Karena suami dan anaknya ditembak mati oleh pemburu, Anjani. Seekor serigala betina melakukan transformasi jiwa terhadap keluarga si pemburu suami dan anaknya.
Dia ingin merampas jiwa sekaligus nyawa si pelaku, akan tetapi rencananya mengalami kendala. Sebab dia salah masuk ke dalam raga seseorang yang tidak pernah dihargai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon L-viie Ann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MULAI CURIGA
Kening Donita mengerut, ia sedikit kaget mendengar hal itu. Ah hampir saja Donita lupa jika Tuan Lesmana pernah menyinggung masalah perjanjian dengan Dito sewaktu di rumah sakit.
" Jadi kau benar-benar tidak tahu " Imbuh Ratu, Donita menggeleng pelan.
Ratu mengangkat dagunya disertai hembusan nafas pelan.
" Papa memberi tenggat waktu dua tahun untuk Dito, jika dia tidak memiliki keturunan dengan Dara. Maka dia akan diturunkan dari jabatannya "
" Sekarang sudah satu tahun, Dara sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Bukankah itu berarti Dito akan dilengserkan "
Bola mata Donita melebar, Dia cukup terkejut mendengar penjelasan Ratu. Jika perjanjian itu benar adanya, maka posisi Dito selaku CEO di perusahaan akan terancam.
Tanpa Donita sadari tubuhnya beranjak pergi, dia memikirkan keadaan Dito. Ratu hanya tersenyum puas, mengekori langkah Donita yang gusar.
***
Dara mendorong daun pintu kamar Dito tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Alhasil, Dara menyaksikan Dito dan Sintia saling merapatkan tubuh mereka di tepi ranjang. Wajah keduanya hampir bertemu dalam satu kecupan. Tapi gagal, sebab dikejutkan oleh kemunculan Dara yang secara tiba-tiba.
" UPS !!!"
Dara menakup mulut nya yang tersembunyi senyuman.
" Kau!!!" Pekik Sintia geram.
" Ngapain kau disini ?!" Hardiknya murka.
" Mau istirahat lah" Balas Dara " Kau sendiri ngapain di kamar suami ku?!!!"
Sintia gelagapan mendengar lemparan pertanyaan yang cukup pedas.
" Eh, ini kamar Dito!!" Tentu Sintia tidak mau kalah.
" Iya, dia kan suami ku"
" Suami yang tidak pernah mencintai mu!!" Tegas Sintia sembari menuding wajah Dara.
" Terserah, yang jelas kami sudah menikah. Cepat keluar sana!!!"
" Ihhhh" Sintia semakin geram, ia mengepalkan tangan ingin menyerang Dara. Tapi Dito cepat menahan nya.
" Sayang, dia??"
Dito memberi kode supaya Sintia diam, lalu meminta nya keluar.
" Sayang, kamu kok gitu sih??"
" Sudah... Cepat keluar !!" Tegas Dito akhirnya angkat bicara.
Sintia menggertakan gerahamnya, ia menjeling Dara kemudian pergi sambil menghentakkan kakinya.
Dara tersenyum penuh kemenangan, malah ia sengaja melambaikan tangan sebelum menutup pintu kamar.
Kemudian Dara melenggang naik ke atas kasur.
" Eh!!! Kau mau apa?"
Dara melongo heran dengan pertanyaan Dito.
" Mau tidur "
" Turun turun !!! Cepat !!" Dito melambaikan tangannya supaya Dara menyingkir dari peraduannya.
" Kenapa ??"
" Kamar mu disana!! Bukan disini !!!" Tegas Dito.
Dara mengikuti arah jari telunjuk Dito, Dia tidak tahu jika ada satu pintu di sudut kamar.
" Pantas gadis ini masih perawan, rupanya dia tidak tidur bersama dengan suaminya "
Dito mengernyit heran mendengar suara sanubari Dara.
" Apa maksud mu?" Tanya Dito, Dara terkesiap. Dia lupa jika Dito bisa mendengar suara Anjani.
Dara mendengus kesal, ia turun dari tempat tidur lalu berjalan menuju pintu kamar yang ditunjuk Dito.
Rupanya kamar itu sangat sempit, berbeda jauh dengan kamar Dito yang sangat luas. Tapi kamar ini cukup rapi, Semua tertata indah. Ada beberapa foto terpajang di dinding, termasuk foto Dito.
" Kenapa gadis ini menyimpan foto pria brengsek itu ? Padahal dia memperlakukan nya dengan tidak baik"
Anjani melihat-lihat foto-foto yang terpajang, tanpa sengaja ia tersenyum sendiri.
" Gadis ini cukup manis, dia selalu tampak bahagia "
Hmmmmmmm
" Lagi-lagi aku tidak bisa bergerak saat ingin melakukan perlawanan. Seolah-olah gadis ini menolak untuk melukai seseorang "
Anjani manggut-manggut, karena cukup merasa kelelahan. Dia membaringkan tubuhnya di atas kasur bujang yang dihampar di atas lantai begitu saja.
Sintia berjalan keluar sambil ngedumel panjang. Ia sakit hati sebab Dito mulai berpihak kepada Dara.
Di tengah perjalanan, ia berpapasan dengan Donita.
" Sintia... "
Gadis itu menoleh, air matanya mengambang dan dia langsung berhambur ke pelukan Donita.
" Tante... Hiks hiks hiks hiks "
" Ada apa ?? Kenapa kau menangis ?"
" Dito... Dito.. Mengabaikan ku Tante, dia... Dia mulai membela perempuan kotor itu hiks hiks hiks hiks "
Donita terdiam, hal ini bukan kebiasaan Dito. Apakah Dito mulai melunak kepada Dara karena ingat pada perjanjiannya ??
Jika itu benar, syukurlah... Setidaknya Dito ada usaha untuk mempertahankan kedudukan nya.
" Tante... "
Donita tersentak.
" Ah iya... Ada apa ??"
" Kok Tante malah ngelamun ?"
Donita tersenyum menutupi kecanggungan, ia membelai anak rambut Sintia dengan penuh kasih.
" Sebaiknya kamu pulang dulu yah, Mungkin Dito lagi pening memikirkan rapat keluarga tadi"
Sintia menelaah ucapan Donita, Itu bisa jadi. Karena menurut nya, rapat tadi mengalami jalan buntu. Dan pasti semua tanggung jawab akan dibebankan kepada Dito seorang.
" Kamu bisa ngerti Dito kan sayang ?"
Sintia mengiyakan, akhirnya ia tersenyum lebar. Donita lega, ia mengantar Sintia sampai di teras rumah.
****
Suasana di dalam kamar terasa panas sekali, Ac yang sudah disetel ke angka terendah seperti tak berasa apa-apa.
Yunita gelisah, dia berjalan mondar-mandir di dalam kamar dengan hati-hati. Karena takut membangun kan suaminya yang tertidur pulas sekali.
Bagaimana pun, ucapan Dara sangat mengusik ketenangan nya. Dia tidak habis pikir jika Dara, si anak pendiam bisa tahu rahasia besar nya. Yang mana tidak ada seorang pun yang tahu mengenai status Anindita.
Tidak ada yang tahu !!! Lalu darimana Dara tau ?? Yunita menggigit ujung jari nya, otaknya buntu.
" Aku harus menyingkirkan Dara, keberadaan nya sekarang sangat membahayakan. Bisa-bisa aku ditendang dari keluarga ini begitu juga dengan Anindita "
Yunita berbicara kepada dirinya sendiri.
" Tapi bagaimana caranya ???"
Bukan mudah untuk menyentuh Dara, Gadis itu sepertinya selalu di rumah . Tidak pernah Yunita melihat Dara jalan-jalan atau pergi ke shopping.
" Apa aku harus meracuni nya??"
Bola mata Yunita berbinar, yah!!! Hanya dengan racun dia bisa melenyapkan Dara. Barulah hati Yunita mulai tenang, dia akan mencari cara supaya bisa meracuni Dara tanpa meninggalkan jejak.
Di kamar lain, Anindita terus menghubungi nomor Antonio. Tapi sama sekali tidak mendapatkan respon yang memuaskan.
Hingga kata-kata Dara terngiang-ngiang di otak nya.
" Ah tidak! Itu tidak mungkin !" Anindita berusaha menepis pikiran buruk nya.
" Perempuan bodoh itu pasti hanya merekayasa cerita, supaya bisa mengacaukan seluruh keluarga ini "
Anindita mengangguk yakin, dan sekali lagi dia mencoba menghubungi Antonio. Lagi-lagi hasilnya sama saja.
Kemana aja sih? Kok telfon ku nggak diangkat ? Awas ya kalau macem-macem, Kita putus aja!!
Anindita mengirim pesan singkat, lalu dia merebahkan tubuhnya di atas kasur.
" Besok Antonio pasti menghubungi ku"
Anindita berpikir positif, ia tersenyum yakin dan mulai memejamkan matanya.
Beda halnya dengan Dito, dia tengah memantau gerak-gerik Sintia melalui aplikasi google. Sehingga dia bisa tahu kemana Sintia pergi.
Tadi pas waktu Dito masuk kamar dan Sintia mengikuti nya, Gadis itu sempat pergi ke kamar mandi. Disaat itulah Dito memasang aplikasi tersebut.
Pikiran Dito mulai tenang, karena Sintia pulang ke apartemen nya dan tidak pergi kemana-mana lagi. Ia tersenyum puas.
" Perempuan itu sekarang berubah menjadi pemfitnah ulung " Gumam Dito sembari melirik pintu kamar Dara yang terhubung dengan kamar nya.
km baik sintia semoga mndptkan laki² yg baik juga
Semoga Dito tak gegabah utk mempercayai semua foto yg di kirimkan wanita duplikat itu. selidikilah dulu .. jngn main usir Dara