melampaui para immortal—peninggalan dari kultivator legendaris yang telah menghilang ratusan ribu tahun lalu. Buku yang sama juga menyimpan rahasia tentang dunia yang jauh lebih luas dan berbahaya dari yang pernah dia bayangkan.

Terusir dari kediamannya sendiri, Liu Han memulai petualangannya. Di tengah perjalanannya menguasai seni bela diri dan kultivasi, dia akan bertemu dengan sahabat yang setia dan musuh yang kejam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertarungan di Bawah Bayangan Hutan

Suara derap langkah dan teriakan pria-pria berjubah hitam menggema di bawah naungan pohon-pohon besar. Ling Yan mengangkat pedangnya, aura spiritual ungu yang khas dari True Foundation menyelimuti tubuhnya. Meskipun tubuhnya belum sepenuhnya pulih, tatapan matanya tetap tajam, penuh keyakinan.

“Xiao Han, tetap di belakangku!” perintah Ling Yan tegas, tanpa membiarkan musuh mendekat terlalu cepat.

Liu Han, yang berdiri hanya beberapa langkah di belakang Ling Yan, mengepalkan pedang perak tingkat tiga miliknya. Dia bisa merasakan tekanan yang berat dari aura spiritual para pria berjubah hitam itu. Meski sebagian besar dari mereka berada di ranah True Foundation lapisan ke 5, keberanian Liu Han tetap terpancang pada keyakinannya untuk tidak meninggalkan Ling Yan.

Lima pria berjubah hitam menyerbu lebih dulu, pedang dan tombak mereka bergerak dengan kecepatan yang mengerikan. Ling Yan melangkah maju, mengayunkan pedangnya dengan gerakan anggun namun mematikan.

"Serangan Pedang Angin Ungu!" serunya, menciptakan serangkaian gelombang energi tajam yang langsung menghantam tiga musuh terdepan. Tubuh mereka terpental ke belakang, menghantam pohon dengan keras sebelum jatuh tidak bergerak.

Namun, dua pria lainnya berhasil mendekat, mencoba menyerang Ling Yan dari sisi kiri dan kanannya. Ling Yan melompat mundur dengan cekatan, lalu memutar pedangnya untuk menangkis serangan yang datang. Suara logam bertemu logam menggema keras, memecah keheningan hutan.

Sementara itu, Liu Han tetap di tempatnya, matanya memantau situasi dengan cermat. Dia tahu bahwa jika Ling Yan mulai kewalahan, dia harus siap untuk membantu.

Pria bertopeng logam, yang tampaknya pemimpin kelompok itu, melangkah maju sambil menggeram. "Ling Yan, aku mendengar reputasimu, tapi sekarang aku bisa melihat sendiri. Kau memang pantas disebut murid inti Sekte Pedang Langit. Tapi tubuhmu belum pulih, dan aku yakin kau tidak akan bertahan lama!"

Dia memberi isyarat, dan lima pria lainnya maju menyerang. Namun, kali ini mereka tidak menyerang langsung. Mereka mengelilingi Ling Yan, menciptakan formasi sederhana untuk menjebaknya.

Ling Yan, yang menyadari formasi itu, mengepalkan pedangnya lebih erat. "Kalian pikir ini cukup untuk menghentikanku?"

Dia mengarahkan energi spiritualnya ke pedangnya, menciptakan aura yang semakin intens.

“Xiao Han, ini akan sedikit kacau. Bersiaplah,” katanya tanpa menoleh.

"Aku siap, Kak Ling," jawab Liu Han, meskipun dia tahu bahwa situasi ini di luar kemampuannya.

Ketika musuh mulai menyerang, Ling Yan melancarkan teknik lain.

“Pedang Bayangan Langit!” teriaknya, pedangnya membelah udara dengan kecepatan tinggi, menciptakan bayangan pedang yang menyerang musuh dari segala arah.

Empat pria terhantam bayangan pedang itu, tubuh mereka terjatuh dengan luka dalam. Namun, serangan tersebut menguras banyak energi Ling Yan. Napasnya mulai memburu, dan keringat mengalir di dahinya.

Pria bertopeng logam melangkah maju dengan senyum dingin. "Kau kuat, tapi sudah kukatakan, kau tidak dalam kondisi terbaikmu."

Dia mengangkat pedang hitam besar yang memancarkan aura mematikan. Dengan sekali hentakan, dia melancarkan serangan yang membuat tanah di sekitar mereka retak. Ling Yan melompat ke belakang untuk menghindar, tapi dia tahu bahwa kekuatannya mulai menipis.

Melihat Ling Yan mulai terdesak, Liu Han merasa tidak bisa hanya berdiri diam. Meski mereka adalah musuh di tingkat yang lebih tinggi, dia tahu bahwa dia harus berbuat sesuatu.

Dia melangkah maju, energi emas yang mengalir di tubuhnya mulai berdenyut. “Kak Ling, aku akan membantumu!” serunya, meskipun dia tahu bahwa peluangnya sangat kecil.

“Xiao Han, jangan bodoh! Mereka terlalu kuat untukmu!” teriak Ling Yan, tapi Liu Han sudah bergerak.

Dengan pedang peraknya, Liu Han menyerang salah satu pria berjubah hitam yang tersisa. Meski serangan Liu Han masih kurang tajam dibandingkan Ling Yan, pria itu terkejut dengan kekuatan yang mendadak muncul dari anak muda itu. Pedang Liu Han menghantam pundaknya, membuatnya terjatuh ke tanah.

Pria bertopeng logam mengalihkan pandangannya ke Liu Han, matanya menyipit. “Cih... anak ini menyebalkan sekali...”

Namun, sebelum pria itu bisa menyerang, Ling Yan memanfaatkan celah itu untuk melancarkan serangan lainnya. “Jangan lupakan aku!” serunya, pedangnya melesat ke arah pria bertopeng, memaksa dia untuk mundur beberapa langkah.

Melihat Ling Yan mendapatkan sedikit keunggulan, Liu Han menarik napas lega. Namun, situasi tetap genting.

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari arah pegunungan, mengguncang tanah di bawah mereka. Semua orang, baik Ling Yan, Liu Han, maupun para pria berjubah hitam, berhenti sejenak, menoleh ke arah suara itu.

“Apa itu?” gumam Liu Han, matanya melebar.

Dari arah pegunungan, muncul semburan energi spiritual berwarna merah tua, membubung tinggi ke langit. Energi itu begitu kuat hingga menciptakan tekanan yang membuat napas terasa berat.

Pria bertopeng logam menoleh ke anak buahnya yang tersisa. "Mundur! Kita tidak punya waktu untuk ini!"

Tanpa basa-basi, pria itu dan beberapa orang berjubah hitam yang masih mampu berdiri segera menjauh, meninggalkan Ling Yan dan Liu Han di tempat tersebut.

Ling Yan menjatuhkan pedangnya, tubuhnya sedikit gemetar karena kelelahan. Liu Han segera berlari ke arahnya. “Kak Ling, kau baik-baik saja?”

Ling Yan mengangguk pelan. “Aku baik-baik saja. Tapi... energi itu... apa yang terjadi di pegunungan ini?”

Liu Han menatap ke arah semburan energi merah yang masih membubung. Perasaannya campur aduk antara ketakutan dan rasa ingin tahu.

“Sepertinya kita baru saja menemukan sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar kelompok bandit,” kata Liu Han pelan.

Ling Yan menatap pemuda itu dengan serius. “Kita harus mencari tahu, tapi aku harus pulih dulu sebelum kita bergerak.”

Liu Han mengangguk. “Kalau begitu, kita cari tempat aman dulu.”

Dengan bantuan Liu Han, Ling Yan berdiri. Mereka meninggalkan tempat itu, menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja menjadi jauh lebih berbahaya.

Setelah memastikan bahwa pria bertopeng dan anak buahnya benar-benar pergi, Liu Han membantu Ling Yan berjalan ke tempat yang lebih aman. Mereka menemukan sebuah ceruk kecil di bawah dinding batu besar, cukup tersembunyi untuk sementara waktu. Ling Yan tampak sangat lemah, wajahnya pucat karena menguras terlalu banyak energi spiritual.

“Xiao Han,” kata Ling Yan sambil tersenyum lemah, “kau benar-benar keras kepala. Kau seharusnya tidak ikut bertarung.”

Liu Han menunduk sedikit, merasa bersalah. “Aku tidak bisa membiarkan mereka melukaimu, Kak Ling. Kau sudah cukup melindungiku. Aku hanya ingin membantu.”

Ling Yan menggeleng pelan, lalu bersandar ke dinding batu. “Aku mengerti. Tapi saat ini, kau harus lebih memikirkan keselamatanmu sendiri. Aku tidak ingin kehilangan adik baruku.”

Liu Han tersenyum tipis mendengar kata-kata itu, tapi dia tahu bahwa Ling Yan benar-benar membutuhkan pemulihan segera. Cedera dan kelelahan Ling Yan terlalu berat untuk dibiarkan begitu saja.

Dia membuka cincin penyimpanannya, memeriksa isi yang dia ambil dari cincin pria berjubah hitam sebelumnya, dan juga barang-barang yang ada dalam cincin yang diwarisinya dari ahli kuno di goa. Matanya tertuju pada sebuah botol kecil berwarna emas yang memancarkan aura spiritual yang kuat.

“Pil tingkat lima,” gumam Liu Han.

Pil tersebut adalah salah satu harta langka yang tersimpan di dalam cincin itu, dirancang untuk memulihkan energi spiritual secara instan dan memperkuat fondasi kultivasi. Bahkan sekte besar sekalipun jarang memiliki pil semacam ini.

Dia mengambil salah satu pil dari botol itu, lalu berlutut di samping Ling Yan.

“Kak Ling, telan ini,” katanya sambil menyodorkan pil itu.

Ling Yan mengernyit, matanya terfokus pada pil yang ada di tangan Liu Han. Aroma pil itu saja sudah cukup untuk membuat energinya yang terkuras merasa seolah dipancing kembali. “Itu… pil tingkat lima?”

Liu Han mengangguk singkat. “Ini akan membantumu pulih lebih cepat.”

Ling Yan tampak ragu sejenak. Pil tingkat lima bukanlah sesuatu yang bisa ditemukan sembarangan. Harganya sangat tinggi, dan biasanya hanya dimiliki oleh orang-orang penting di sekte besar atau klan kuat.

“Darimana kau mendapatkan pil seperti ini?” tanyanya curiga, meskipun suaranya terdengar lemah.

Liu Han terdiam sesaat, mencoba memikirkan alasan yang masuk akal. “Aku menemukannya saat menjelajahi tempat-tempat terpencil. Aku beruntung menemukannya di antara barang-barang yang kutemukan.”

Ling Yan memandang Liu Han dengan tatapan penuh tanya, tapi dia terlalu lemah untuk terus mendesak. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Tapi kau tidak perlu memberikan ini padaku. Pil ini terlalu berharga.”

“Kak Ling, keselamatanmu lebih penting,” jawab Liu Han tanpa ragu. “Lagipula, kalau kau tidak pulih, kita berdua tidak akan bisa menghadapi apa yang menunggu di depan.”

Mendengar ketegasan dalam suaranya, Ling Yan akhirnya menerima pil itu. Dia memejamkan mata, lalu menelan pil tersebut.

Begitu pil itu memasuki tubuh Ling Yan, efeknya langsung terasa. Energi spiritual murni meledak dalam tubuhnya, mengalir melalui setiap jalur energi seperti banjir yang membawa kekuatan segar. Cedera internalnya sembuh dengan cepat, dan rasa lelah yang sebelumnya menguasainya lenyap sepenuhnya.

Ling Yan membuka matanya, yang kini bersinar dengan intensitas baru. Dia merasakan energi spiritualnya meningkat pesat, bahkan lebih kuat daripada sebelum dia terluka.

"Ini… luar biasa," gumam Ling Yan. Dia segera duduk bersila, memanfaatkan momentum itu untuk menstabilkan energinya.

Liu Han duduk diam di sampingnya, menjaga Ling Yan dari kemungkinan gangguan. Dia bisa merasakan aura Ling Yan meningkat dengan cepat, mencapai puncak ranah *True Foundation*. Ling Yan hanya tinggal sedikit lagi untuk menerobos ke ranah berikutnya.

Beberapa saat kemudian, Ling Yan membuka matanya kembali. Aura spiritual di sekitarnya mulai mereda, tetapi kekuatannya jelas terasa lebih besar daripada sebelumnya. Dia berdiri perlahan, memeriksa tubuhnya sendiri dengan rasa takjub.

“Xiao Han,” katanya, suaranya lebih kuat sekarang, “kau menyelamatkanku lebih dari yang bisa kukatakan. Pil itu… membuatku melampaui batasku. Aku sekarang di puncak ranah *True Foundation*. Hanya sedikit lagi, aku bisa menerobos ke ranah *Earth Realm*.”

Liu Han tersenyum kecil. “Aku senang pil itu bekerja.”

Namun, Ling Yan menatapnya dengan tatapan serius. “Tapi aku tidak bisa mengabaikan pertanyaan ini, Xiao Han. Darimana kau mendapatkan sesuatu yang begitu berharga?”

Liu Han tahu dia tidak bisa terus menghindari pertanyaan itu, tapi dia juga tidak bisa mengatakan yang sebenarnya tentang buku emas. Dia mengatur nada bicaranya agar terdengar tenang.

“Seperti yang kukatakan tadi, aku menemukannya saat menjelajahi tempat-tempat terpencil,” jawab Liu Han. “Aku tidak tahu siapa yang meninggalkannya, tapi kupikir lebih baik aku memanfaatkannya daripada membiarkannya sia-sia.”

Ling Yan masih tampak ragu, tetapi dia tidak mendesak lebih jauh. “Baiklah, kalau kau tidak ingin membahasnya lebih dalam, aku tidak akan memaksa. Tapi, aku berhutang nyawa padamu, Xiao Han.”

“Kau tidak berhutang apa pun, Kak Ling,” balas Liu Han sambil tersenyum. “Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan.”

Ling Yan tertawa kecil, merasa lega melihat adik barunya ini begitu tulus. Dia menepuk bahu Liu Han. “Kau benar-benar adik yang luar biasa. Aku tidak salah memilihmu.”

Mereka berdua tertawa kecil, tapi di balik itu, Ling Yan menyimpan rasa penasaran yang dalam. Siapa sebenarnya Liu Han, dan apa yang dia sembunyikan?

Meski begitu, Ling Yan memutuskan untuk tidak memikirkannya sekarang. Mereka masih memiliki perjalanan panjang ke depan, dan misteri di pegunungan Huosu menunggu untuk dipecahkan.

Bersambung...

1
Rozali Bz
mantaaaap.
lanjut lg dong thor!
koen
keren thor
Dewo Bumi
Ini ceritanya mirip-mirip film dragon ball 🤭
Dewo Bumi
wah sepertinya MC bakalan pingsan terus-terusan kalau bertarung dengan musuh 🫣
Ridu Suadi
lanjut thor
Mas Trisno Trisno
lnjut
Saiful Badri
Mantap
Saiful Badri
Lanjutkan
Mas Trisno Trisno
update p g tour
tiga benua
tll lambat alurnya...!!! mc nya msh ank sklh kayanya
Dewo Bumi
biasanya monster punya sesuatu di dalam tubuhnya yg bisa membuat MC berlatih 🤔
Dewo Bumi
masa tidak ada warisan tenik bertempur untuk MC berlatih 🤔
Dewo Bumi
masih di pantau alur ceritanya 🙏
medya afdhalin
Lumayan
Hendra Saja
mantap Thor walau tanggung kali..... semangat Thor.....
إندر فرتما
mantul
Mas Trisno Trisno
lnjut
Raysonic™
Feng li.. mana FengLi dan cao li
Halu
lemah sok pahlawan kocak lu
Raysonic™
sepupu MC kayaknya yg akan menjadi cangkang Mofu jendral iblis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!