Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
Brakkkk
Suara pintu yang dibanting dengan sangat kuat, membuat Rara dan Jovan terbangun. Keduanya langsung syok saat menyadari sama-sama dalam kondisi tanpa sehelai benangpun. Tak hanya itu, Rara merasakan jika bagian intinya sangat sakit. Mungkinkah semalam antara dia dan Jovan telah terjadi...
"Kurang ajar kalian!" pekik Dista yang kaget mendapati calon suami dan sahabatnya berada di atas ranjang yang sama dalam kondisi menjijikan. Kue dengan lilin angka 28 yang menyala, jatuh begitu saja. Pagi ini dia ingin memberikan kejutan ulang tahun untuk Jovan, tapi kondisi malah berbalik, dia yang dibuat terkejut oleh calon suaminya tersebut.
Jovan berusaha mencari pakaiannya yang tercecer, begitupun dengan Rara. Disaat bersamaan, Amanda yang datang bersama Dista mengambil ponsel dan merekam kejadian itu. Kehadirannya disana memang diajak Dista untuk merekam momen dia yang memberikan surprise ulang tahun, namun ternyata, malah mendapatkan sesuatu yang lebih menarik untuk direkam.
Amanda lebih fokus merekam Rara, karena dia tahu, video seperti ini, pihak perempuan jelas yang paling menarik perhatian.
"Gini balesan kamu ke aku, Ra?" teriak Dista sambil menghampiri Rara. "Tega sekali kamu tidur dengan calon suami ku." Dia mendorong Rara ang sedang sibuk mengenakan pakaian, sampai tersungkur di atas ranjang.
"Ini gak seperti yang kamu bayangin, Dis." Rara kembali bangkit, memungut kemeja yang ada di atas lantai lalu mengenakan dengan tangan gemetaran. Alhasil, hanya untuk mengaitkan satu kancing, dia butuh waktu beberapa saat.
"Gak seperti yang aku bayangin gimana maksud kamu, Ra? Semuanya sudah jelas." Dista yang murka, menarik rambut Rara, membuat gadis itu berteriak kesakitan.
Amanda buru-buru menyimpan ponselnya saat Jovan melihat ke arahnya. Tak mau ikut campur dan merasa sudah mendapatkan video bagus yang nantinya pasti viral, dia meninggalkan apartemen Jovan.
Jovan yang sudah memakai celana kolor dan mengambil kaos di dalam almari, menghampiri Dista dan berusaha menarik tangannya yang ada di rambut Rara. "Biarkan dia memakai pakaiannya dulu."
"Tega kamu, Jo!" Dista ganti mendorong Johan. "Tega kamu mengkhianati aku seperti ini," teriaknya sambil menangis histeris.
"Aku bisa jelasin, Sayang," Jovan berusaha memeluk Dista, namun wanita itu terus berontak.
"Kalian menjijikkan. Aku benci kalian!" pekik Dista yang sekarang berada dalam pelukan Jovan.
"Ini tak seperti yang kamu fikirkan, Sayang. Aku bersumpah, aku tak tahu kenapa ini bisa terjadi," terang Jovan. "Kemarin aku mabuk, lalu Rara mengantarku pulang, setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi."
"Bohong! Kamu bohong, Jo!" teriak Dista sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Jovan. "Kalian berdua berkhianat di belakangku."
Rara yang sudah berpakaian lengkap menangis disisi ranjang. Sama seperti Jovan, dia juga tidak tahu apa yang terjadi semalam. Hal terakhir yang dia ingat, mereka pergi ke sebuah tempat karaoke untuk merayakan keberhasilan mendapatkan tender besar bersama tim yang lainnya. Sebagai sekretaris Jo, tentu Rara ikut juga. Jovan, anak pemilik perusahaan, kesuksesannya kali ini sangat berarti baginya sebagai ajang pembuktian kalau dia layak menjadi pengganti sang Papa.
"Kamu jahat, Ra," ucap Dista yang berada dalam pelukan Jovan. "Ini pasti rencana kamukan?" dia menatap Rara nyalang. "Kamu ingin merebut Jovan dari aku, iya kan, Ra?" tanyanya sambil terisak.
"Enggak, Dis," Rara menggeleng dengan air mata bercucuran. "Aku berani bersumpah, aku tak ada niat seperti itu," dia terus menggeleng.
"Kamu tahukan, dua bulan lagi aku dan Jo akan menikah. Tega sekali kamu melakukan ini sama aku, Ra, sahabat kamu sendiri. Apa salah aku sama kamu?" teriak Dista yang emosional. Dia ingin menghampiri Rara dan menghajarnya, sayang tubuhnya tak bisa berkutik karena Jovan mendekapnya erat.
"Maafin aku, Dis, maaf. Aku bersumpah, aku gak tahu apa-apa, kenapa bisa seperti ini." Sama seperti Dista, sesungguhnya jiwa Rara juga tergoncang hebat, apalagi saat dia melihat bercak darah di sprei. Kehormatan yang telah dia jaga selama 24 tahun ini telah terenggut. Sekarang, apa yang bisa dia banggakan pada calon suaminya nanti. Fino, bagaimana jika pria yang telah menjadi kekasihnya selama 3 tahun itu tahu soal ini, mereka sudah bertunangan bulan lalu, dan hari pernikahan juga sudah ditentukan, 3 bulan lagi.
"Jahat kamu, Ra, jahat!" Dista yang berhasil lepas dari pelukan Jovan, berlari ke arah Rara, mengambil bantal lalu memukuli wanita itu. "Aku benci kamu, Ra, aku benci!"
"Sayang hentikan!" Jovan berusaha menahan tubuh Dista, menjauhkan dari Rara agar tak terus memukuli gadis yang hanya duduk diam tanpa melawan tersebut.
"Jangan bela dia, Jo, kalian sama saja, bereng sek!" maki Dista. Dia terus berusaha melepaskan diri dari belitan tangan Jovan, masih ingin menghajar Rara.
"Ra, pergi dari sini!" titah Jovan. "Pergi, cepat!" teriak pria itu.
Rara mencari keberadaan tasnya di dalam kamar, tanpa benda itu, bagaimana dia bisa pulang, ponsel dan uangnya ada di dalam sana. Tapi meski sudah mengedarkan pandangan dan berlari kesegala arah untuk mencari, dia tak kunjung menemukan benda itu.
"Jangan pergi kamu wanita murahan!" teriak Dista.
"Pergi Ra, cepat!" seru Jovan.
Mau tak mau Rara keluar dari kamar tanpa tas, beruntung dia melihat benda yang dicarinya itu teronggok di sofa ruang tengah apartemen Jovan. Sepatunya juga, berserakan tak jauh dari sana, juga blazer. Sebenarnya apa yang terjadi semalam, bagaimana mungkin dia lupa.
"Sakura, jangan pergi kamu, Ra!" teriak Dista.
Rara masih bisa mendengar teriakan Dista dari dalam kamar. Segera dia mengambil barang-barangnya lalu keluar dari apartemen Jovan. Dia memesan taksi online untuk pulang ke rumah.
Sebelum taksi berhenti di depan rumahnya, dia merapikan pakaian serta rambut. Jangan sampai orang rumah curiga dengan penampilannya yang acak-acakan. Tadi malam dia izin pada mamanya pulang telat, semoga saja orang tuanya tidak menyadari jika semalam dia tidak pulang.
Beruntung saat masuk, rumah dalam kondisi sepi, sepertinya mamanya sedang ada di dapur, terdengar suara orang yang sedang memasak, buru-buru dia naik ke lantai dua menuju kamarnya.
Sesampainya di dalam kamar, tangis Rara langsung pecah. Dia melempar tas ke atas ranjang, masuk ke dalam kamar mandi lalu mengguyur tubuh kotornya di bawah shower. Dia merasa jijik dengan dirinya sendiri, menggosok seluruh tubuhnya dengan kuat, meski itu menyakitkan.
sana sini udah kek WC umum istri tersayang Jovan...
nikmati hasil jebakanmu Dista...
goyang gih sampe gempor 🤣🤣🤣🤣
astaghfirullah, rasain lu. malu banget dah kalau tubuh jg sdh dikonsumsi publik
kpok dista..
ganyian yg masuk perangkap fino..
kalo mau ngelayani pasti ngancam nyebarin video dista dan bastian..
bahaya punya koleksi video syur pribadi..
kalo kecopetan atau kerampokan kan bisa disebarin orang lain..